===
19.45Dengan posisi Sarah duduk di atas sofa, dan Saghara duduk di bawah menyender di kaki sofa sembari menaruh kepalanya di pangkuan gadis itu. Ruang tv yang mereka tempati terlihat begitu tenang, tanpa ada suara dari keduannya hanya ada suara tv yang menyiarkan sebuah tayangan variety show.
Entah ada gerangan apa dan maksud apa Saghara ngapel dan berani bermanja-manjaan dengan Sarah di rumah gadis itu, padahal dia tahu kalau sedari tadi ada mata tajam yang mengintainya, tapi dia berusaha untuk mengabaikannya, toh dia tidak sedang melakukan yang tidak-tidak.
Sarah mengalihkan pandangannya dari tv yang sedari tadi mencuri perhatiaanya saat merasakan tangannya di genggam oleh Saghara lalu di taruh pada rambut laki-laki itu.
"Elus." Katanya.
Sarah mengusap pelan rambut milik Saghara yang terasa begitu tebal dan lumayan halus untuk ukuran laki-laki yang suka main di lapangan, dan menomor duakan penampilan.
Di dalam hatinya bertanya-tanya kenapa Saghara mendadak menjadi manja sekali? Minta di elus-elus pula, padahal biasanya pegang rambut sedikit langsung sewot.
"Manja sih," mendengar ucapan dari kekasihnya, Saghara langsung mendongakan kepalanya untuk menatap Sarah yang masih setia mengelus-elus rambutnya yang terasa nyaman.
"Kenapa emang? Nggak boleh?" Saghara mengerucutkan bibirnya sedikit membuat Sarah gemas, Saghara ini diam saja sudah manis apalagi mau sok-sokan cemberut, rasanya pengen cubit gemes aja.
"Engga, tumben aja. Biasanya kalo aku pegang-pegang rambut kamu suka sewot." Jelas Sarah.
"Lagi pengen aja." Katanya lalu kembali memutar kepalanya untuk menatap tv yang berada di depannya.
Hening melanda, terlihat monoton memang berada pada satu ruang namun tanpa saling berkata apapun hanya terpaku pada tv, membuat begitu membosankan.
Sarah sendiri padahal mulutnya sudah sangat gatal, ingin berbicara banyak hal, tapi di urungkan karena dia tahu kalau mulutnya ini sekali ngobrol tidak pernah mau berhenti, sedangkan dia tahu sendiri Saghara ini irit ngomong bahkan mungkin bisa di bilang suka risih kalau lawan bicaranya banyak omong.
Sarah tidak mau nanti Saghara langsung minta pulang karena risih, sementara dia masih ingin lama-lama dengan laki-laki itu, bila perlu Saghara menginap di rumahnya pun tak apa, nanti mereka tidur berdua di kamarnya, eh nggak deng.
"Rah ngomong dong," Saghara kembali bersuara setelah sekian lama hening, sepertinya Saghara juga merasakan begitu bosan hanya diam saja, kalau biasanya mereka sedang berduaan mulut Sarah tidak mau diam, membuat suasana terasa lebih hidup.
"Ngomong apa?"
"Apa aja gitu, jangan diem aja," Saghara kembali mendongakan kepalanya, menatap Sarah, "biasanya kamu nggak bisa diem."
Sarah ber-hehe ria.
Butuh jeda 10 detik untuk Sarah kembali bersuara, "ah iya Hanis."
"Apa?"
"Menurut pandangan kamu, bagaimana kalau ada Anak yang hampir di gaulin sama Ayahnya sendiri, meskpun itu hampir terjadi tapi si Anak itu udah di jamah tubuhnya oleh Ayahnya sendiri." Ucap Sarah dengan lirih dan begitu berhati-hati sembari menatap lekat wajah manis kekasihnya ini.
5 detik berlalu namun tidak ada jawaban dari Saghara membuatnya ketar-ketir sendiri, apa pandangan Sarah dan Saghara tidak sama? Apa Saghara akan memandang si Anak itu negatif? Meskipun dalam kasus itu Anak itu tidak tahu apa-apa, bahkan bisa di bilang Anak itu korban.
"Anak itu, kamu kan?" Tanya Saghara tanpa ekspresi membuat Sarah semakin merasa tidak enak.
"Maksudnya?"
"Iya yang kamu maksud si Anak itu dalam cerita, itu kamu kan?"
Saghara mengetahuinya?
Sarah mengangguk pelan lalu terdengar helaan nafas dari Saghara kemudian laki-laki itu kembali memutar kepalanya menatap tv tanpa berbicara apa-apa lagi.
Hatinya mencelos.
Mata Sarah sudah berkaca, ini yang selalu menghantui fikirannya, menceritakan kisah masa lalu antara dirinya dan Ayahnya yang bisa di bilang kurang mengenakan, dia berharap saat dia menceritakan ini akan mendapatkan respon yang baik, namun kenyataan berkehendak lain.
Saghara tidak mau menerima masa lalunya.
Apa setelah ini Saghara akan memutuskannya?
Tidak mau bertemu dengannya?
Jika iya, sungguh Sarah menyesal telah berkata jujur kalau harus kehilangan Saghara, lebih baik dia menutup rapat-rapat saja, asalkan Saghara tetap berada di sampingnya.
"Aku pulang ya? Udah malem, besok aku ada latihan." Sarah menatap Saghara yang kini sudah berdiri menjulang di depannya, Saghara menampilkan ekspresi yang sangat susah dia tebak.
"Oh udah mau pulang ya? Ih kok cepet banget!" Sarah mengerucutkan bibirnya, "padahal nginep juga nggak papa kok hehe." Lanjutnya sambil cengegesan.
"Aku pulang." Kata Saghara sembari memakai kembali jaket boombernya.
"Hati-hati Hanis, love you." Sarah mengedip-ngedipkan matanya.
"Love you too." Saghara beranjak dari hadapan Sarah.
Sarah langsung mengusap air matanya yang sedari tadi dia tahan di depan Saghara, apakah hubungannya dengan Saghara masih bisa bertahan?
===
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Meeting [Hanis Saghara]✔
FanficGanti judul, Si Kulit Bundar 👉 Unexpected Meeting. Fanfiction about Hanis Saghara Putra. Jika minta silahkan baca, tidak menyediakan sinopsis🙏 ﹏26 September 2017﹏