9

5K 292 3
                                    

Hari pertama Azka less privat harus diawali dengan kebisingan atau pertengkaran antara Chacha dan Joanda.
Joanda yang ingin PDKT dengan Azka mendengar penuturan Azka yang akan memberikan lesson privat dengan Chacha, tidak menyia-nyiakan kesempatan agar bisa dekat dengan Azka sedangkan Chacha sedaritadi tidak setuju dan dengan tega menarik Joanda keluar dari balkon rumah Azka.

Chacha menarik Joanda dengan kasar sehingga Joanda terpekik tidak mau.
"Chacha! Sudah!" Azka melelaikan pertengkaran Joanda dan Chacha.
"Biarin Joanda ikut belajar juga. Makin ramai semakin bagus, kan!" usul Azka.

Azka tidak mau ada keributan di mansionnya. Bisa-bisa bundanya bakalan marah besar karena menganggu ketenangan mansion, belum lagi si kembar yang siap menjadi kompor atau mengkambing hitamkan dirinya nanti jika mereka ada di mansion. Untunglah mereka tengah sibuk dengan kegiatan kursus yang ayahnya berikan kepada si kembar.

"Iya/Tidak." ucap mereka serempak lalu menatap satu sama lain dengan tatapan sengit.
Azka menatap mereka dengan berbagai pikiran, yaitu memikirkan bagaimana cara membuat dua perempuan keras kepala itu akur atau setidak tidak memicu merusak ketenganan mansion.

"Yaudah! Kalian berdua bisa pulang! Aku udah malas kalau mau ngajar orang yang bertingkah. Aku juga nggak suka cewek yang selalu bikin ribut. Nyusahin!" Putus Azka. Azka malah mendorong kedua perempuan itu keluar.

"Kita udah nggak bikin ribut lagi kok, iyakan Cha?" Joanda melotot kecil kepada Chacha memberi kode kepada dengan mencubit sedikit lengan Chacha. Chacha menatap galak Joanda lalu mengeserkan sedikit tubuhnya mendekat ke Joanda lalu menginjak kaki Joanda dengan sesikit tekanan di sertai dengan senyuman gemas dari Chacha.

"Iya kok Ka. Kita udah nggak bikin ribut lagi kok. Percaya deh.!" ucap Chacha.
Azka yang tahu kelakuan perempuan di depannya itu hanya mengembuskan nafasnya dengan kasar.
"Terserah kalian deh." ucap Azka lalu membalikkan badannya.

Setelah Azka membalikkan badannya, Joanda dan Chacha terlihat saling mencakar tanpa suara walaupu sesekali ada yang terpekik tertahan.
"Ja--" ucapan Azka terputus ketika Joanda dan Chacha saling mengelus satu sama lain dan tersenyum bahkan Joanda beberapa kali menepuk kepala Chacha seperti hewan peliharaan.

"Emm,,,sebaiknya kita percepat belajarnya.."

....

Sepanjang belajar Joanda dan Chacha sibuk dengan memperhatikan Azka yang sedang menjelas bhakan sekarang Chacha sibuk dengan khayalannya yang termasuk kebanyakan micin.

"Jadi ngertikan sekarang...!" ucap Azka.
"Iya Ka, aku ngerti kok Hidupku tanpamu bagaikan cos90=0. Kau dan aku adalah sin90=1 dan selalu bersamamu adalah tan90 = tak terhingga." ucap Chacha lalu menghembuskan nafas asmara sedangkan Joanda yang melihatnya hanya mendengus jijik.

"🙀" Azka.
"💩" Joanda.
"😘" Chacha.

....

Suara riuk picuh terdengar nyaring di lapangan sekolah. Kegiatan setiap jum'at yaitu olahraga bebas.
Hari jum'at adalah dimana hari bagi siswa adalah kebebasan. Hari dimana siswa bisa bebas membawa hp ataupun laptop, memakai sepatu warna-warni tapi dengan baju seragam yang sama yaitu baju olahraga. (Aturan di sekolah Cecek sendiri 😁 )

Suara teriakkan dan pekikkan siswi terdengar nyaring di lapangan basket. Rutinitas siswa yang suka tebar pesona dan siswi yang termakan tebaran tersebut.

Pertandingan basket.

Walaupun hanya sekedar main biasa dan bukan pertandingan antar sekolah tapi suara fans terdengar nyaring disana sini.
"KYA!!!! Kak Oskar semangat!!!!!"
"RAFI!!"
"GENTA!!! DAHI LEBAR!!! SEMANGAT!!!"
"AZKAAAA!!!! JANGAN MAU KALAH!!!!"
"AZKAAAA!!!!"
"LOPPPPEEETTT!!!!"
"PAK AZMI!!! JANGAN MAU KALAH SAMA MURIDNYA!!!"

Pak azmi satu-satunya guru yang masih membujang dengan wajah yang lumayan tampan. Hal itu membuatnya di gandrungi siswi dari kelas 10 sampai 12 tak heran juga jika guru yang masih belum menikah juga ikut mendekati sang bujangan.

Chacha yang mendengar teriakkan tersebut jadi tidak tenang ketika mendengar nama sang pujaan di teriakkan dengan lantang seakan dirinya hanya debu sekali tiup.
Chacha yang sedang bermain futsal jadi tidak fokus.

Chacha yang mengiring bola di kakinya menjadi terlepas dari kaki dan beralih ke Reno.
"Fokus Cha! Ingat yang kalah traktir seminggu." ucap Reno.
Lapangan futsal memang bersebelahan lapangan basket jadi Chacha bisa sesekali melirik Azka.

"ANJING!" gumam Chacha.

Chacha mulai berlari dan merebut bola di Reno. Mengiringnya ke gawang lawan.
"DIKY!!" Chacha mengoper ke Diky dan di sambut Diky dengan mulus.

Diky lalu mengoper ke Chacha yang sudah mendekat ke gawang lawan. Chacha melihat ke arah yang kosong.
'Sasaran terkunci.' batin Chacha.
Chacha menyunggingkan senyum setannya dan menendang bola dengan keras.

Bola melambung memasuki kerumunan orang lalu mengenai punggung pria dengan keras hingga membuat pria itu mengaduh kesakitan.
"AZKAAA!!" semua orang terpekik melihat Azka yang meringis kesakitan.
Semua siswi menatap Chacha dengan pandangan horor.

"Sory! Gue nggak sengaja." ucap Chacha.
"Chacha, kamu bawa Azka ke ruang UKS!" perintah pak Azmi. Chacha hanya mengangguk lalu menarik Azka dengan paksa.

Ruang UKS

"Nggak mau minta maaf." Chacha tampak memcebikkan wajahnya.
"Ngambek ya..." Azka menoelkan pipi Chacha yang langsung ditepis oleh Chacha.
"Gara-gara Kaka! Aku harus ikut traktir tim Reno." Azka terkekeh geli mendengar penuturan Chacha.

Azka mengira jika Chacha cemburu karena siswi meneriakkan namanya dengan lantang, ternyata Chacha ngambek kerena harus mentraktir tim Reno makan, walaupun traktirnya patungan tapi itu lumayan menguras keuangan Chacha dalam bulan ini.

"Yaudah deh, bulan ini aku yang traktir kamu makan." ucap Azka. Chacha menatap Azka sengan binar mata gembira.
"Beneran? Makasihh..."
"Iya..." Azka menarik gemas hidung Chacha lalu mencubit pipi tembem Chacha.

.....

My Love's AzkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang