BID 10 : Firland Deserve Better

1.6K 281 46
                                    

Foa bangun pagi dengan tampang kusut sekusut-kusutnya. Suasana hatinya kacau. Kayak jalanan yang habis jadi tempat tawuran. Juga kayak muka-muka anak yang suka tawuran; jelek, amburadul, kucel, dan berantakan. Please note that anak cowok yang suka tawuran itu nggak ada keren-kerennya. Sekali lagi, bad boy yang suka tawuran dengan tampang keren itu cuma ada di TV sama drama. Aslinya, coba nengok kanan-kiri, bad boy di sekolah pasti tampangnya buluk, kan? Hah!

Well, kenapa jadi ngomongin bad boy? Foa menghentak bahu. Geli sendiri ngebayanginnya.

Kalau biasanya Foa bakal bangun di atas jam 10 pagi di hari Minggu, sekarang baru jam 7 pagi dan Foa sudah bangun.

Anak itu bergegas keluar kamar lengkap pakai handuk yang tersampir di pundak. Rambut pirangnya mencuat ke segala arah.

Selesai mandi dan ganti baju, Foa jongkok di lantai kamarnya, memunguti bangkai Macbook yang belum dia bereskan sejak semalam. Mata dan tangannya dengan teliti dan ulet menyelamatkan hardisk, siapa tahu data-datanya masih bisa diselamatkan.

Macbook hancur itu dia lilit pakai sarung bantal warna putih, terus dia gendong kayak bayi sambil jalan ke bawah dengan tampang sedih.

"Hey, good morning, Knight!" Evandrre menyapa dari meja makan.

Foa nggak menjawab, tapi duduk di depan Evandrre sambil mengambil roti, lalu dia oles pakai Nutella Chocolate Crunchy kesukaannya.

"Tumben udah ganteng. Ikut dad and mom ya, kita ibadah ke gereja?"

Foa menggeleng. "Titip doa aja."

"Hey ...."

"I have to make some funeral ceremony."

Evandrre terperangah. Begitu juga dengan Flora yang baru datang dari dapur sambil membawa secangkir kopi dan segelas susu vanilla buat Foa. "Emang siapa yang meninggal?"

Foa terkekeh. "Mau ngubur Macbook. Dia meninggal dunia semalam. Dibanting sama Godzilla!"

"Eh, kamu ngatain mom Godzilla?" Flora berkacak pinggang.

"Yes. Kalau Mom itu Mom, pasti nggak bakalan anarkis kayak semalam. Jadi, yang semalam itu pasti Godzilla kalau nggak Hulk."

Evandrre menghela napas. Dia sudah mendengar ceritanya dari Flora. Pria itu mengakui kalau Flora sudah kelewat batas. Sebagai suami, dia akan melakukan berbagai cara buat mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka.

Dia mengajak keluarganya pindah ke Cisarua, juga ada sebab besarnya. Yang kalau Foa tahu, pasti akan mengubah formasi tiga di keluarganya jadi dua. Karena Foa, pasti akan pergi.

"Dad udah marahin mom semalam. Maafin mom ya, Fo." Evandrre mengulurkan tangan, meraih tangan putranya. "Tunggu tiga bulanan lagi ya, pasti dad bisa beliin Macbook yang baru. Tahu sendiri kan, keuangan kita belum settle lagi gara-gara buat pindahan."

"Salahnya siapa pindah. Udah enak di Bali, punya rumah sendiri. Karir Dad bagus, Mom juga ngajar nari. Malah pindah ke sini."

Evandrre menghela napas. Sabar, sabar. "Ini juga rumah sendiri. Dad beli cash loh. Di Bali, dengan harga yang sama kita nggak bakal dapat rumah segede ini. Ya nggak, Mom?"

"Betul itu, Fo. Kamu belajar nerima dong. Apa yang dad sama mom lakukan kan buat kamu, buat masa depan kamu." Flora berjalan mendekati Foa, lalu memeluk anak itu dari belakang. Foa berjengit, mengalihkan tangan Flora. Tapi Flora malah memeluk lagi, sekarang dagu Flora malah nangkring di atas kepala Foa. "Yang semalam, mom minta maaf, ya. Mom sadar mom salah. Seharusnya juga nggak sampai ngebanting Macbook kamu sih. Tapi gimana lagi, mom emosi."

BROTHER IN DRIZZLE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang