Bab 14

291 27 2
                                    

"dari siapa?"

Ramika yang belum melepaskan pandangannya dariku semenjak tadi aku membuka pintu kamar mengucapkan pertanyaan itu secara tiba-tiba.

"dari pria berkacamata. Aku sudah pernah mengatakan hal ini sebelumnya kepadamu, bukan?" jawabku bertanya balik.

Ramika terlihat berusaha mengingat-ingat dan ia mengedikkan bahunya tak lama setelah itu.

Aku duduk kembali di ruang kosong yang ada di sebelah kanannya. Membuka amplop hitam dengan gambar kacamata kecil di pojok kiri bawahnya. Aku sengaja tidak membukanya sejak tadi, aku ingin membukanya bersama Ramika.

"here we go,"

Ramika lebih mendekatkan dirinya kepadaku agar bisa turut melihat dan membaca isi surat itu.

Hay Tania!

Kamu sehat?

Ini aku. Laki-laki berkacamata yang sering mengirimimu barang. Entah itu barang yang penting atau tidak sama sekali. Karena bagiku memberimu sesuatu adalah kesenangan tersendiri. Ada rasa bahagia yang muncul di hatiku saat kamu tersenyum menerima barang-barangku.

Kenapa aku senang memberikanmu barang sementara aku tidak ingin kamu mengetahuinya? Kenapa yaa? Kira-kira kamu tahu tidak?

Jadi begini, Tan. Aku sudah lama mengagumimu. Jangan tanya sejak kapan, karena aku pun baru menyadarinya akhir-akhir ini. Dan aku terlalu pecundang untuk menunjukkan diriku dan mengatakan hal yang sejujurnya kepadamu. Jadi aku lebih memilih untuk memberimu barang-barang itu, termasuk surat ini. Karena aku pikir kamu akan bahagia menerimanya. Bukankah begitu?

Nanti kalau waktunya sudah tepat, kamu akan mengetahui siapa aku, Tan. Dan aku harap kamu tidak kecewa dengan keadaan & sikap pengecutku.

Senyum terus ya, Tan. Senyummu menularkan kebahagiaan bagi banyak orang, tak terkecuali aku.

Selamat sore.

Teman dekatmu,

Lelaki berkacamata.

Ramika sedikit melonggarkan jaraknya dan tersenyum singkat.

"kenapa?" tanyaku setelah melihatnya tersenyum, aku kira itu adalah hal yang aneh. Apanya yang lucu?

"tidak apa-apa. Aku mengetahui lelaki itu," jawabnya mengejutkanku.

"hah? Serius kamu?" tanyaku masih tidak percaya.

Aku membalikkan badanku sepenuhnya memposisikan badanku menghadap samping kanannya.

"iya, aku tahu," jawabnya lagi masih dengan ekspresi yang sama.

"ah, sok tahu kamu, ya? Kamu pasti hanya menerka-nerka kan? Atau hanya bilang kamu tahu padahal kamu tidak tahu agar aku bisa mengira bahwa kamu adalah cenayang kan? Atau—"

"aku tahu, Tania. Aku tidak berpura-pura tahu,"

Ramika memotong ucapanku yang membombardirnya dengan sejumlah pertanyaan yang mengintimidasinya. Tidak sopan.

Aku mengernyitkan keningku dan mendorong bahunya.

"bohong," ucapku sambil membalikkan posisi badanku menghadap ke arah yang sama sepertinya.

Ramika hanya terkekeh dan mengacak rambutku gemas.

"Tania, Tania. Susah sekali percaya," ucapnya.

"memang," jawabku.

"tapi, aku tidak pernah berbohong kepadamu. Karena kebohonganku akan menyakitimu," lanjutnya lagi.

Is That YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang