Chapter 9

4 2 0
                                    

Langit tidak peduli..
Akan hangatnya matahari...
Akan gemerlapnya bindang...

POV Oktavia

Menjelajahi langit , melihat matahari terbenam, dan terbang , sangat menyenangkan. Aku tidak bisa menyembunyikan senyuman ini lagi.

Aku berjalan menuju rumah. Aku melihat seorang laki-laki berdiri di depan pagar rumahku. Aku rasa laki-laki itu sedikit lebih tau dariku. Laki-laki itu menatap ku sejenak dan tersenyum. Aku merasa tidak mengenalnya, tapi aku merasa pernah bertemu dengannya. Aku membalas senyumannya dengan ragu.

"Hai Dek! Lama tidak bertemu!Ah pasti lupa ya!" Dia berjalan ke arah ku.

Langit sore tiba-tiba berubah warna menjadi merah. Aku mengingatnya!!

Hari pertama sekolah baru , tepatnya sekolah yang sekarang. Aku berusaha seperti remaja normal yang tidak bisa melihat. Walau saat itu aku tahu banyak sekali arwah di sekolah ini. Semua arwah itu menatapku dan memperhatikanku. Aku berusaha untuk pura-pura tidak melihat. Berjalan setengah hari. Kehidupan biasa yang aku inginkan berjalan dengan mulus.

Namun, selanjutnya para arwah itu mengodaku, mengerjahinku, hinga mencelakakanku. Kehidupan normal yang aku inginkan hanya menjadi mimpi sementara. Dan dibangunkan oleh kenyataan bahwa aku tidak bisa hidup normal.

Teman-teman mulai menjauhiku, aku dianggap gila. Puncaknya saat aku berteriak histeris ketika banyak arwah yang mendekatiku. Aku lepas kendali. Saat itu Tuan Ngeong membantuku terlepas dari Arwah-arwah itu. Tuan Ngeong mengusir mereka. Dan aku tahu siapa dalangnya. Laki-laki itu dalangnya, kakak kelas ku.

Aku tidak sempat menanyakan motifnya , dia sudah menghilang dari sekolah.  Arwah berkurang , hanya tersisa arwah yang memang sedari awal tinggal di sekolah. Tidak ada yang menggangguku lagi. Namun sayangnya , semua terlambat. Aku sudah di cap aneh dan dikucilkan.

"Aku ingat," Aku menatapnya tajam. Dia tersenyum.

"Ap-" tiba-tiba dia sudah dibelakangku. Memukul telak bagian belakang leher ku. Kesadaranku mulai menghilang pandanganku semakin gelap. Aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi setelahnya itu.

POV Arhan

Semenjak mengajak Okta ke bukit , aku tidak pernah melihatnya lai beberapa hari ini. Telpon , pesanku , tak pernah diangkat ataupun dibalas. Aku juga tidak bertemu Hexsa. Tidak bisa menghubunginya juga.

Hari ini aku berniat pergi ke rumahnya.

Sesampainya dirumah Okta. Rumah itu sudah tidak ada pelindungnya. Firasatku tidak enak. Aku masuk gerbang. Mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Tidak ada arwah. Benar-benar kosong rumahnya.

"Pemilik rumahnya beberapa hari ini tidak terlihat," Aku membalikan badan melihat kearah sumber suara. Seorang wanita paruh baya dengan membawa plastik belanjaan.

"Ibu tau mereka kemana?" Wanita itu menggelengkan kepala.

"Terakhir ibu melihat Hexsa 2 hari yang lalu," sehari setelah aku mengajaknya pergi!

Setelah aku berterima kasih , ibu itu pergi. Meninggalkan ku. Sekali lagi aku mengamati sekitar rumah. Aku berharap ada petunjuk kemana Okta dan Hexsa pergi. Aku melihat lebih cermat lagi. Sayang aku tidak menemukan petunjuk apapun. Aku berbalik dan berniat meninggalkan rumah ini.

"Ah!" Kenapa aku baru menyadarinya. Ada pesan tertulis di dinding pagar rumah ini. Tulisan yang mungkin hanya bisa dilihat olehku. Karna tulisan ini di tujukan padaku. Aku membacanya dengan teliti.

Temui Ayahmu , katakan namaku di depannya "Hexsa Adipratama" kami butuh bantuan dari keluarga mu.

Hexsa

Aku tidak mempercayai ini. Dan kenapa aku baru sadar. Kalau mereka seorang Adipratama ?

-----------------------------------------------------------

Pendek ya ? Up nya lama ya ?
Moody 😂😂😂

Dukung terus ya... 😘😘







AdipratamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang