Chapter 5

606 88 15
                                    

.
.
.
.
.
Typo is art
🐜 lectura feliz 🐜

Author pov

"Selamat untukmu Jung Eunji, kamu terpilih sebagai vokalis yang akan berduet dengan Park Chanyeol, "kata-kata guru Ahn itu terus saja terngiang di telinga seorang Jung Eunji.

Jujur ia sama sekali tidak tertarik dengan posisi itu. Ia hanya ingin hidup dengan damai tanpa adanya gangguan, termasuk didalamnya gangguan semacam ini.

"huft... "

Sudah untuk kesekian kalinya ia menghela nafas. Ia hanya tak ingin menambah beban fikirannya saat ini. Jujur saja di usianya yang masih tergolong belia itu ia harus menanggung beban pikiran yang teramat berat dan rumit. Entah kenapa ia menjadi seperti itu, ia terlihat sangat lelah hari ini.

Ia pun berjalan gontai menuju tempat tinggalnya. Disebuah flat kecil dibalik gedung starA. Biarpun Appanya adalah sosok CEO ternama dan memiliki kekayaan yang sudah tak terhitung lagi, Eunji lebih memilih untuk tinggal di sana. Tujuannya adalah ia tak ingin terlalu sering bertemu dengan Appanya. Hanya itu saja, tidak lebih.

Saat memasuki halaman di flat kecilnya betapa terkejutnya ia menemukan beberapa orang pria dewasa yang berdandan layaknya seorang preman sedang mengacak-acak rumahnya. Eunji yang terlihat sudah merah padam wajahnya menahan amarah pun langsung menghampiri salah seorang dari preman-preman itu. Ia pun langsung menghadiahkan satu buah bogem mentah dari tangan mungilnya.

Alhasil preman itu berhasil jatuh tersungkur ke tanah dengan sudut bibirnya yang mengucur darah segar. Teman-teman dari preman itu mengeluarkan smirk nya mengetahui bahwa seseorang yang mereka tunggu akhirnya datang juga.

Ya sedari tadi memang mereka memang menunggu kedatangan seorang Jung Eunji. Mereka adalah orang-orang suruhan dari salah satu musuh Appa Eunji.

" Akhirnya kau datang aghasi, jadi kami tidak usah susah payah mencarimu, "kata salah satu dari preman-preman itu. Sepertinya dia adalah pemimpinnya. Dia berpakaian jauh lebih layak daripada yang lainnya.

Eunji pun hanya tersenyum sinis, lalu duduk di sebuah kursi yang ada didekatnya. "Aku sedang tidak ingin bermain-main disini, sebaiknya kalian keluar sekarang juga, " kata Eunji dengan menampilkan wajah dinginnya. Ia benar-benar lelah hari ini, ia ingin segera beristirahat.

Salah satu preman itu mulai mendekati Eunji dengan menarik tangan mungilnya. Eunji pun langsung memutar tangan dari preman itu sambil berkata, "Sudah kubilang kalian jangan ganggu aku hari ini." Suara lantang Jung Eunji tak menyurutkan nyali para preman itu.

Preman itu dihempaskan ke tanah begitu saja, yang menimbulkan kemarahan dari yang lainnya. Perkelahian pun tak terelakan, Eunji hanya bisa meladeni mereka satu per satu. Tapi seperti nya Eunji kalah dalam hal jumlah.





"Bughh... Bughh... "








"Buuggh.... Buugh...."






Suara itu terus saja terdengar pertanda tengah terjadi perkelahian sengit antara Eunji dan para preman itu. Sudah nampak di wajah cantik Eunji beberapa memar dan lihatlah sudut bibir Eunji pun sudah mengeluarkan darah akibat perkelahian itu.

Saat Eunji terjatuh karena pukulan salah satu preman itu, tiba-tiba ada seorang namja datang membantu Eunji yang terlihat sangat kelelahan itu.

Tunggu, namja itu memakai almamater yang sama dengan Eunji. Itu berarti dia adalah teman eunji di sekolah yang baru.

Saat Eunji hendak berdiri,tiba-tiba ada yang memukulnya dari belakang.

Dan . . . . .

Semua menjadi gelap.

Jung EunjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang