Extra Part 3

7.7K 316 11
                                    

"Baby..?!"

Chacha mengangguk tersenyum lebar sambil menepuk pelan perutnya. Memberitahukan jika di perutnya ada kehidupan di sana.

Chacha mendekat ke arah Azka lalu mengelus rahang Azka. "Kenapa? Kamu gak suka?" Azka yang terbuyar dari lamunannya langsung mengalihkan pandangannya ke wajah Chacha.

Azka merentangkan tangannya lalu memasukkan Chacha kedalam pelukkannya. "Aku suka! Aku beneran senang! Aku gak nyangka bakalan jadi seorang Ayah.. Auww"

"Papi.." Chacha meralat perkataan Azka dengan mencubit manja perutnya. Azka tertawa lalu semakin erat memeluk Chacha. "Iya, iya, Papi."
Chacha balas tersenyum lalu memasukkan tangannya ke dalam baju Azka dan mengelus dada bidang nya sehingga Azka terkejut.

"Geli, Cha."

"Baby nya yang mau."

Azka tertawa mendengar modusan Chacha yang selalu mengkambing hitamkan anak mereka. Azka berbisik dalam hati, berharap anaknya memaklumi sifat manja dan suka modus sang ibu.

...

"Azka, kamu mau ngapain, Nak?" tanya rahma melihat Azka yang sedari tadi mondar mandir di depan pintu kamarnya.

"Chacha terus-terusan muntah, Ma. Chacha mual cium aroma keringat aku."

Azka masih sibuk mondar mandir di depan kamarnya bersama Chacha. Ia mulai khawatir ketika suara Chacha yang memuntahkan isi perutnya.

"Cha, kamu gak papa, kan?!"

"Kaka ngapain masih di sana? Keluar, gak!! Aku gak mau cium keringat kamu, bikin enek tau, gak? Aku gak mau seranjang sama kamu malam ini! TITIK!!" teriak Chacha lalu menutup hidungnya.
Mengibaskan telapak tangannya seperti mengusir seekor ayam.

"Tapi aku udah mandi, Cha?" bela Azka. Ia masih terkekeh ingin tidur seranjang dengan istrinya.

"Gak! Pokoknya tetap gak mau seranjang sama kamu malam ini."

"Tapi, Cha--"

"Gak mau!! Maunya kamu tidur di luar malam ini! Titik."

Rahma menarik ujung kaos baju Azka lalu berbisik. "Mama pikir kamu lebih baik nurut deh, takut itu bawaan bayinya. Emang kamu mau anak kalian ileran? Gak, kan!"

Azka tampak berpikir, lalu menatap Chacha. Ia menghembuskan napasnya lalu mengangguk, memyetujui perkataan sang Mama.

"Iya deh."

....

Gelisah. Mata Chacha membulat sempurna karena sedari tadi tidak bisa di tutup. Matanya menyelusuri kamar lalu tatapannya terhenti tepat sebelahnya.

Kosong. Tentu saja. Azka kan sudah minggat ke ruang keluarga.
Mau di samperin tapi, gensi. Hufff
Chacha memutuskan untuk merapatkan matanya dengan paksa. Tidur. Tidur. Tidur.

Chacha mengerang frustasi, lalu berteriak kesal. Chacha terisak lalu mengelus perutnya.

BRAKKK

Chacha terkejut lalu menoleh ke arah pintu, tangisnya semakin keras. Ia meringsut turun dari ranjang lalu merentangkan tanganya dan berlari menuju Azka.

"Kenapa? Ada yang sakit? Uhh,, baby kamu gak papa, kan?"
Azka mengelus lembut perut Chacha sedangkan Chacha semakin menenggelamkan kepalanya ke ketiak Azka.

"Gak bisa tidur!" keluhnya.

Azka menyeringai lalu memandang Chacha dengan senyum mengoda
"Lah, kok gak bisa tidur?" tanya Azka dengan nada yang di buat buat.

Wajah Chacha merah padam karena malu. Ia mencubit perut Azka sedikit keras lalu semakin menenggelamkan kepalanya ke ketiak Azka.

Azka terkekeh ringan lalu mengelus rambut Chacha.
"Aku tahu, kamu pasti nyariin ketiak aku kan." ucap Azka dengan nada mengoda sambil mencolek dagu Chacha.

Chacha semakin malu dan semakin menenggelamkan wajahnya serta mengendus baunya.

"Wangi." gumamnya.

Azka mencubit gemas pipi Chacha sehingga Chacha merengek ke sakitan.

"Makanya kalau masih perlu suami jangan di suruh tidur di luar, liat kan sekarang siapa yang nyariin sampai nangis gini."

Chacha mengembungkan pipinya lalu menangkup kedua pipinya.
"Habisnya... Bau kamu nganggenin sih."

Chacha memeluk Azka lagi menyusupkan kepalanya ke ketiak Azka sehingga Azka terkekeh geli.

"Tidur yuk." Ajak Azka. Chacha mengangguk lalu mengalungkan lengannya ke leher Azka. "Pengen di gendong." Azka mengendong Chacha ala koala lalu menjatuhkan Chacha dengan sepelan mungkin ke ranjang dan menjadi lengannya sebagai bantal untuk Chacha tidur sedangkan Chacha membaui ketiak Azka.

....

"Huekkkk.... Huekkkk huekk...."

Chacha semakin memuntah makanan yang baru sempat di telannya dari pagi.
Setelah sedikit memakan nasi uduk yang di idamkannya, ia langsung memuntahkan nasi tersebut ke closet karena tiba-tiba mual.

"Kamu yakin gak papa aku tinggalin buat kuliah?”

Chacha mengangguk sambil menggelap bibirnya dengan belakang telapak tangannya .

"Kan ada Mama sama Papa. Kamu tenang aja aku gak papa kok." jawab Chacha.

Azka menatap Chacha dengan prihatin. Azka berdiri lalu menatap Chacha yang masih terduduk di sampin closet.

Azka keluar lalu melempar tas ke ranjang laku berbalik ke kamar mandi. Ia meletakkan tangan kananya ke tengkuk Chacha dan tangan kirinya ke tungkai kaki Chacha.

Azka mengendong Chacha ala bridal lalu meletakkan Chacha ke ranjang dengan sangat perlahan.
"Kalau kamu sakit gini, aku gak bakalan bisa ninggalin kamu. Apalagi ada Baby di sini. Sayang... Kamu jangan nakal dong. Papi kan jadi khawatir sama mami juga kamu." ucap Azka mengelus perut Chacha sambil mendekatkan wajahnya ke perut Chacha.

Chacha di buat haru oleh sikap Azka. Chacha balas mengelus rambut Azka dengan lembut lalu mendekapnya dengan hangat.

"Kamu bikin aku gak bisa jauh dari kamu, Ka. Aku benar-benar cinta kamu."

"Aku juga. Aku sangat mencintaimu dan anak kita."

01:46  Dini hari

"AZKA, BABYNYA PENGEN MARTABAK TELOR!!!"

"DI SINI GAK ADA YANG JUAL CHACHA..."

.....

Hoho

Akhirnya kelar juga.. Kependekkan ya.... Garet ya.... Jelek ya...

Lagi buntu ni buat nulis yang ini, soalnya lagi ngepokusin TAKDD sama Meluluhkan Hati.

Kalau mau baca mongo sile kan baca.

Bagi yang berkenan baca  cerita yang judulnya 'Meluluhkan Hati' itu edisi cerita bulan ramadhan

Bubayy👐👐

My Love's AzkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang