Dua

154 7 0
                                    

///Kaylan PoV///

Bel istirahat berbunyi. Semua siswa SMA Karya Nusa sibuk berbondong bondong pergi ke kantin. Keramaian pun semakin riuh.

"Kay, mau beli apa? " Ucap Shafa, teman karibku.

"Lemon tea aja deh satu." Ucapku.

"Gue yang pesenin ya, sekalian mau beli Green tea. " Ucapnya, lalu berlalu.

Aku duduk, di kursi yang telah disediakan oleh kantin.
Kulihat Dimas dari kejauhan, yang berjalan menuju kantin.

Wajahnya mengingatkan ku pada sosok kakak nya.

"Kay, are you okay?" Ucap Shafa mengagetkan ku dari belakang.

"Ishhh ngagetin aja. " ucapku mengerlingkan mata.

"Gue pengen curhat nih. Boleh ya... Pleasee!! " Ucapnya dengan nada memelas.

"Ah pasti lo lagi kangen sama doi lo yang lagi jaga di perbatasan kan? " Ucapku menebaknya.

"Yes, so true!" Ucapnya.

"Dia udah ga ngabarin gue lagi. " Sambungnya.

"Berapa lama emangnya?" Ucapku.

"Dua hari yang lalu. " Ucapnya sendu.

"Lebay lo! Baru aja dua hari. Lemah banget! " Ucapku mengejeknya.

"Ah lo, ga ngerasa di posisi gue! " Ucapnya memalingkan pandangan dari ku.

"Shafa, itu tuh nama nya ujian. Baguslah dia berbuat kayak gitu, berarti biar bisa ngerubah sikap lo jadi mandiri. Apalagi sebentar lagi kan kita mau UN. " Ucapku panjang lebar.

"Iya deh, thanks ceramah nya. " Ucapnya.
"Cabss ke kelas yo! " Sambungnya mengajak ku.

°°°
Sial!!
Hari ini aku tidak membawa motor karena motorku dipakai bunda.
Hufttt harus pulang dengan siapa ya?
Shafa sudah pulang duluan.

"Mau pulang bareng ga? " Ucap Dimas yang kini berada di parkiran.

"Gabawa motor kan? " Sambungnya.

"Duluan aja, aku bisa ko pulang naik angkot. " Ucapku menolaknya.

"Yakin??" Ucapnya.

Aku semakin bimbang.

"Yaudah deh ikut. " Ucapku lalu menaiki jok motornya.

"Nah gitu dong. " Ucapnya.

"Ishhh, awas lho ya jangan ngebut ngebut! " Ucapku ketus.

Dimas pun melajukan motornya dengan kecepatan standar.
Hingga sampailah di depan rumahku. Dengan selamat.

"Makasih ya. " Ucapku.

"Aku gaakan disuruh masuk dulu gitu? " Ucapnya.

Membuatku kesal saja. Huftt harus tebal kesabaran.

"Duh maaf banget ya, Bunda sama ayah lagi gaada di rumah. " Ucapku kehabisan kata kata.

"Lhaa? Kok ga nyambung banget sih Kay? " Ucapnya mengernyitkan alisnya.

"Yaudah deh gue pulang ya. " Sambungnya lagi.

Dan pergi lah motor tersebut di depan rumahku.

Aku merindukan rumah dinas Ayah waktu dulu. Walaupun lingkungannya cukup disiplin.

Ayah dan Bunda selalu sibuk dengan pekerjaannnya. Mungkin inilah takdir mereka yang harus setia pada negara ini.

"Assalammualaikum.. " Ucapku di ambang pintu. Karena kebetulan pintunya terbuka.

Need In MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang