.

622 53 28
                                    

Berlari sekuat tenaga itulah yang ada dipikiran Bintang saat ini, tanpa memperdulikan petugas satpam yang bersiap menutup pintu pagar yang tingginya sekitar 3 meter dengan aksen vertikal berwarna kecoklatan,  senada dengan warna gedung sekolah tersebut.

Ia nekat berlari menerobos pintu pagar yang tinggal beberapa senti lagi akan tertutup sempurna,

'wwwuuusshh'....

Seperti suara kentut tidak tau berasal dari siapa dan misterius, sang satpam berdiri melongo melihat cepatnya Bintang memasuki gerbang yang hampir tertutup itu.

Senyum tipis terurai dari wajah tampan Bintang, merasa itu adalah skil menghilang seperti naruto.
sembari terus berlari menuju kelasnya.

Berkeringat dengan napas tersengal-sengal, kerah bajunya basah akan keringat yang menetes perlahan dari dahi dan sekitar tengkuknya, Bintang akhirnya sampai juga di kelas yang ia tuju.

Berdiri sejenak di samping pintu masuk sambil mengatur napas dan menyapu keringatnya dengan sapu tangan yang diambil dari saku celana.

Ia pun melangkah masuk, matanya menangkap sosok gadis yang sedang berdiri di depan kelas yang jaraknya tidak jauh dari pintu tempatnya masuk hanya di halangi oleh meja guru.

Gadis tersebut dengan tenang memperkenalkan diri kepada teman-teman sekelas lainnya.

"Perkenalkan nama lengkap saya Alice Qiara Mahendra, panggil aja Alice." kata gadis itu sembari tersenyum manis memamerkan lesung pipitnya.

Seketika suasana kian riuh, karena para siswa yang notabenenya anak laki-laki berseru-seru tak jelas.

Adapun para siswinya ada yang memutar bola mata sembari mengeleng pelan, ada juga yang menatap Alice iri.

Mata Bintang terbelalak dan langkah kakinya seketika terhenti, Membeku, ia tak melanjutkan langkahnya.

"Orang kaya." Bintang membatin.

memastikan seakan tak percaya, Bintang mencoba menenangkan diri ia menutup matanya sejenak.

Berharap itu hanya orang yang mirip si 'orang kaya' itu.

Ia menghembuskan nafas, lalu membuka matanya perlahan.

Saat ia membuka mata.

"Asli ga sih ini yang gua liat?"
Kembali Bintang membatin.

Merasa sedang ditatap seseorang, Alice, si gadis cantik berperawakan mungil dengan rambut  hitam legam sepundak yang diurainya, disertai hidung mancung dan bola mata coklat yang indah, diiringi bibir tipis berwarna pink.

Memalingkan wajahnya ke arah pintu masuk kelas yang berada di sebelah kanan, betapa terkejutnya ia saat mendapati orang yang paling dia hindari berada di sana.

Bola mata coklatnya membulat seketika, napasnya seakan terhenti, cowok yang selalu membawa sial baginya.

Tak percaya ia mengucek-ngucek singkat kedua matanya. Bintang dan Alice saling menatap saat ini.

Disela moment tatap menatap itu, suasana kelas membuat Bintang bergidik ngeri semua siswa-siswi di sana mengalihkan pandangan padanya dengan garang.

"siapa sih anak berantakan ini, ngerusak moment aja, udah tau  lagi liat bidadari tak bersayap." batin seorang siswa yang duduk dibelakang.

Mereka merasa terganggu dengan kehadiran Bintang yang berdiri sudah seperti patung disela-sela moment perkenalan Alice.

"Apa? What The Fuck, lu lagi lu lagi dan lu lagi"

Terdengar teriakan berasal dari pojokan kiri yang membuat seisi kelas terkejut, Bintang dan Alice seketika menoleh ke arah suara itu.

Tsuki nama pemilik suara itu.

Sambil menggebrak meja dia memasang wajah shock

Lalu ia berdiri dengan penuh percaya diri dan menyunggingkan senyum remeh pada Bintang, seakan-akan mengajaknya untuk beradu jotos saat itu juga.

Tanpa melihat kondisi bahwa mereka sedang dalam masa pra-MOS.

Bintang tersenyum samar sambil menaik turunkan alisnya santai seakan mengiyakan ajakan berkelahi dari Tsuki.

Tsuki adalah musuh bebuyutan Bintang, mereka adalah musuh abadi.

Tatapan tajam Tsuki yg dipenuhi api kebencian dengan senyuman remehnya pada Bintang.

Jelas sekali ia tak sudi menjadikan Bintang temannya.

Sedangkan bintang menatap Tsuki dengan santai dan terkesan rileks.

Padahal dalam hatinya sedang dag dig dug tak karuan.

"Ruwet deh masa SMA gua, hancurkan masa depan masih menjadi motivasi buat gua hahaha."
Batin bintang

Melihat situasi yang tak terkendali, kakak-kakak osis yg bertugas pun dengan cepat menegur keduanya.

Di setiap kelas terdapat 2 kakak osis yang bertanggungjawab membimbing adik-adiknya selama masa pra-MOS sampai masa Pasca-MOS.

"Hei lu masuk sana" ujar salah seorang kakak osis dengan nada memerintah.

"Kayak patung selamat datang aja lo" lanjutnya, karena melihat Bintang yg tak kunjung bergeser dari pintu masuk itu semenjak manik matanya mendapati alice.

"Ini lagi Tsuki teriak-teriak kayak orang kesurupan, pada mau berantem? mau jadi jagoan, belum resmi MOS aja udah pada songong lo" ucap seorang kakak osis lainnya.

Seakan tak mengindahkan perintah kakak-kakak osis, Tsuki malah melangkah maju ke depan karena sudah tersulut emosi dengan sikap Bintang yang terkesan cuek dan tak seperti yang diharapkannya.

Tsuki mempercepat langkahnya.

Tak banyak, kurang lebih 10 langkah untuknya agar bisa berdiri di depan Bintang.

Tsuki menatap bintang dengan penuh kebencian.

Ia memajukan langkahnya sekali lagi dan tangan kanannya telah terkepal sempurna yg membuat urat-urat tangannya berdiri dan siap di layangkan ke wajah tampan Bintang.

Salah satu Osis yg ada disana kembali tak tinggal diam Ia menahan tangan tsuki yang telah di layangkan ke udara, siap mengenai bagian pipi Bintang.

Chapter: Awal yang buruk

To Be Continue

Masa indah masa SMA, semoga yang udah lulus belom lupa yah sama primadona Sma nya dulu hahaha

              

Belum Ada JudulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang