Semua belum terlambat...
Tidak pada awal cerita ini...POV (Arhan)
Aku melihat raut wajahnya , dia terkejut. Wajahnya benar benar terkejut. Memang ini pertama kalinya aku mengajaknya berbicara. Seperti benar-benar tidak pernah diajak bicara dengan manusia. Sampai sampai dia tidak bisa membedakan mana suara arwah mana suara manusia. Sempat aku berpikir,'apa memang tidak ada yang mau berteman dengannya ?'
Tadi pertama kalinya berbicara dengannya serta beberapa arwah di sekolah, ternyata asik juga. Dulu aku hanya mengamatinya dari jauh saat dia berbicara dengan arwah arwah itu , tak berani mendekatinya. Awalnya aku mengira dia benar benar tak mau berteman dengan manusia.
Hari ini ketika aku melihatnya masuk ke halaman sekolah aku mencobanya. Mencoba mengajaknya berbicara. Ternyata aku salah menilainya. Bukan dia tak mau berteman dengan manusia , hanya kami yang tidak menerima dia menjadi teman kami. Aku menyesali mengapa aku tak mengajaknya berteman dari awal saja. Ini juga pertama kalinya aku bertemu dengan orang yang dapat melihat, selain keluargaku dan beberapa pembersih arwah.
Aku ingin mengenalnya lagi.
Sekarang sudah jam pulang. Aku melihat dia berjalan meninggalkan kelas. Buru-buru aku menghampirinya. Namun sebelum aku keluar , beberapa temanku mencegatku dan mengajakku pulang bersama. Aku langsung menolak dan menghampiri dia. Mereka menatapku bingung. Tidak biasa aku menolak permintaan mereka. Ah biarlah! Aku ingin menemani dia.
"Okta!" Aku memangil namanya. Dia berhenti berjalan dan menengok ke arahku.
"Pulang bareng aku ya," aku menghampirinya. Dia menatapku bingung.
"Atau kamu dijemput ?" Aku bertanya sekali lagi. Dia mengenakan kepala.
"Ya sudah aku antarkan pulang sekalian," dia sempat ingin menolak. Dengan sedikit aku paksa dia akhirnya menerimanya.
Beberapa orang yang melihat kami berjalan bersama, meraka menatapku heran. Aku hanya membalas senyuman kepada Meraka yang menatapku keheranan. Apa salahnya sih jalan sama dia.
"ke samping sekolah dulu ya."
"Oke ambil sepeda motorku dulu nanti aku susul." Kami berpisah di dekat parkiran.
Dia selalu mampir ke samping sekolah sepulang sekolah. Aku selalu melihatnya pergi kesana setelah sekolah telah usai. Di samping sekolah ada sebuah gang kecil. Dan juga ada arwah, arwah seorang anak kecil. Dulunya arwah itu selalu menangis kesepian, bagi yang bisa mendengarkan suaran tangisannya pasti terganggu. Sesekali juga orang biasa dapat mendengar suara tangisannya. Dulu juga arwah anak itu sering menjahili manusia. Beberapa pembersih telah melakukan pengusiran namun selalu gagal. Semenjak dia pindah ke sekolah ini arwah anak ini menjadi lebih diam dan tidak menggangu. Aku tak tahu apa yang dia lakukan. Tapi yang ku tahu arwah anak itu tidak kesepian lagi karena Dia selalu menemani arwah anak itu walau sebentar.
Aku mengendarai motorku keluar sekolah dan menemui Dia yang sedang bermain dengan arwah anak itu.
"Sepertinya kakak harus pulang sekarang," Dia hendak pamit dengan arwah anak itu. Ketika aku sudah sampai di tempatnya.
Arwah anak itu melirikku , lalu mengangguk menuruti perkataan dia.
"Besok kesini lagi ya kak." Arwah anak itu memeluk Dia.
"Tentu saja," dia membalas pelukan arwah anak itu.
Arwah anak itu menyadari aku bisa melihatnya dan aku tersenyum pada arwah itu. Arwah itu membalas senyuman ku
"Dah Kak Okta," arwah anak itu melambaikan tangan. Kami berpisah dengan arwah anak itu.
"Anak itu , namanya Rara.Sebelum dia mati,..." Dia mulai menceritakan kisah Rara arwah anak di gang sekolah. Dia belum naik ke motor.
"Mau menceritakannya di tempat lain ?" Aku memotong critanya. Aku merasa tidak enak jika membicarakan arwah di depan arwah itu sendiri. Dia mengerti apa maksud perkataanku.
"Besok aku ceritakan lagi tentangnya, kita pulang sekarang." Dia tersenyum tipis dan naik ke motorku.
"Tidak ketempat lain ? Lagian ini masih siang." Aku mencoba mengajaknya pergi, aku senang mendengar ceritanya. Walau aku bisa melihat mereka tapi aku tidak bisa mengetahui latar belakang mereka secara langsung kecuali mereka mengatakannya padaku. Orang yang dapat melihat masa lalu arwah lebih sedikit lagi hanya orang orang yang memiliki kekuatan supranatural yang besar saja yang bisa melihatnya langsung.
"Aku harus pulang, jika tidak kakakku akan marah," dia menggelengkan kepala.
"Baiklah," aku mengemudikan motor meninggalkan gang tadi. Menuju rumahnya.
"Terimakasih." Dia turun dari motorku.
Aku membalas dengan senyuman.
"Mau mampir ?" Dia menunjuk rumahnya mengisyaratkan masuk ke dalam.
"Lain kali saja," aku menolaknya.
"Oke."
"Aku pulang dulu," aku menyalakan mesin motor.
"Terimakasih sudah mengantarku."
"Iya.. "
Dia melambaikan tangan padaku , aku meninggalkan halaman rumahnya.
Bukan tanpa alasan aku menolak tawarannya. Aku melihat dinding pelindung rumah di sekitar rumahnya cukup kuat. Dinding itu tidak dapat dilihat oleh orang biasa. Dan tidak bisa dimasuki oleh orang orang juga arwah-arwah.Hanya yang telah ditentukan oleh yang membuat dinding ini yang bisa keluar masuk dengan selamat. Aku bisa saja memasukinya tapi aku tidak yakin setelah masuk disana aku akan baik baik saja. Dari ajakannya aku sempat berpikir mungkin dia tidak mengetahui tentang dinding ini.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Adipratama
FantasyArhan Agnibrata dan Oktavia A. sama-sama menjadi orang terpilih. Mereka dapat melihat. Melihat dunia yang berbeda. Namun mereka juga berbeda. Seperti namanya Arhan Agnibrata, Agnibrata yang berarti menghangatkan. Arhan terkenal baik ramah dan bersa...