Part 8

5.1K 299 7
                                    

23:59 WIB

Sudah hampir tengah malam tapi semuanya terlihat masih ramai, mobil dan motor  tak berhenti melintas di jalanan. Sama seperti keadaan wanita yang sedang meneteng tas dikedua pundaknya yang berisi beberapa helai pakaian dan pakaian dalam.

Hanya satu tujuan yaitu rumah pujaan hati.
Wanita itu tidak peduli jika sang pujaan hati akan marah karena menganggunya selarut ini. Sudah hampir sejam ia berjalan barulah ia sampai di perkomplekan elit sang pujaan.

Ia terus berjalan menyelusuri beberapa perumahan, akhirnya ia sampai di rumah sang pujaan.
Wanita itu membunyikan pagar supaya satpam yang bertugas bisa mendengarnya.

"Non Chacha, malam-malam gini ngapain keluyuran? Bawa tas lagi, uwalah non." Kaget pak Jarwo, satpam rumah Azka.
"Pak, bukain dong pintunya.. Hiks...hiks..." Chacha mengerat genggamannya pada tasnya.
"Silahkan non." pak Jarwo dengan segera membuka gerbang mempersilahkan Chacha masuk kedalam.

Chacha masuk rumah Azka dengan wajah yang bercucuran airmata dan menangis histeris membuat seluruh penghuni rumah kalang kabut keluar dari kamar. Tak kecuali Zac yang jika tidur memang tidur ala orang mati.

Kirana dengan segera memeluk Chacha yang menangis terseguk-seguk. Membelai lembut puncak kepalanya memberikan ketenangan kepada Chacha.
"Chacha kenapa? Coba ceritain sama bunda!." Kirana mengapus airmata Chacha dan mengelus wajah Chacha dengan lembut.
"Chacha.. Hiks..hiks..kabur dari rumah....hiks..hiks...bun...huwaaa..." ucap Chacha dengan tersegal-segal.
"Hah?"Kirana mengernyitnya dahinya tidak mengerti dengan tindakan anak dari temannya ini.

"Iya bun! Mama sama Papa ngerencain bakalan misahin Chacha dengan Kaka. Papa bakalan mindahin Chacha kesekolah lain, Chacha nggak mau pisah sama Kaka. Huwaaa...hikss..hikss.."  Kirana menatap putranya lalu memberikan isyarat dengan matanya, Azka yang mengerti isyarat sang bunda menganggukan kepalanya.
"Chacha, Chacha lebih baik ngomong sama Kaka dulu aja. Bicarain aja masalah Chacha sama Azka, ya." Kirana menarik suaminya menuju kamar mereka sedangkan Inara sedari tadi sudah masuk kedalam kamarnya.

Di kamar, Kirana sudah memeluk suaminya di ranjang.
"Aku bingung sama kamu, Na." ucap Trisbian memecah keheningan diantara mereka.
"Bingung kenapa, Mas?" tanya Kirana.
"Firasat aku aja atau memang kamu setuju jika sama Chacha sama Azka menjalin hubungan?" bukan menjawab Trisbian malah balik bertanya pada Kirana.
"Kalau mereka jodoh kenapa enggak? Lagipula Chacha imut kok. Kenapa? Kamu nggak setuju?"
Kirana menatap Trisbian dengan tatapan tidak suka.

"Jadi kamu suka yang imut-imut?" tanya Trisbian. Kirana mengangguk setuju.
"Gimana kalau kita buat sesuatu bisa menguras keringat?" tanya Trisbian dengan seringai yang menghiasi wajah tampannya.
Kirana yang mengerti maksud sang suami hanya tersenyum dan mengalungkan tangannya ke leher sang suami.

Di ruang tamu

"Kaka gimana dong? Chacha bakalan pindah sekolah, Chacha nggak mau pisah sama Kaka." Chacha menangis di bahu Azka sesekali ia mengelap hidungnya yang di penuhi cairan ke ujung baju tidur Azka.
Azka menghembuskan nafasnya dengan lembut.
"Chacha, itukan bukan masalah besar! Kamu berlebihan banget sih, sampai kabur dari rumah kek gini. Memangnya Mama kamu ngak khawatir?" Azka mulai menjauhkan dirinya dari Chacha supaya Chacha tidak mengeluarkan cairan menjijikkan itu ke bajunya lagi.

"Jadi maksud Kaka, Chacha yang berlebihan, gitu? Emangnya Kaka udah bosen sama Chacha gitu? Chacha udah nggak cantik lagi? Udah ada yang baru? Siapa!? Si Janda itu, iya!? Mau Chacha potong itit nya?!"
Azka membekap mulut Chacha sambil meletakkan jari telunjuknya ke bibir, isyarat supaya Chacha diam.
Chacha yang kesal dengan Azka malah mengigit tangannya sehingga membuat Azka menjerit sakit.

"Rasain! Baru digigit tangannya udah kayak gitu. Mau aku gigit juga itit kamu?" tanya Chacha sambil melirik selangkang Azka. Azka yang merasa aset masa depan dalam bahaya dengan segera menutup area selangkangnya.

"Jadi kamu maunya gimana? Aku kan nggak tau gimana nyelesain masalah kamu." ucap Azka.
"Memang harus pindah ya?" tanya Azka lagi. Sebenarnya ada perasaan tidak ingin di hati Azka mendengar kabar Chacha ingin pindah sekolah.
"Iya.! Kata Papa nilai aku udah anjlok banget, jadi Papa mau aku pindah sekolah aja! Aku nggak mau Kaka! Aku nggak mau pisah dari kamu! Sejam tanpa liat kamu udah bikin gagal fokus, bayangin aja kalau berjam-jam tanpa liat kamu, nilai aku pasti lebih anjlok lagu." jelas Chacha.

Azka merasa seperti Chacha akan menghilang dari muka bumi, seakan-akan kepindahan Chacha sampai keluar negri atau keluar angkasa.
Azka merasa tidak rela. Hari-hari yang ia lalui bersama Chacha harus sepi jika Chacha tidak ada. Azka sudah pernah merasakannya. Ketika mereka liburan kelulusan SMP dan keluarga Chacha memutuskan liburan ke korea sedangkan Azka dan keluarganya memilih liburan kerumah nenek mereka, di sana Azka merasa sangat tidak bersemangat.

Azka merasa sepi. Dari situ Azka menyimpulkan jika ia sudah terbiasa dengan kehadiran Chacha. Pertama ia merasa hanya rasa suka saja hingga ia menyadari jika ia tidak bisa berjauhan dari Chacha.
Anggap saja Azka itu gengsi karena tidak ingin ada tahu perasaannya dengan Chacha kecuali sang bunda. Jika di izinkan Azka tidak ingin pacaran, tapi ia ingin nya langsung nikah. Hal ini yang pernah ia ceritakan kepada Chacha hingga Chacha mengklaim dirinya calon istri Azka.

"Pindahnya jauh ya?" tanya Azka. Chacha hanya mengangguk.
Azka sudah merasa tidak bersemangat lagi. Berarti ia harus benar-benar akan berpisah dengan Chacha.
"Aku bakalan di pindahin ke SMA 2 bakti Kaka. Jauh banget!! Nggak mau!!" ucap Chacha.
'SMA 2 BAKTI?' fikir Azka.
"Bukannya itu di samping Taman gadoran?" tanya Azka. Chacha mengangguk.
"Chacha itukan masih sekitar sini, cuma beberapa ratus meter aja. Cuma beda kecamatan aja. Ya ampun, Chacha!! Aku pikir kamu pindahnya keluar negri! Tau nggak!?" Azka merasa kesal dengan Chacha walaupun ada rasa lega yang terselip di hatinya.

"Makanya bantuin." pinta Chacha.
"Bantuin apa?" tanya Azka. Chacha mengenggam tangan azka dan menampilkan tatapan memohonnya.
"Jadi guru privat aku! Kalau nilai aku nggak anjlok aku nggak bakalan di pindahin. Ya! Ayolah! Ya ya ya!! Kabulin dong." jika sudah begini Azka nggak bisa menolak keinginan Chacha. Mau tidak mau Azka menganggukan kepalanya.
"Iya deh." Chacha kegirangan mendengar jawaban Azka hingga memeluk Azka.

Flashback

Ring ring ring

Ponsel Kirana berbunyi membuat sang empu sangat terganggu. Dengan malas Kirana menjawab panggilan tersebut.

"Halo"

"Iya, halo"

"Na, Chacha kabur dari rumah"

"Hah? Apa?"Kirana terlonjak kaget sehingga langsung duduk ranjangnya membuat sang suami mau tak mau harus terbangun juga.

"Kok bisa mbak?" tanya Kirana

"Chacha nggak setuju kalau Papanya mindahin dia ke sekolah lain, dia bilang nggak mau pisah dari Azka. Dari tadi dia ngambek mulu bahkan sampai mogok makan. Kalau Chacha ketempat kamu hubungin mbak."

"Iya mbak." jawab Kirana.
"Ok. Makasih, Na."
"Iya. Mbak."

Tut tut tut

...

Mulai nanti bakalan lama agak selow dikit update nya. Lagi banyak pikiran!! Benar2  butuh something buat jreng otak.

My Love's AzkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang