Bab 11 (1)

297 24 0
                                    

Hari ini aku pulang lebih cepat daripada hari biasa, karena guru-guru sedang mengadakan rapat untuk membahas ujian kenaikan yang sebentar lagi akan berlangsung.

"TANIA!"

Aku mengangkat wajahku dari kesibukanku memasukkan buku-buku ke dalam tasku.

"Hay, Rish!"

Irish mendekatiku yang masih berdiri di ambang pintu sambil tersenyum bahagia. Sangat bahagia. Ia menggenggam kedua tasnya seperti anak SD. Sikunya menyenggol lenganku.

"Bahagia sekali kamu," ucapku sambil mengernyitkan dahi.

Sikunya menyenggol lenganku lagi, untuk kedua kalinya.

"Tebak deh aku bahagia kenapa," ucap Irish terlihat lebih berseri-seri.

"Aku sedang tidak mood untuk menebak keanehanmu hari ini, Rish. Lagipula jarang-jarang kamu terlihat sebahagia ini," jujurku.

"Hehe. Iya deh, aku beritahu. Em tapiiii.. Berikan aku tabuhan drum dulu," pinta Irish masih dengan senyum yang terpancar.

Aku tertawa sambil pura-pura memukul drum dan menirukan suara drum.

"YA! AKU RESMI BERPACARAN DENGAN STEVEN HARI INI TANIAAAAA!!!" teriaknya masih dalam batas wajar. Wajahnya tak dapat menyembunyikan rasa bahagia yang teramat sangat.

"Beneran?! Ah aku senang sekali kamu akhirnya bisa pacaran sama dia, Rish. Rasamu nggak bertepuk sebelah tangan, walaupun kamu udah menyimpan rasa itu lama," jawabku memberi selamat dan memeluknya.

Ia membalas pelukanku lebih erat tanda bahwa ia masih sangat bahagia dengan kejadian hari ini.

Steven adalah orang yang pernah memberiku ucapan selamat ulangtahun setelah istirahat waktu itu. Aku tak begitu dekat dengannya, tapi, aku paham mengapa Irish begitu menyukainya. Irish sangat menyukai lelaki yang murah senyum dan tawa. Dan Irish menemukannya di dalam diri Steven. Irish sangat mengagumi Steven dari kelas 10. Awalnya karena pada saat Irish keluar dari perpustakaan ia menabrak Steven yang akan masuk perpustakaan. Tumpukan buku sejarah yang Irish bawa terjatuh sebagian dan membuat Irish harus meminta maaf sebesar-besarnya kepada Steven.

Awalnya Irish berpikir bahwa Steven adalah lelaki yang sangat cuek dengan orang-orang, tapi, karena kejadian itu ia mengubah mindsetnya dan mulai mengagumi Steven. Pada saat itu Steven merunduk dan mengambil semua buku sejarah yang terjatuh, awalnya Irish berniat untuk mengambilnya, tetapi karena reflek dari Steven lebih cepat. Akhirnya, Steven lah yang lebih dulu mengambilnya.

"Maaf ya tadi aku nggak lihat. Aku sedang linglung mencari sepatuku, maaf sekali," ucap Irish memohon-mohon ketika itu.

Steven hanya tertawa.

"Nama lo siapa? Kelas berapa? Gue aja yang bantu lo bawa buku-buku ini," tawar Steven dengan senyum yang masih ada di wajahnya.

"Irish, Irish Yaika. Kelas 10 IPA 7. Eh, enggak-enggak, nanti ngerepotin," tolak Irish sopan.

Lagi-lagi Steven hanya tertawa dan langsung membawa buku-buku itu ke kelas Irish. Tak lupa ia mengucapkan banyak terimakasih dan maaf kepada Steven karena ulahnya di depan perpustakaan tadi.

Sejak saat itulah Irish begitu mengagumi Steven. Ia tak banyak tingkah untuk mendapatkan perhatian Steven, ia hanya diam dan selalu tersenyum jika bertemu Steven. Dan saat kelas 11 ia sangat senang ketika mengetahui ia sekelas dengan Steven, dari sanalah rasanya mulai tumbuh dengan lebat dan cepat. Seolah-olah setiap hari Irish tak pernah merasakan kesedihan karena hadirnya Steven di kelas itu. Aku pun senang dengan tindakan 'mencintai dalam diam'nya yang berujung indah. Sangat senang!

Is That YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang