5

2.3K 388 21
                                    


-00-

The Last Train

BTS Fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

Minyoon.

-00-

Jimin dan Taehyung tidak kuliah. Sejak malam, Taehyung sibuk bolak-balik pos polisi mengurusi laporan tentang Jungkook, sementara Jimin menjaga anak itu di rumah. Pagi hari ada polisi yang datang ke rumah Taehyung untuk memeriksa keadaan Jungkook. Kemudian mereka dan Taehyung bicara cukup lama di ruang tamu. Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi kemudian, setelah polisi-polisi itu pergi Taehyung nampak bertelepon dengan orangtuanya, terdengar nada-nada bujuk. Mungkin ia meminta ijin pada orangtuanya untuk merawat Jungkook di rumahnya.

Sore itu, langit agak mendung. Angin berhembus dingin. Jimin datang pada Jungkook yang tengah menonton televisi dengan membawa dua gelas cokelat panas. Anak itu habis bermain dengan Taehyung, dan Taehyung sendiri tengah tidur tertelungkup—seperti biasa, di sofa. Mungkin ia lelah. Biarlah.

"Jungkook-ah, ini untukmu." sodor Jimin pada Jungkook.

"Terima kasih." anak itu menerimanya sambil mengangguk. Jimin mengacak rambutnya pelan.

Ia menengok ke belakang di mana Taehyung masih tidur di sana. Melihatnya seperti itu, Jimin jadi tertarik untuk ikut merebahkan diri, walaupun hanya di atas karpet bulu. Ia lalu mendaratkan punggungnya di karpet itu, meluruskan kaki dan melipat tangannya di belakang kepala sebagai tumpuan.

Jungkook memandangnya dalam tatapan yang polos. Kemudian Jimin mengulurkan tangannya, sedikit menarik lengan kecil anak itu untuk ikut berbaring bersama.

"Hei, Jungkook-ah." panggil Jimin pada Jungkook yang berbaring menyamping menghadapnya. "Harusnya kau mau-mau saja diajak Taehyung tinggal di sini. Dia sendirian di rumah, tidak ada ayah, tidak ada ibu. Orangtuanya bekerja di luar kota. Kalau ada kau, mungkin dia akan senang karena punya teman di rumahnya."

Tuturan itu keluar dari mulut Jimin, sebetulnya tanpa niat membujuk. Hanya mengutarakan pikirannya. Jungkook masih menatapnya dengan mata jernih dan polos itu. Jimin merasa, bahwa tatapannya hampir sama dengan tatapan Yoongi. Dia merasa tenggelam dalam kediaman anak itu. Sama halnya ketika Yoongi menatapnya tanpa bicara.

"Kakak yang cantik itu suka pada hyung."

Mata Jimin melebar.

"Maksudmu Yoongi? Padaku?"

"Hum." Jungkook mengulum bibirnya. "Kakak itu bilang kalau dia senang bertemu dengan hyung di stasiun."

"Dia bilang begitu?"

"Hum."

Yoongi tidak pernah mengatakan apa-apa pada Jimin. Lantas Jimin melayangkan khayalnya pada hari-hari yang telah ia lewati. Saat ia dikecup Yoongi, saat ia membalasnya kemarin. Apa itu alasannya Yoongi tak pernah menolak?

Tanpa sadar Jimin tersenyum. Lalu ia kembali pada Jungkook.

"Um... lalu dia bilang apa lagi?"

"Tolong."

Jimin terkesiap.

Mata Jungkook tak menatapnya lagi seperti tadi. Kelerengnya hitam kosong. Suara yang keluar darinya lebih mirip gumaman berat. Lain dari suara Jungkook yang biasa. Hanya beberapa detik sampai anak itu menggerakkan kepalanya dan kembali menatapnya polos. Tapi Jimin masih terdiam.

Ia tak sanggup bicara. Ia masih menatap Jungkook lekat dengan ingatan akan hal yang baru saja terjadi. Ia mencoba memastikan dan meyakinkan diri bahwa yang dilihatnya—setatap kosong itu, dan yang didengarnya—suara berat itu, hanyalah halusinasi. Tapi, beberapa detik itu juga terasa begitu nyata. Bahkan ia tidak mampu menelan ludahnya. Hanya, tubuhnya terasa kaku dalam keterkejutan yang statis.

The Last Train [Minyoon ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang