26-Perpisahan

1.1K 89 3
                                    

Ini 2 part menuju ending. Huhu gak nyangka cerita absurd gua ini udh mau tamat aja😂 gua pikir gak balakan bisa lanjut sampe tamat, tapi alhamdulillah bisa. Ini juga berkat kalian yang mau baca story ini gaess😚 makaseh sekalee🙏😘😚😗😙😊

Btw kira-kira part ini biasa nyampe 50 vote nggak ya?😄 kalo bisa gua bakalan next secepetnya hehe, klo gak bisa, aku mah pasrahh😢😂

Maap kalo ada tipo
⚠ Ada adegan sedikit you know lah😂

Jangan lupa tinggalkan jejak yaw.

Happy reading~

=====
18.57

Sudah sejak sore tadi Mamanya menyuruh Sarah untuk memakai pakaian yang sopan dan sedikit formil, entah untuk apa? Namun sedari sepulang sekolah tadi jantung kembali berdetak dengan kencang, membuat ia merasa sesak sendiri, Sarah yakin akan terjadi sesuatu yang tidak dia inginkan nanti.

Tangannya mendadak mengeluarkan keringat dingin, bahkan dia terus mengabaikan pesan masuk dari kekasihnya, Saghara. Ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, memikirkan apa yang akan terjadi.

Pintu kamarnya perlahan terbuka, menampilkan Sinta dengan dress berwarna ungu muda, terlihat begitu pas dan membuat Mamanya terlihat awet muda.

"Udah siapkan?" Tanya Sinta kemudian mengulas senyum kearah Sarah, sambil terus merapalkan doa didalam hatinya.

Sarah mengangguk kemudian berdiri sambil membawa ponsel di genggaman-nya.

Sarah dan Sinta pun berjalan menuju ruang tamu.

"Mama ini ada apa sih? Kok perasaan aku nggak enak?" Tanya Sarah, sambil terus mengatur detak jantungnya yang semakin tidak karuan.

Sinta hanya tersenyum, lebih kepada senyum sendu.

Setibanya di ruang tamu, terlihat Papanya mengenakan setelan batik, membuat lelaki paruh baya itu semakin menawan. Tapi yang menjadi pertanyaan dibenaknya kenapa ada Rengga dan kedua Orang tuanya? Sedetik kemudian sekelibat kalimat melintas di fikirannya.

Sarah langsung mengalihkan pandangannya menatap Sinta, "Ma?" Sarah seolah meminta jawaban dari Mamanya.

Sinta lagi-lagi hanya mengulas senyum, kemudian menuntun Sarah untuk duduk di samping Seno.

"Oke sebaiknya kita mulai saja, Sarahnya sudah datang," ucap Seno mengawali pembicaraan, "Sarah sebelumnya Papa minta maaf nggak bilang terlebih dahulu sama kamu."

"Sesuai permintaan mendiang kakek kamu dan kakeknya Rengga, meminta kalian agar dijodohkan." Lanjut Seno, langsung membuat Sarah terlonjak dari duduknya, lagi-lagi firasatnya benar.

"Aku nggak bisa! Aku nggak mau!" Bantah Sarah keras, apa-apaan ini? Perjodohan? Cih! Sarah tidak perduli, dia sudah memiliki Saghara.

"Kamu nggak bisa nolak, ini sudah mutlak permintaan kakek kamu sebelum meninggal," jelas Seno.

"Sarah nggak mau! Sarah nggak nerima perjodohan ini! Sarah udah punya pilihan Sarah sendiri!" Seru Sarah dengan muka yang memerah, Sinta yang berada di samping gadis itu pun mengusap-usap bahu anak gadisnya untuk tenang.

"Apa karena pemain sepak bola nggak jelas itu?!" Seno ikut berseru dia terpancing karena Anaknya berani berbicara lantang kepadanya.

"Saghara bukan pemain bola nggak jelas! Dia berbakat! Papa jangan asal ngomong!" Sarah tidak terima.

"Aku nggak paham kenapa Papa sampe sekarang nggak bisa nerima Hanis, padahal dia baik, selama ini dia sopan sama Papa, tapi Papa seolah nggak pernah nganggep dia ada, apa Papa nggak mikir perasaan dia kaya gimana?" Lanjutnya mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini ia pendam atas sikap Papanya kepada Saghara.

Unexpected Meeting [Hanis Saghara]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang