Chapter 3

33 4 3
                                    


Hal yang dirindukan..
Telah datang..
Bunga telah beemekar...
Di hati yang kosong...

POV (Oktavia)

Ini benar benar hari terindah ku. Sudah lama sekali tidak ada manusia yang mau berbicara denganku kecuali Kak Hexsa. Aku senang sekali Arhan mengajakku bicara. Bahkan dia mengantarkanku pulang.

Sebenarnya aku takut jika dia dianggap Aneh. Karena berbicara denganku. Juga teman temanya bisa mengejeknya. Aku tak mau itu terjadi. Aku hendak menolak ajakannya pulang bersama , tapi dia berhasil meyakinkanku. Aku pun menerimanya.

Saat aku akan pulang ,seperti biasa aku harus menemui Rara. Aku meminta Arhan menunggu ku terlebih dahulu sebelum pulang.

Sebentar lagi Rara sudah bisa meninggalkan dunia ini dengan tenang. Dulu saat Aku bertemu dengan Rara , dia bisa dibilang arwah jahat itu karena dia kesepian dan ingin ada yang menjadi temannya. Namun pembersih pembersih yang berusaha mengusirnya tidak bisa mengerti apa yang Rara inginkan dan mengusir dengan cara paksa. itu cara yang tidak disukai para arwah. Saat diusir oleh pembersih Rara selalu melawan mereka hingga tidak ada yang bisa mengusirnya. Aku mengajak Rara  berbicara dan menenangkan tangisan Rara. Akhirnya Aku berhasil berteman dengannya, perlahan dia sudah kembali menjadi arwah yang baik. Dan dia sudah proses kembali ke alamnya. Aku harus rutin menemaninya agar dia cepat kembali
Aku hendak menceritakan tentang Rara pada Arhan. Tapi aku lupa jika tadi aku masih di dekat Rara. Itu bisa memperlambat proses kembalinya Rara.

Aku yakin Arhan bukan hanya sekedar bisa melihat , dia lebih tau tentang hal ini . Aku sadar ketika dia mengingat kanku untuk tidak membicarakan Rara.

Sesampainya dirumah kak Hexsa sudah nenghadangku di depan pintu rumah.

"Siapa yang mengantarkanmu tadi ?"

"Teman sekelas," Aku duduk di sofa ruang tau tanpa menganti seragam terlebih dahulu.

"Itu Arhan ?"

Aku membulatkan mata. Kenapa kakak tau namanya? Aku menatap Kak Hexsa.

"Toshiki-san yang memberitahu, dia bisa liat juga kan ?"

Aku mengangguk. Ah wajar saja , apapun yang terjadi sekolah pasti Toshiki-San memberitahu kakak.

"Sudah lama aku tak melihatmu punya teman," Kak Hexsa duduk di sampingku. Sambil tersenyum mengejek.

Aku tidak menjawabnya. Hanya menatapnya cemberut.

"Dah sana ganti baju dulu, habis ini kita keluar beli makan ." Kak Hexsa mengelus kepalaku. Aku mengangguk dan berjalan menuju kamar. Dan berganti baju.

~||~

Kami makan di restoran cepat saji yang terletak tidak jauh rumah. Karena dirumah hanya aku dan kak Hexsa , kami jarang masak sering beli makanan diluar. Bunda sudah pergi , dia sudah tenang. Ayah sibuk dengan pekerjaannya. Sudah dua tahun ayah tidah pulang. Tante , budhe atau saudara yang lainnya aku tidak punya itu yang ayah katakan dulu. Tinggal kak Hexsa yang selalu menemani aku.

"Bagaimana dengan Rara ? Berapa lama lagi dia pergi ?" Kak Hexsa membuka percakapan ditengah-tengah makan siang kami.

"Dia stabil , paling cepat seminggu ini dia sudah bisa pergi."

"Nggak sedihkan kalau temenmu pergi ?"

Ah pertanyaan ini , sedih juga iya seneng juga iya.  Sedih karena temenku berkurang tapi aku juga seneng dia bisa pergi dengan tenang. Kak mengerti mimik mukaku yang bimbang.

"Gak usah sedih, ada Arhan kan?"
Kata kata kak Hexsa berhasil membuatku  tersedak.

"Pelan pelan makannya," kak Hexsa menyodorkan air minum padaku , aku segera meminumnya.

"Ah kakak nggak omongnya bikin kaget aja.." aku menyenderkan tubuh dikursi setelah tersedakku hilang. Kak Hexsa tertawa.
"Ah berarti kamu ada apa apa dengan Arhan ya?" Kak Hexsa mulai mengodaku. Berhasil membuat panas pipiku.

"Ah bagaimana pembersihan tadi ?" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Lancar.." kak Hexsa terkikih karena aku mengalihkan topiknya. Dia menyadari kalau aku salah tingkah.
Aku memang tidak ada apa apa dengan Arhan. Baru pertama kali juga ngobrol dengannya walau sudah hampir tiga bulan mengenalnya tanpa  bertegur sapa.

"Kakak tidak melakukan pembersihan paksa kan ?" Aku selalu tidak suka dengan cara itu.

"Tidak kok.. Aju memperlakukan mereka dengan baik.." kak Hexsa tertawa kecil.

"Aku tidak yakin.."

"Hei! Kau tidak boleh mencurigai kakakmu sendiri. Ini menyakitkan." Kak Hexsa menjawab dengan ekspresi sedih. Dan memegang dadanya. Aku tertawa terpingkal pingkal melihat wajahnya.

"Oh iya,, kalau ada orang yang kamu tidak kenal ngajak bicara atau pergi jangan mau ya.. kamu harus berhati-hati." Kata kak Hexsa setelah kami menghabiskan makanan.

"Kenapa kak ?"

" Kami terlalu cantik , kakak takut kamu diculik, kamu kan satu satunya keluarga ku." Kak Hexsa kembali tertawa.

"Ada ayah kak! Aku sudah gede lho ada Toshiki-San juga."

"Oh iya,"

"Dasar anak durhaka ayah sediri dilupain," aku menggeleng-gelengkan kepala tak mempeecayai apa kata kak Hexsa.

"Kamu beneran kakakku kan ? Gak ada arwah yang ngerarasukin kakak kan ?"

Aku menatap cemas kakakku.

Bersambung....

-----------------------------------------------------------

Terimakasih sudah meluangkan waktu kalian yang mau membaca ceritaku ini yang penuh ke gajean..
😂😂😂
Kritik saran kalian aku tunggu... 😆
Bintang dari kalian memberiku semangat untuk melanjutkan ceritanya...
Sekali lagi terimakasih....

AdipratamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang