Bonchap - Saghara's Family

1.2K 56 2
                                    

Assalamu'alaikum🙏
Lama tak jumpa😂 Minal aidzin walfaidzin gais🙏maaf kalo ada salah-salah kata. gua tau ini telat banget tpi gak ppa lah😂😂

Yang kangen Hanis sama Sarah mana nih?

Berhubung Dear Luthfi masih nyaman bersarang diotak gua, dan susah dikeluarin😂 gua bikin ini, iseng aja sih kebetulan ada ide yg melintas😂

Baca aja dah

✴✴✴

Pria berparas manis ini menggeliat dalam tidurnya, kemudian kembali tertidur dengan menarik selimut yang sudah melorot entah kemana, merasa apa yang ia cari tidak kunjung tergapai, akhirnya ia kembali tertidur dengan sedikit mendengus.

Tidurnya kembali terusik saat merasakan sebuah benda-- sepertinya tangan menepuk-nepuk pipinya, lagi-lagi ia mengerang karena tidur nyenyaknya terganggung. Kembali tepukan itu ia rasakan, ia pun langsung menepisnya dengan pelan dan mengerang kesal.

Tepukan itu hilang, kini berganti dengan beban berat yang menimpah perut ratanya, lagi-lagi ia mengerang. Hello ini masih pagi! Ia malas sekali untuk bangun. Kembali tepukan itu hinggap pada pipi kanannya.

"Ck bentar ah!" Erangnya kesal.

"Ayah bangun." Suara lucu itu meluncur begitu saja, membuat pria yang masih dalam keadaan setengah sadar itu menerbitkan senyumnya, saat gendang telingan menangkap suara yang begitu familiar ditelingannya.

Suara yang selalu meminta untuk ia gendong.

Suara yang selalu meminta untuk diajarkan naik sepeda.

Suara yang selalu meramaikan ruang makan keluarganya.

Meskipun berat, pria berparas manis dengan kumis dan brewok ini membuka matanya. "Morning." Sapanya serak khas orang baru bangun tidur.

"Molning." Suara lucu gadis kecil yang ada diatas perutnya ini membuat pria itu tersenyum.

"Udah pinter bangunin Ayah ya." Pria itu menoel pipi gembil gadis kecilnya ini.

"Iya dong, kalo enggak aku panggilin Mama." Ucapnya sedikit mengancam, membuat pria bernama Hanis Saghara Putra ini terkekeh geli.

"Udah mandi?"

Gadis kecilnya itu menggeleng.

"Kok Cia belum mandi?"

"Dingin Ayah." Ucap Cia sambil mengerucutkan bibirnya lucu.

Cia, atau lebih tepatnya Ciara Anisa ini anak keduanya, gadis kecil ini berumur eman tahun

"Cia Ayah kamu udah bangun apa belum?!" Suara menggelegar dari wanita yang berstatus istrinya itu mengisi semua ruangan, siapa lagi kalau bukan Sarah, istrinya yang banyak omong dan tidak bisa diam itu.

"Belum Ma!" Sahut Cia dengan tersenyum jahil kearah Saghara.

Cia memang memanggil Sarah dengan sebutan Mama, setiap kali gadis kecil itu diminta untuk memanggil Saran Bunda selalu menolak, jadi ya sudah sesuka hati Cia saja.

"Hanis bangun! Kamu tuh ya sekarang susah banget dibangunin!" Saghara mendesah pelan mendengar suara menggelegar milik istrinya itu, entah lah akhir-akhir ini Sarah hobby sekali berteriak, mungkin bawaan si jabang bayi? Yah kini Sarah sedang mengandung anak ketiganya, sudah jalan lima bulan.

"Jail kamu ya." Saghara mencubit hidung bangir milik Cia, kemudian bangun dari tidurnya dengan mendekap gadis kecilnya ini agar tidak terjatuh. "Gak budeg apa liat Mama kamu teriak-teriak terus, hm?"

"Abis lucu hihi." Cia tertawa kecil, membuat Saghara menggelengkan kepalanya. 

"Turun gih, Ayah mau mandi."

"Oke!"

Cia langsung beranjak turun dari ranjang milik orang tuanya ini, lalu berjalan dengan sedikit berlari keluar kamar.

✴✴✴

"Ayah kamu lama banget! Tidur lagi apa dikamar mandinya?" Ujar Sarah kesal, entahlah kenapa setiap pagi mood-nya selalu jelek, apalagi sekarang Saghara susah sekali dibangunkan, kalah dengan kedua anaknya yang sudah stay dan rapi, meskipun yang satunya masih kucel dan belum mandi.

Bima menoleh kearah Bundanya yang terlihat kesal itu, laki-laki berusia tujuh belas tahun ini terkikik geli, pemandangan seperti ini selalu ia dapatkan setiap pagi, semenjak Bundanya kembali mengandung adik untuknya. Bukannya kesal, Bima malah melihatnya senang, senang melihat Ayahnya teraniaya karena selalu mendapat teriakan membahana dari Bundanya.

"Ayah kalian tuh ya! Ish nges-." Ucapan Sarah terpotong.

"Apa-apa ngeselin? Kamu tuh yank gak capek apa teriak-teriak mulu? Pita suaranya rusak tau rasa." Ucap Saghara sudah rapi dengan pakaian kantor, lalu duduk disamping Sarah.

"Dikira Spongebob apa!" Sarah menggaplok lengan kekar Saghara cukup keras, membuat pria berparas manis itu meringis.

"Yank sakit atuh lah," Saghara mencabik bibirnya, membuat Bima yang tepat berada didepannya menatap jijik. "Kamu tuh gak sayang aku lagi ya? Tiap hari marah-marah terus, aku diteriakin terus. Aku pulang telat kamu sangka selingkuh, aku pulang cepet kamu sangka bolos, aku serba salah dimata kamu." Ucap Saghara lirih, terdengar begitu sedih dan dari hati, membuat Sarah yang tadi menatap sengit Sagahara, langsung berubah sendu.

Saghara membalikan piringnya, lalu menyendok nasi goreng keatas piringnya sendiri, rutinitas ini dilakukan sejak Sarah sering marah-marah dengannya. Dan berujung Sarah mogok menyendokan makanan untuknya.

Sarah menatap sendu Ayah dari dua anaknya ini. Apa yang diucapkan Saghara memang benar, terkadang mulutnya sering lepas kontrol dan berakhir asal ceplos saat bicara.

"Hanis maaf." Lirihnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Mendengar suara lirih dari sampingnya Saghara pun menoleh, mendapati istrinya yang kini sudah akan menangis.

"Kok nangis? Kenapa?" Ucapnya penuh pengertian, ia meletakan sendok dipiringnya, tidak jadi makan. "Jangan nangis atuh lah."

"Hanis maaf." Bulir demi bulir air mata mulai luruh dari mata cantik istrinya.

Saghara langsung merengkuh Sarah, dan mengusap sayang kepala istrinya itu. "Sstt, udah gak ppa."

"Maaf Hanis, kadang aku suka ceplas ceplos sama kamu, kadang nuduh kamu yang enggak-enggak." Sarah terisak sambil memeluk erat Saghara.

"Iya gak papa, aku maklumin mungkin bawaan bayinya kan?" Sarah mengangguk.

"Yaudah jangan nangis lagi ya." Saghara menyeka air mata Sarah, membuat wanita yang selalu cantik dimatanya ini tersenyum manis.

"Ekhem!" Bima berdehem dengan keras, membuat Sarah dan Saghara kembali pada dunianya, bukan dunia milik berdua.

"Besok aku ikut Turnamen bola Yah." Ucap Bima, sambil menatap sekilas Saghara lalu kembali menyuapkan nasi goreng dalam mulutnya.

"Jam berapa?" Tanya Saghara.

"Setengah tiga." Jawab Bima, kemudian merapihkan nasi yang bercecer pada piring Cia. Bima memang tipe yang sayang pada adiknya, tidak memandang gengsi.

"Yaudah besok nanti Ayah gak ikut lembur, tapi nanti Ayah dateng jam tiga gak papa kan?" Yah biasanya Saghara akan pulang kerja jam tiga sore, itu pun kalau ia tidak ikut lembur.

Bima mengangguk.

"Aku ikut ya?" Sarah kembali bersuara.

"Kamu dirumah aja sama Cia, nanti capek."

"Mau ikut!"

"Gak!"

"Ikut!"

"Gak!"

"Hanis ikut ih!"

"Gak Sarah, dirumah aja."

"Nyebelin!" Sarah membanting sendoknya, ngambek.

Bima hanya bisa mendesah pelan melihat pertengkaran kedua orang tuanya.

"Okeoke kamu ikut."

"Yes!"

"Cia gak diajak?"

"Yayaya Cia juga ikut."

✴✴✴

Unexpected Meeting [Hanis Saghara]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang