13-Si Muka Onta

1.2K 83 1
                                    

=====
06.12

Sabtu pagi, Sarah sudah siap dengan seragam sekolah dan tas slempangnya, senyum lebar terus terpatri di bibirnya, menandakan suasana hati gadis ini sedang dalam keadaan bagus.

Bagaimana tidak secara mengejutkan Saghara membalas Direct Message dan memberinya nomor Whatsapp secara cuma-cuma semalam, sampai-sampai Sarah menjerit kegirangan didalam kamarnya, mimpi apa dia kemarin? Sampai-sampai Saghara mau membalas Direct Message dan memberinya nomor Whatsapp.

Sekali lagi Sarah meneliti penampilannya di depan cermin, meneliti apakah ada yang kurang pas? Kurang badai? Kurang cucok? Tapi as always seorang Sarah pasti selalu perfect.

"Oke pas!" Sarah berjalan keluar kamar untuk turun kebawah sarapan bersama orang tuannya.

=====
06.15

Sarah duduk di kursi tepat berhadapan dengan Mamanya, kemudian mengoleskan selai coklat pada roti tawar yang kini jadi menu sarapan pagi ini, Mamanya tidak memasak, malas katanya.

"Udah packing buat minggu depan?" Tanya Sinta pada Sarah sambil mengoleskan selai coklat pada roti milik suaminya.

"Udah tadi malem." Sarah mengigit kecil roti itu, kemudian mengunyahnya dengan khidmat.

Minggu depan Sarah akan terbang ke Singapure untuk mengikuti kompetisi Karate di sana, bersama dengan Satyo Purnama dan Sensei Frimawan selama satu minggu.

Sarah dan Satyo juga rutin melakukan latihan seusai sepulang sekolah, agar jurus atau gerakan Karate mereka lebih bagus lagi, agar bisa membuat bangga nama sekolahnya, dan tentunya dengan bimbingan dari Sensei Frimawan.

Lelah memang, tapi Sarah yakin ini semua akan membuahkan hasil yang baik, dan menjadi kepuasan tersendiri nanti, tapi uga Sarah merasa gugup pasalnya ini kali pertama dia mengikuti kompetisi seperti ini.

"Bagus lah kalau gitu, kalau sampai di Singapure nanti, jangan suka keluyuran kau." pesan Sinta.

"Yaelah Mah mau keluyuran kemana coba? lagian mana tau aku jalan-jalan di sana, yang ada aku nanti kesasar," sangga Sarah, lalu menghabiskan potongan roti terakhirnya.

"Baguslah kalau begitu." Kata Mamanya, "jangan boros-boros pula."

"Mama sejak kapan aku suka jajan pula?"

"Siapa tau kau khilap di sana, liat barang-barang bagus."

"Tak akan lah, kecuali Mama kasih aku uang tambahan." Ucap Sarah kemudian terkekeh

"Jaga kesehatan Sarah, jangan sampai sakit, istirahat yang cukup ya, jangan telat makan juga," kali ini Seno ikut angkat bicara, meskipun dia tahu respon apa yang akan dia dapatkan, tapi tak apa. Setidaknya dia masih mau memberi perhatian pada anak semata wayangnya ini. "Jaga diri juga." Lanjutnya di iringin dengan senyum tipis, membuat Sarah terenyuh sendiri.

"Iya, makasih."

=====
06.45

Koridor sekolah sudah mulai dipenuhi oleh banyak murid, karena 15 menit lagi bell masuk akan berbunyi, murid yang berada di kantin untuk bersarapan pun sudah mulai beranjak untuk memasuki kelas masing-masing.

Sarah berjalan dengan tenang menuju kelasnya, sampai tiba-tiba ada tangan yang lancang mengenggam tangannya, dia pun langsung menoleh ke arah samping mendapati Rengga di sana dengan senyum yang sangat memuakan menurut Sarah.

Sarah menyentakan tangan Rengga sampai terlepas, "Apaan sih pegang-pegang!"

"Sarah jangan galak-galak dong, kan gua cuma mau deket sama lo doang." Kata Rengga, "nggak gigit pula." Lanjutnya.

Emang nggak gigit tapi liat muka lo rasanya pengen gua tabok aja, batin Sarah.

"Kalo gua nggak mau gimana?"

"Ya gua paksa." Sahut Rengga seadanya, membuat gadis bermata belo itu mendelik sinis.

"Masih punya urat malu lo? Setelah apa yang lo lakuin sama rambut gua?" Sarah menatap sinis Rengga yang berjalan disampingnya.

Rengga menghela nafas, "Yaelah Sarah, kan gua cuma becanda."

"Tapi becanda lo nggak lucu onta!" Sarah melongos pergi menpercepat langkahnya menuju kelas. "Lain kali ikutan audisi Stand Up Comedy biar lucuan dikit!"

"Sialan, muka cakep gini di samain kaya onta."

=====
06.50

"Pagi dayang-dayangku," Sapa Sarah dengan melambai-lambaikan tangan ala miss univers kepada kedua temannya itu.

"Dih najis!" Cibir Rumi dan Ria secara bersamaan.

"Nggak usah sirik plis," Sarah meletakan tas slempang dibangku miliknya yang berada di samping Rumi.

"Lo minggu depan jadi berangkat ke Singapure?" Tanya Rumi.

"Oh ya pasti lah," sahut Sarah dengan nada bangga.

"Yees! Berarti pas ulang tahun gua cukup nraktir Ria," Rumi tersenyum senang, kantongnya tidak bolong.

"Dih apaan! Nggak adil banget, pokoknya gua juga harus dapet traktiran!" Selak Sarah.

"Dih kan lo ke Singapure, masa gua musti kesana cuma buat ntraktir lo," protes Rumi.

"Kan bisa nanti dirumah, rumay!" Desis Sarah.

"Tapi kan lo nggak ada pasti ultah gua nanti, Syarah." Rumi mengikutin gaya bicara Sarah. Membuat gadis bermata belo itu mengerucutkan bibirnya.

"Nanti ke king manggo sama hokben ya Rum," kata Ria bermaksud memanas-manasi Sarah, dan sukses membuat Sarah semakin manyun.

Sepertinya ada konspirasi.

"Oke siap tenang aja!"

"Tuhkan! Ih jahat banget masa gua nggak di traktir." Sarah menatap sebal kearah kedua temannya yang sedang cekikikan itu.

"Yaudah kalo gua ulang tahun nanti lo berdua nggak gua traktir!" Ancam Sarah.

"Dih apaan nggak fair! Kan sesuai perjanjian kita siapa yang dateng, yang ngucapin langsung di antara kita bertiga dia pasti kena traktiran," protes Ria dan di sambut anggukan dari Rumi.

Entah kenapa pagi ini dua manusia di hadapannya ini sangat menyebalkan, ingin rasanya menjambak rambut mereka berdua lalu membenturkannya kepala mereka berdua secara keras satu sama lain.

"Lagian ini gua ada tugas negara coy!" bela Sarah langsung mendapat toyoran dari kedua temannya itu.

"Najis gaya amat tugas negara!"

"Iyalah ini itu sangat importen, demi kesejahteraan kita semua, yakali gua harus batalin cuma demi traktiran dari lo Rum," kata Sarah, "lagian temen macam apa yang nggak adil sama temennya sendiri, aku tuh nggak bisa di giniin!" lanjutnya dengan muka nelangsa yang dibuat-buat.

"Mulai!"

"Drama queen is beginning."

"Ah iya satu lagi, gua dapet nomor wa-nya Hanis!"

"Demi apa?!"

=====

Unexpected Meeting [Hanis Saghara]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang