Bab 9

391 26 0
                                    

Aku berdiri di antara pohon-pohon yang tumbuh di Zunialesia. Tempat ini sama seperti sebelum-sebelumnya, hanya saja hari ini saat aku berada di sini, keadaan lebih gelap dari sebelumnya. Ini tidak pernah terjadi, setahuku Zunialesia tidak memiliki rotasi waktu, jadi tidak mungkin akan terjadi siang-malam di sini.

Aku berjalan perlahan memerhatikan langkahku, bersiap awas jika tiba-tiba ada sesuatu yang akan membahayakanku. Seketika, aku ingat akan Ramika. Ia adalah penjagaku, tidak mungkin ia akan membiarkanku dalam bahaya. Aku pun mulai berjalan dengan santai dan percaya diri, karena aku percaya Ramika akan ada disaat aku membutuhkannya, tanpa aku meminta.

Aku mendekati bangunan tinggi yang merupakan rumah Bunda Amanda, aku merasa janggal. Kenapa bangunan ini terasa begitu gelap dan menakutkan sekarang.

Masuk,

Tidak,

Masuk,

Tidak,

Hhh…

Aku menimbang-nimbang untuk masuk ke dalamnya. Aku memutuskan untuk masuk ke dalam bangunan tinggi itu.

Saat aku membuka pintu bangunan itu pelan, empat makhluk dengan bentuk seperti iblis keluar dari bangunan itu dan mengejarku. Mereka berempat berbadan kekar tanpa kostum dengan tanduk yang tajam di atas kepalanya yang berbentuk seperti tanduk rusa dan sayap yang mengeluarkan api di setiap potongan bulunya membuatku takut. Apalagi matanya yang tajam seakan menyorotkan kemarahan, membuatku berlari kencang tanpa tahu arah tujuan. Aku terus berlari dan berlari, semakin lama aku merasa lelah, aku tetap harus berlari. Aku mengerahkan sisa-sisa tenagaku sampai,

DUG!

Aku tersandung batu dan terjatuh. Aku tersungkur dan menyeret badanku khawatir, aku sangat takut, sangat.

Ramika, dimana kamu?

Ramika, aku butuh kamu.

Dua makhluk di depanku sudah sangat dekat dan siap untuk menyergapku kapan saja mereka mau. Tangan mereka yang panjang dengan kuku-kuku yang tajam membuatku ngeri, aku mendelik,

“AAAAA!!!”

“Tania, Tania, aku di sini, aku tidak kemana-mana,”

Aku berkeringat, sangat berkeringat. Seolah-olah aku baru saja melakukan lomba lari marathon 3km. aku melihat sekelilingku, memastikan bahwa ini benar kamarku. Aku melihat ke arah kanan dan kiriku, menemukan Ramika di sana dengan wajah khawatirnya. Aku memeluknya erat,

“aku bermimpi buruk,” isakku saat aku makin mengeratkan pelukanku.

Ia meraih kepalaku dan mengelusnya. Ia menciumnya lembut,

“tenang, Tania. Tenang, aku tidak kemana-mana,” ujarnya menenangkanku.

Aku menarik nafasku dan menghembuskannya berkali-kali mencoba tenang. Aku menceritakan semua mimpiku secara detail tanpa Ramika harus meminta.

“dulu Zunialesia adalah tempat para iblis berkumpul. Dulu juga namanya bukan Zunialesia, tempat itu adalah Delavander. Hanya saja ketika para iblis lenyap karena pohon-pohon semakin subur dan matahari mulai menyinari tempat itu, Bunda menemukan tempat itu sudah kosong dengan sisa abu dimana-mana. Bunda yang saat itu sedang mencari tempat melahirkan anak-anaknya pun memutuskan akan tinggal di Delavander. Ia membersihkan tempat itu dengan kekuatannya dan Zunialesia pun berdiri di atas sisa abu Delavander. Kami pun anak-anak Bunda lahir dan menjadi penduduk Zunialesia itu. Dan pada saat Bunda melahirkan Rasya, anak ke 5 Bunda, Bunda mengalami mimpi yang cukup buruk. Penguasa Delavander seolah menitipkan amanat kepada bunda untuk menjaga tempat itu baik-baik. Bunda menyetujuinya, namun penguasa Delavander menitipkan syarat juga, ia akan memasukkan jiwa-jiwa penduduk Delavander kepada anak-anak Bunda yang terlahir sebagai peri. Mereka akan tetap menjadi peri jika mereka tetap dalam keadaan bahagia, namun jika mereka merasa marah dan kecewa, bentuk asli penduduk Delavander akan muncul dalam diri mereka. Dan, yang kamu lihat tadi saat bermimpi adalah bentuk kedua dari peri-peri Zunialesia,” jelas Ramika panjang lebar, sangat rinci.

Is That YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang