BID 9 : Now ... Goodbye, Macbook.

1.6K 270 39
                                    

"Hei, Lucas! Long time no see. Where have you been, huh?"

Foa senyum sambil melambaikan tangan ke arah laptopnya.

Di monitornya, terpampang muka Bjorn yang melebar ke mana-mana. Anak kelahiran Berlin itu sedang makan pizza sambil Skype sama Foa.

"Hai, Bjorn. How are you, Buddy?"

Bjorn menggelengkan kepalanya malas. Kalau kata Leon, gelengan kepala Bjorn yang kayak gitu artinya nggak ada sesuatu yang spesial, alias hari-hari Bjorn itu anyep.

"Plain ... as always." Tuh kan bener! Anyep katanya.

"Cari pacar makanya, nanti nggak anyep lagi, Bjorn."

Bjorn menggeleng lagi. Kali ini lebih kencang. "Girls are always scarier than horror movies. I think I'm going to date a surfboard daripada pacaran sama cewek. Buang-buang waktu, dan bikin kita jadi ngalah mulu."

Foa tergelak. "Woah, sucha nightmare. Masih trauma aja gara-gara pacaran sama Smeraldeen."

"Oh shut up, don't ever dare to bring her up in front of me again! Jangan sebut-sebut nama dia. My ears suddenly hurt."

"Telinga apa hatinya yang sakit?"

Foa tertawa sekencang-kencangnya sambil lihat Bjorn manyun sambil terus makan. Dasar, bule rakus!

Satu yang bikin iri Foa adalah Bjorn itu makan mulu tapi susah gemuk. Sementara dia, nambah porsi makan sedikit saja besoknya langsung berasa chubby. Foa juga heran, kenapa dia jadi kayak cewek gitu.

"Want some?" Bjorn mengulurkan tangan yang sedang pegang pizza ke arah webcam. "How's your life over there? Is it good? Sampai kayak ngilang gitu dari peradaban. Kita semua nyariin kamu tahu nggak?"

Foa mengangkat bahu. "Not really. Everything turning up and down here. Ehm ... by the way Bjorn, may I ask you something?"

"Go ahead."

"Waktu itu, kamu pernah lihat orang sakaw kan di Legian, what it's look like?"

"Woah, Luke. That's terrible. He's shaking, keringet dingin, giginya gemeretak kayak lagi saling gigit, matanya merah banget, tremor, aah that's a scariest moment in life deh. Gara-gara dia, aku semakin bersungguh-sungguh buat ngejauhin narkoba. And instead of drugs, I choose pizza."

Foa terpekur. Tadi, dia curiga kalau Firland itu sakaw. Bayangin aja, lagi baik-baik begitu tiba-tiba pingsan, nggak napas. Begitu dikasih CPR, yang dimuntahin malah air.

"Kalau muntahnya muntah air itu gejala apa ya, Bjorn?"

"Muntah air? Air yang kayak apa, Luke? Cairan lambung maksud kamu? Maag kali."

"No. It's not. Bukan cairan lambung, Bjorn. Tapi ... kayak air biasa gitu."

Bjorn meletakkan pizzanya. "Wait a sec."

"Dia habis minum air kali. Di Google nggak ada info soal orang muntah air yang aneh-aneh. Emang kenapa, sih?"

"Look, Bjorn. Jadi, aku punya temen. Kita lagi berdua tadi, tapi tiba-tiba dia pingsan terus aku kasih CPR dan muntah air banyak banget. Kayak orang habis tenggelam gitu, Bjorn."

Bjorn mengetuk-ngetuk dagunya. Selalu kayak gitu. Apa yang jadi masalah atau pertanyaan orang, selalu ninggalin bekas tersendiri di otak Bjorn. Sialnya, bekas kayak gitu berubah jadi semacam kasus yang harus dia pecahkan.

Yap! Bjorn memang berambisi jadi Tom Cruise di Mission Impossible. Selalu tahu, selalu mau, dan selalu cari tahu.

"Lucas, that's weird."

"I know right?"

Kedua remaja itu diam selama beberapa saat. Sibuk sama pikirannya masing-masing sampai akhirnya pintu kamar Foa terbuka dan muncullah Flora di sana.

Wanita itu langsung menoleh ke arah laptop dan melihat wajah Bjorn. Tadinya dia kira itu foto close up Bjorn yang lagi Foa edit pakai efek aneh-aneh, tapi segalanya jadi ribet saat tiba-tiba Bjorn bersuara.

"Hai, Flora! It's me Bjorn. I miss you so much, Flora."

Flora kaku di tempat. Tapi dia segera mendekat dan menutup paksa laptop Foa.

"Mom! What are you doing?"

Flora menegang. Dia baru tahu kalau Foa masih berhubungan dengan teman-temannya di Bali. "How many times do I have to tell you, Fo? No more Skype with Bjorn, Leon, and Dustin. No more friendship between you guys!"

"Mom!" Foa teriak begitu laptopnya ada di tangan Flora sekarang.

"Foa, we're here to get a better place to live! Forget everything about Bali, Fo. Please, listen to me!"

Foa menggelengkan kepalanya. Flora aneh lagi. Dari awal, kepindahan mereka memang jadi tanda tanya besar di kepala Foa. Tapi, nggak pernah ada jawabannya.

Evandrre dan Flora selalu bilang kalau mereka pindah ke Cisarua demi karir Evandrre di dunia perhotelan. Tapi baru sekarang Foa tahu kalau Flora ternyata semarah itu hanya karena dia masih berteman dengan Bjorn.

"I'll listen to you if you tell me why, Mom! You think here's a better place for us? No, you're wrong. This is not a better place for me."

"FOA!"

"Give my Macbook back! I wanna call Bjorn again." Foa beranjak, menarik laptop dari pelukan Flora. Tapi ditahan kuat-kuat sampai dia kesusahan.

"No! Mom says no then it's a big no for you!"

"Mom!" Foa menghentakkan kaki. "That's not fair. You pushed me down here and I know nothing about our life."

"You don't have to know, Forandrre. All you have to do is stay with us. Don't look back, don't bring up everything about Bali here."

"Then tell me what's the reason! You tell me not to do something, but you give no reason. I'm clueless, Mom!"

Flora menghela napas.

Kepindahan mereka memang memiliki tujuan tersendiri. Ada rahasia di baliknya. Tapi, Foa belum boleh tahu. Atau Flora dan Evandrre akan benar-benar kehilangan satu-satunya harta yang paling berharga yang mereka miliki ... Lucas Forandrre Abelard.

Flora menatap kilatan marah dari mata Foa.

Lalu, sebuah hal terpikir di kepalanya. Daripada kehilangan Foa, Flora lebih baik kehilangan yang lainnya.

Maka ... detik selanjutnya yang membuat mata Foa terbelalak kaget adalah saat tangan Flora terangkat dan membanting Macbook kesayangannya ke lantai.

"Mom ," lirih Foa. Dia nggak percaya kalau laptop berisi data-data tumpah darahnya itu kini sudah hancur di lantai.

"What do you mean, Mom? Why you're doing this to me?"

Flora menghela napas. Lalu berkata dengan suara yang bikin bulu kuduk Foa merinding seketika. "It's real warning from mom. Leave them behind, your life is in Cisarua now! Don't look back, Fo. Don't!"

Foa menghela napas. Lalu mendorong Flora keluar dari kamarnya.

Pintu kamarnya dia banting dengan keras. Lalu Foa berteriak. "LEAVE ME ALONE!"

^^SEE YOU NEXT CHAPTER^^

Pesan dari Foa :

"Hai, teman-teman, kakak-kakak, adik-adik, tante-tante, mulai sekarang, kalau ada omongan Foa, Firland, mom dan dad yang kurang paham maksudnya, boleh komentar inline ya. Nanti biar Foa translate-kan dengan senang hati dan penuh cinta. Jangan sungkan atau nanti Foa kasih cium online loh!>,<"

Pesan dari Firland :

"Maaf, Foa itu sok manis. Kalian jangan sampai kena tipu muslihatnya, ya. Baik-baik di tempat kalian. :)"

BROTHER IN DRIZZLE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang