2

3.1K 466 12
                                    

-00-

The Last Train

BTS Fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

Minyoon.

-00-

"Pulang Chim, sudah malam. Kau mau ketinggalan kereta?"

Ini kejadian yang sama dengan dua hari lalu. Jimin lagi-lagi ketiduran setelah menyelesaikan tugasnya di rumah Taehyung. Ia melayangkan umpatan kesalnya pada laki-laki berambut pirang itu. Ugh, mengapa, selalu saja ia tak bisa menahan rasa kantuknya meski sudah meminum dua gelas kopi sekalipun.

"Aku pulang, Tae."

"Iya, hati-hati."

Taehyung hanya mengantar Jimin sampai ke depan pintu, kemudian ia kunci pagar rumahnya setelah laki-laki itu terlihat semakin jauh ditelan gelap jalan. Sudah malam sekali. Taehyung menguap lebar merasakan kantuknya yang tak tertahan.

.

Jimin melirik jam tangan analognya. Jam 10 lebih 30 menit. Wah, masih banyak waktu rupanya. Masih ada setengah jam lagi sampai kereta terakhirnya berangkat. Jimin menghela napas lega.Ia tidak perlu lagi berjalan cepat terburu-buru demi mengejar kereta. Lantas diperlambatnyalah langkah kakinya.Ia mulai berjalan santai.

Stasiun sudah terlihat.Jimin menyunggingkan senyum. Alasannya karena ia melihat laki-laki yang ditemuinya kemarin itu tengah menempelkan kartu e-ticket-nya dan masuk koridor. Entah mengapa ia merasa harus mengejarnya.

"Yoongi! Min Yoongi!"

Jimin berseru sesaat setelah ia melewati portal. Laki-laki bernama Min Yoongi itu menoleh nampak terkejut.Tentu, malam-malam begini, ada yang berseru memanggil namanya di antara kesunyian stasiun.

"Kita bertemu lagi!" ucap Jimin.Ia hanya mendapat decakan dari Yoongi tanpa jawaban apapun. "Kau tidak senang bertemu denganku?"

"Untuk apa aku senang?" sinisnya.Jimin hanya meringis. Ia tak pernah suka jika Taehyung bersikap ketus padanya, hanya saja dengan laki-laki ini, Jimin suka. Sinisnya itu lebih bagus daripada diamnya.

"Kali ini kau pakai mantel? Dingin, ya?" Jimin ingat di pertemuan pertama mereka, Yoongi tidak mengenakan apapun selain kemeja putihnya. Kali ini Yoongi mengenakan mantel hitam yang bentuknya seperti kimono.

"Kalau tidak dingin untuk apa aku pakai mantel." dia menggumam rendah seraya meninggalkan Jimin. Jadilah Jimin seperti anjing yang mengekori tuannya. Ia mengikuti langkah Yoongi dan berusaha menyamainya. Mereka berjalan berdampingan.

"Bagaimana harimu?" ini mungkin terdengar klise. Sama seperti basa-basi yang sering diungkapkan ketika bertemu dengan orang yang tak terlalu dekat dan tak terlalu ingin diajak bicara. Lain halnya dengan Jimin, sebab dia memang ingin tahu bagaimana Yoongi melewatkan harinya. Ia ingin mendengar sesuatu yang menyenangkan atau apapun itu dari mulut tipis sewarna cherry milik Yoongi.

Jawabannya hanya delikan. Lantas Yoongi duluan masuk ke kereta. Jimin mengikuti. Lagi-lagi gerbong yang mereka masuki kosong. Dalam pikirnya, Jimin merasa laki-laki yang baru saja duduk itu adalah tipe yang hanya memiliki sedikit teman di kantornya.Kalau pengagum mungkin banyak. Tapi pengagum dan teman berbeda. Jimin, mungkin termasuk ke dalam keduanya. Pengagum yang ingin berteman. Ia akui Yoongi memang membuatnya kagum di awal jumpa. Tatapannya itu, indah.

"Kenapa masuk ke gerbong ini juga? Masih banyak gerbong lain yang bisa kau masuki. Dan—" Yoongi terdiam sejenak membiarkan telunjuknya sampai ke depan wajah Jimin dengan arogan. "—kenapa kau duduk di sini?"

The Last Train [Minyoon ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang