13

1.9K 364 13
                                    


-00-

The Last Train

BTS Fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

Minyoon.

-00-

Seoul, 6 tahun kemudian

Hujan hanya membuat musim gugur makin dingin, daun-daun makin cepat mati dan jatuh ke tanah bertumpukan. Jalanan tak penah kering dari genangan air dan daun tua yang patah terinjak-injak.

Jungkook memandang langit mendung dari jendela yang berembun. Sesekali ketika embun itu semakin naik, ia menggambar asal di permukaan kacanya. Aroma bawang dan bumbu menguar dari arah dapur. Bunyi pan dan spatula yang beradu mengisi rumah itu dengan selera. Kalau ia menoleh ke belakang, yang ia dapati adalah punggung Taehyung yang tengah sibuk memasak.

"Katanya melihat hujan bisa membangkitkan inspirasi? Mana? Masih belum terpikirkan apa-apa di otakku sampai sekarang."

Taehyung mendengar keluh dari bocah sekolah menengah itu dan menanggapinya dengan malas.

"Tunggu sampai ada pelangi, lalu pelangi itu masuk ke kepalamu."

"Kapan ada pelangi kalau hujannya awet begini? Puisinya dikumpulkan besok dan aku belum menulisnya sama sekali."

"Kalau begitu coba duduk diam sambil pegang pena dan kertas, sana."

Jungkook hanya memajukan bibirnya kesal. Bertanya pada Taehyung sama sekali tidak membantu. Laki-laki itu memang sekasar perilakunya, kata-katanya juga mungkin tidak ada yang layak dirangkai jadi sebuah puisi.

Ting nong! Bel rumah itu berbunyi.

Siapa yang bertamu di tengah hari berhujan begini?

"Bukakan pintunya, Kook."

Anak laki-laki itu dengan berat hati meninggalkan tempatnya, beranjak menuju pintu depan.

Dari kaca jendela yang terletak di kanan-kiri pintu itu, Jungkook bisa melihat ada sebuah payung bening yang masih terbuka, disandarkan pada lantai basah. Ia membuka pintu itu kemudian. Nampaklah seorang lelaki dengan pakaian hitam yang berdiri di sana. Kemudian laki-laki itu berkata,

"Halo Jungkook-ah, kau sudah besar rupanya."

Jungkook hanya tak percaya bahwa seseorang dengan topi cap itu adalah Park Jimin. Laki-laki itu tersenyum padanya seraya melepas topi dan membuat rambut hitamnya jatuh.

"Chimchim-hyung!"

Jungkook menerjangnya dalam haru, melingkarkan tangan di pinggangnya dan mengubur wajah di dada laki-laki itu. Mantelnya dingin berbau hujan. Tapi napasnya hangat ketika menyentuh ubun-ubun. Jimin mengacak rambut Jungkook kasar. Balas memeluk anak laki-laki yang tingginya sudah hampir menyamainya itu.

"Kookie, siapa yang datang?"

Seruan dari dalam rumah itu membuat keduanya menoleh. Kemudian Taehyung muncul. Ia berhenti di ambang pintu. Sama seperti Jungkook, layangan tatapannya menyiratkan kalau dia tak percaya bahwa yang tengah memeluk anak itu di luar sana adalah Park Jimin. Ia hanya terdiam selama beberapa saat, sampai ketika satu kekeh lucu lolos dari bibirnya.

"Jimin?"

Pun dari laki-laki itu, ia terkekeh juga.

"Hai, Tae."

"Astaga, itu benar kau?"

"Siapa lagi memang?"

Taehyung menepuk dahinya. Oh, Jimin! Taehyung hanya ingin menghambur padanya untuk meluapkan rindu, dan itulah yang ia lakukan kemudian. Jungkook menertawainya dan Jimin menepuk-nepuk pundak laki-laki yang memeluknya terlalu kuat itu.

The Last Train [Minyoon ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang