Bab 17

268 30 3
                                    

Aku memasuki kafe dimana biasanya aku dan Irish nongkrong. Selama di mobil dalam perjalanan ke kafe ini, Irish terus menangis dan terus menyebut nama Steven. Aku tak sampai hati hingga harus menanyakan bagaimana keadaannya. Aku biarkan ia menangis sepuas mungkin sampai ia membawaku ke kafe ini.

"mau pesan apa, mba?" tanya seorang pelayan dengan senyum yang tersungging di wajahnya.

Ia memberikan daftar makanan kepadaku dan Irish.

"mi goreng spesial sama es jeruk, mba. Kamu apa, Rish?" tanyaku saat selesai menyampaikan pesananku kepada sang pelayan.

"samain aja," jawabnya sambil menatap daftar makanan itu bosan.

"ok, tunggu sebentar ya, mba." Ucap pelayan itu pamit. Aku hanya membalasnya dengan anggukan.

"jadi kenapa, Rish?"

Aku memberanikan diri untuk langsung bertanya kepada Irish saat ia sudah tak lagi menangis. Ia menyeka sisa airmatanya lalu menghadap ke arahku.

"aku putus sama Steven,"

"kamu mau ceritain gimana dari awal bisa putus?"

Irish mengangguk.

"pas itu kita masih baik-baik aja, Tan. Siangnya kita habis main malah. Selesai main, ngga tahu gimana dia langsung berubah gitu aja. Jadi cuek gitu, Tan. Aku masih biasa aja awalnya, Cuma lama kelamaan aku baikin kok dia tambah kasar. Aku tanya kenapa, dia malah jawabnya ngga jelas. Aku jadi serba salah, Tan,"

"terus aku tanya mau dia apa, dia langsung bilang 'putus aja gimana?' gitu. Aku bilang dong, baru juga 3 bulanan kita pacaran, masa tiba-tiba putus gitu aja. Aku coba buat ngomong baik-baik, berusaha buat bikin semuanya balik baik kaya kemaren-kemaren tapi, kayaknya ngga guna di dia,"

"maaf, mba. Ini pesanannya," pelayan yang sama menaruh pesanan kami di meja, membuat Irish menghentikan sebentar curahan hatinya.

"makasih, mba," ucapku yang lalu dibalas senyuman oleh pelayan tersebut.

"yuk, lanjut," ucapku sambil menyeruput es jerukku.

"nah, udah gitu aku jujurlah ke dia kalau aku udah lama mau sama dia, udah sayang, udah bahagia banget punya dia. Kalau disuruh lepasin dia gitu aja, aku mana mau. Terus kata dia 'ya udah kamu maunya gimana, intinya aku pengin putus tapi, aku ngga mau putus sepihak'. Gimana ngga bingung coba, Tan,"

"aku tanya lagi lah buat terakhir kalinya kenapa dia minta putus. Soalnya dari awal dia bilang ngga kenapa-kenapa terus jawabnya. Jawaban dia setelah itu bikin aku mempertimbangkan terus akhirnya milih buat nge-iya-in, Tan,"

"dia bilang apa pas itu emang?" tanyaku saat Irish menghentikan sebentar ceritanya.

"dia bilang katanya,

'jujur aja, Rish. Aku Cuma ngejadiin kamu Pereda aja. Terserah kamu mau anggap sebagai sebutan lain atau engga. Aku udah lama suka sama Tania,' –"

UHUK!

"aduh, Tan. Belum beres ceritanya," keluh Irish sambil menepuk pundakku berusaha untuk membuatku berhenti tersedak.

Aku shock . bagaimana tidak? Steven bilang dia suka kepadaku, dia bilang kepada Irish yang saat itu masih menjadi pacarnya. Dia bilang seperti itu kepada Irish yang notabene adalah SAHABAT TERBAIK TANIA BELLA.

Apa dia gila?! Apa dia tidak mengerti bagaimana perasaan Irish setelah mengetahui fakta sebenarnya langsung dari mulut Steven, lelaki yang diidam-idamkan Irish sejak lama dan berhasil menjadi pacarnya walaupun hanya sebagai alat Pereda. Dan Tania sama sekali tak akan menyangka akan hal ini.

Is That YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang