DW-11. Kita gak pacaran!

104 9 1
                                    

Ini baru jam istirahat pertama, namun sekolah sudah dibuat gaduh dengan keramaian di area lapangan. Bahkan murid-murid dari lantai dua pun ikut turun ke lapangan untuk menyaksikan bagaimana ekspresi Raja serta antek-anteknya saat tertangkap bolos sekolah demi merokok dan duduk-duduk santai di warung kopi milik Bang Udin yang letaknya di belakang sekolah mereka.

"Cepat baris berjejer di depan saya!" Perintah Pak Johan sambil menatap tajam pada Raja, Pian, Dimas, Gilang dan Ken. Mereka semua langsung menuruti perintah guru berkumis tebal itu. Lalu, sebelah tangannya yang memegang penggaris kayu berukuran besar langsung menunjuk Raja. "Pasti kamu kan dalangnya?!" Tanya Pak Johan.

"Ah, elo sih Yan!" Dimas menyikut lengan cowok itu. "Kalau ngajak bolos yang jauh dong, masa ke belakang sekolahan. Mudah keciduk Si Kumis, bego!" Gumamnya pada Pian yang kini sudah menundukan kepala. Bukan karena takut, tapi sebagai upaya untuk menghindari silaunya sinar matahari.

"Telat lo bilang sekarang." Bisik Pian pada Dimas disebelahnya. "Mampus lo, bentar lagi jadi ikan asin karena di jemur seharian!"

"Kenapa kamu diam saja?!" Bentak Pak Johan karena Raja tak menjawab pertanyaan tadi. "Kamu kan dalangnya?" Tanya laki-laki berumur lebih dari setengah abad itu untuk kedua kalinya.

"Iya, Pak." Jawab Raja, membuat keempat temannya langsung mengalihkan perhatian pada pemuda tersebut. Padahal, bolos sekolah hari ini terjadi atas ajakan Pian. Namun Raja malah mengakui kesalahan yang sama sekali tak ia lakukan demi melindungi temannya.

"Persis seperti dugaan saya." Kata Pak Johan memulai ceramahnya. "Ternyata kamu yang mengajak mereka berempat untuk bolos sekolah! Aduh Raja, kalau Papa kamu bukan donatur tetap di sekolah ini, dari tahun lalu saya sudah keluarkan kamu dari sekolah!" Laki-laki itu menggelengkan kepala. Lantas bergantian menatap Pian, Dimas, Gilang dan Ken. "Kalian juga kenapa mau di ajak bolos?!"

"Asem Pak, lagi pengen ngerokok." Celetuk Raja tanpa pikir panjang.

Pak Johan langsung menjewer telinga Raja hingga cowok itu teriak minta ampun. "Sudah bolos sekolah, rambut mulai gondrong, dan..." Pak Johan menatap Raja dari ujung kaki hingga kepala, mencari kesalahan muridnya lagi. "Kemana dasi kamu?"

"Saya pinjemin ke Alicia, Pak. Sebagai pacar yang baik, saya---"

"Halah gak usah sok romantis kamu!" Potong Pak Johan. "Alicia murid baik-baik mana mungkin mau sama kamu."

"Beneran, Pak. Alicia sukanya bad boy. Makanya dia mau jadi pacar saya." Jelas Raja meskipun menahan sakit di telinga akibat jeweran Pak Johan.

"Bad boy, bad boy, gundulmu!" Ledek Pak Johan, dan semakin mengeraskan jewerannya di telinga Raja. "Menurut kalian semua, hukuman apa yang pantas untuk Raja dan teman-temannya ini?" Tanya Pak Johan pada segerombolan murid yang berada di lapangan.

"Berdiri dua jam sambil hormat bendera, Pak!"

"Bersihin semua toilet sekolah!"

"Skors satu bulan aja, Pak!"

Buset!

"Oke, bapak putuskan kalau Raja dan teman-temannya harus berdiri selama dua jam sambil hormat bendera."

Teriakan antusias dari murid-murid mulai terdengar, sampai akhirnya kerumunan berangsur-angsur menepi dan meninggalkan area lapangan. Hanya tersisa Raja, serta keempat temannya yang berdiri tegak sembari memberi hormat pada bendera.

***

Alicia tidak mengerti kenapa sejak ia kembali dari kantin dan melewati koridor kelas, semua mata seolah menatapnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

︎Dusk WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang