14

4.6K 269 3
                                    

Chacha menunduk lesu, didiamin Azka beberapa hari ini membuatnya tersiksa. Ia sudah meminta maaf secara langsung tapi tidak di tanggapi, minta maaf lewat via chat dan SMS malahan no.nya yang di block, bahkan semua chat Chacha di MedSos cuma di read atau di biarkan saja. Membuat Chacha rindu gegana.

Chacha berjalan dengan lesu di tempat parkiran. Sudah beberapa hari ini ia di antar sopir, biasanya ia pulang-pergi dengan Azka sekarang mungkin cuma angan saja.

Chacha melihat Azka sedang memasangkan helm, Chacha menyipitkan matanya, mata coklat cerahnya menangkap sluet wanita di samping Azka. Joanda?? Lirihnya.

Chacha bergegas menghampiri dua insan tersebut. Chacha memasang senyum ceria lalu menepuk punggung Azka.
"Aku pulang sama kamu ya, Kang cecep nga jemput aku hari ini, boleh kan!?" Chacha tersenyum seperti biasanya seakan-akan tidak ada permasalah di antara mereka.

"Azka pulang sama gue! Oh iya, Lo kan bisa minta jemput bokap lo mengingat Elo anak kesayangan bokap lo." Joanda menepis tangan Chacha yang memegang lengan Azka dan menekan kata anak kesayangan.

"Azka pulang bareng ama gue hari ini. Minggir deh.." Joanda mendorong bahu Chacha membuat tubuh Chacha bergeser kebelakang.
Joanda memakai helm yang di pegang Azka lalu duduk di belakang Azka memeluk erat pinggang Azka dan tersenyum merendahkan kepada Chacha, menunjukkan bahwa azka miliknya.

Chacha hanya menunduk ketika motor sport Azka mulai menjauhi parkiran sekolah, ingin rasanya ia menangis. Jika di sakiti secara fisik mungkin Chacha bisa menahan rasa sakitnya tapi yang sekarang ia hadapi bukan masalah fisik tapi hati.

Azka melirik kaca spion sekilas, ada perasan kasihan di rasakannya ketika melihat Chacha, tapi Azka tetap kesal dengan Chacha. 'Mungkin beberapa hari lagi Chacha bakalan jera' batinnya.
Azka ingin bermain-main dulu dengan Chacha supaya Chacha jera.

Azka tersenyum miring menampilkan smirk smile di balik helmnya. Ia melajukan motornya ketika merasakan pelukkan di pinggangnya semakin mengerat.

....

Pagi ini Chacha benar-benar merasa gairahnya turun drastis. Berjalan menelusuri koridor, menaiki tangga bahkan di pertengahan tangga Chacha menghela nafasnya dengan kasar. Chacha mengeratkan gengamannya pada tali ranselnya ketika melihat Azka dan Joanda berjalan melewatinya. Azka sesekali tertawa mendengar candaan dari Joanda.

Chacha terfokus dengan kedua tangan dua insan tersebut yang saling bertautan. Chacha merasa Joanda benar-benar menyingkirkan dirinya dari Azka.

Chacha masih ingat ketika Joanda mengatakan akan mencari celah retak hubungan mereka dan akan benar-benar menghancurkan hubungan mereka dan lihat sekarang!!! Hubungan mereka sekarang benar-benar pecah.

Ingin rasanya Chacha melabrak mereka berdua seperti seorang istri yang melabrak suaminya yang ketahuan selingkuh dan mencakar wajah selingkuhan suaminya. Hahahaa

Huffff

Lagi-lagi Chacha menghela nafasnya. 'Cuma khayalan nga bakalan bisa jadi kenyataan..' Fikirnya..

"Ya alloh,, muka habis di bilas, ya? Kusut banget. Haha.." Diky terkekeh melihat Chacha yang langsung berpangku di kedua tangan.
"Gu...e m..au.. Ma..ti aja..." gumam Chacha yang masih terdengar oleh Diky.
"Kalau boleh gue saranin ni ya... Di jembatan dekat rel kereta api paling pas buat bunuh diri, jadi gue sara-- Auwhh.." Chacha yang awalnya menatap Diky penuh harap kini mengeplak kepala Diky dengan penuh cinta yang tiada duanya.

"Temen lagi kesusahan bukannya di tolongin malah di suruh bunuh diri..unfaedah.."

"Kan, Elo yang minta mati.. Gue mah nyaranin tempat yang strategis buat Lu, kalau masih mau bunuh diri." ucap Diky sambil mengelus kepalanya yang masih terasa sakit akibat geplakan Chacha.

My Love's AzkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang