8

1.9K 381 4
                                    


-00-

The Last Train

BTS Fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

Minyoon.

-00-

Taehyung menatap selembar kertas yang tertempel di kaca pintu bekas kantor Zahl dengan lamat. Tertulis kata: dijual. Dengan nomor ponsel yang tertera. Dari kaca pintunya yang bening, nampaklah kantor yang sepi, kosong, dan berdebu tanpa barang apapun di dalamnya. Hanya sebuah bangunan tak terpakai, namun masih dengan nama Zahl terpampang besar. Ini bukti bahwa kantor itu memang sudah tutup. Sudah tidak ada. Dan alasan mengapa Zahl dijual, Taehyung perlu tahu.

Ia menyusuri jalan itu dan melihat kantor-kantor kecil di kanan dan kirinya. Mobil-mobil terparkir di sisian jalan. Orang-orang dengan pakaian kerja hilir mudik, dari kaca terlihat kegiatan yang hidup di dalam gedungnya.

"Oh maaf!"

Suara seorang wanita dan rasa dingin yang tiba-tiba saja menyentuh kulitnya membuat Taehyung tersadar. Ia telah terlalu fokus hingga tak tahu jika barusan sedikit semprotan air telah mengenai wajah dan pakaiannya. Seorang wanita membungkuk meminta maaf, ia membalas dengan kikuk. Lantas menyeka wajahnya yang basah.

"Aduh, sungguh maafkan saya, saya menyiram jalanan dengan melamun hingga tidak melihat ada orang!"

"Saya juga minta maaf, saya juga melamun tadi." ucap Taehyung dengan senyum tipis.

Wanita di depannya itu buru-buru mematikan aliran air dari kran. Lantas sedikit melempar ujung selang itu ke tempatnya. Di antara pot-pot tanaman hias yang memenuhi sisian halamannya. Taehyung menengadah, dan baru tahulah ia kalau di hadapannya ini adalah sebuah toko bunga.

"Masuklah dahulu, saya punya handuk untuk mengeringkan wajah Anda. Sungguh saya minta maaf." wanita paruh baya itu sedikit heboh, entah panik atau memang seperti itu. Taehyung hanya menggelengkan kepala dan mengucap terima kasih; menolak. Tapi bahunya kemudian didorong dan dipaksa masuk. Ia tak bisa menolak lagi. Segan rasanya. "Tunggu sebentar."

Ia diminta duduk di sebuah bangku kayu tanpa sandaran. Wanita itu berjalan ke bagian lain tokonya dengan terburu-buru. Tak lama kembali dengan sebuah handuk putih kecil. Taehyung menerimanya dengan berterimakasih, walau sesungguhnya wajah dan pakaiannya mungkin akan kering sendiri tanpa perlu handuk.

"Saya jadi sungkan."

"Tidak apa-apa, justru saya yang tidak enak. Aduh, saya memang sangat ceroboh." wanita itu terkekeh malu. Sementara Taehyung memasang wajah ramah padanya. "Ngomong-ngomong Anda tidak terlihat seperti pegawai salah satu kantor di sini."

Dari penampilan, memang sudah terlihat kalau Taehyung tidak mungkinlah seorang pegawai kantoran. Ia tidak mengenakan kemeja dan celana katun serta sepatu licin. Ia tidak berdandan rapi. Ia hanya mengenakan jaket dan celana jeans pudar. Ia bahkan tak tahu bagaimana tampangnya setelah bangun di bangku stasiun.

"Saya memang bukan pegawai di kantor mana pun di daerah ini. Saya hanya kebetulan lewat untuk mencari teman saya." tuturnya.

"Mencari teman Anda?" wanita itu nampak berpikir. "Beberapa hari lalu ada seorang anak muda yang datang pada saya. Dia menanyakan tentang kantor konsultan keuangan di ujung blok pada saya. Apa dia teman Anda?"

Taehyung membola tak percaya.

"Ah... begitukah?"

"Katanya dia diminta orangtuanya untuk mencari tempat usaha di kompleks ini. Dia bertanya tentang Zahl, benar dijual atau tidak. Tapi saya sendiri merasa aneh karena tak pernah ada yang datang untuk mencari kantor itu setelah sekian lama. Zahl belum juga terjual sejak ditutup dua tahun lalu."

The Last Train [Minyoon ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang