15: Another Story

2.6K 343 53
                                    


Sentimental Beautiful

BTS fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

Minyoon

.

.

.

Kau yang berdiri di samping setangkai bunga matahari itu mendongak jauh ke atas, menggapai titik tertinggi dari kelopak kuning terang yang tumbuh searah matahari. Kemeja putihmu kontras dengan warna tangkai dan daun-daun bunga itu. Juga dengan hitam rambutmu, aku bisa menemukanmu meski kau bersembunyi di sana. Kau sebut namaku, kau tertawa, lalu kau berbalik dan menjauh. Ku kejar. Sepatumu meninggalkan jejak ketika kau menginjak tanah, bagai petunjuk jalan bagiku untuk masuk ke dalam labirin. Mengikutimu lewat jejak itu. Menemukanmu lewat bayangan yang ku tangkap dari ekor mataku. Dan di sanalah kau, dengan matamu yang kelam namun berbinar bak dihiasi seribu bintang.

.

Desa ini adalah tempat ke sekian yang kau datangi hasil dari tunjuk tangan dengan menutup mata. Kau hanya mengikuti insting—katamu, memilih bukan perkara sulit kalau kau hanya tinggal memejamkan mata dan memutar-mutar jari telunjukmu di atas peta. Setiap akan meninggalkan suatu tempat, kau pasti mengambil brosur dan peta. Yang mana yang akan kau pilih, adalah di mana telunjukmu berhenti.

Beberapa bulan ini yang kau lakukan hanyalah berpindah-pindah tempat, menjelajah, mengenal lingkungan baru; entah itu di kota atau tempat terpencil sekalipun, dan menemukan hal-hal yang tak terduga. Rumah adalah titik terakhir yang akan kau capai, hanya saja masih banyak yang ingin kau lakukan sebelum menginjakkan kaki di Busan setelah sekian tahun lamanya.

Sekarang, di musim panas yang terik, kau tidur di sebuah penginapan sederhana yang dekat dengan ladang bunga matahari.

"Aku mau pakai sirup jeruk!"

"Aku mau yang stroberi!"

Kau hanya menopang dagu melihat es balok itu diserut. Serutannya menggunung di cup karton sebesar mangkuk ramen instan. Dua anak kecil di kanan-kirimu ribut sejak tadi. Tak sabar menanti es serutnya jadi.

"Kalau aku pilih yang melon, kita jadi merah-kuning-hijau." katamu.

"Seperti power ranger!"

"Tapi ranger kuning itu perempuan, ah, sayang tidak ada sirup biru. Aku sukanya ranger biru."

Celoteh mereka hanya kau tanggapi dengan tawa ringan. Melihat dua bocah lelaki yang kau temui di ladang bunga itu seolah mengingatkanmu pada Taehyung dan kau di masa kecil. Bedanya kalian bermain bukan di ladang bunga melainkan di pinggir pantai, di dermaga, di kapal-kapal nelayan, melihat burung camar dan sesekali menyelam ke air.

"Silakan esnya." si paman penjual es serut itu menyodorkan satu-persatu cup warna-warni yang dibeli. Kau mengeluarkan sejumlah uang dari sakumu, untuk membayar milik anak-anak itu juga. Kau tersenyum saat melihat mereka makan es serutnya dengan girang. Salah satunya merengut lucu karena giginya sakit.

Kalian duduk di bangku kayu di depan kedai itu dengan santai, berlindung dari terik matahari di bawah bayang atapnya. Makan es serut di musim panas membuatmu seperti anak-anak, hal yang sudah sangat lama tak pernah kau rasakan.

"Kalian tidak dimarahi, masuk ke ladang begitu?"

"Asal tidak memetik bunga, tidak apa-apa."

Mereka memang tak terlihat seperti bocah-bocah nakal yang suka memetik bunga sembarangan. Lagipula, memetik bunga matahari rasanya cukup sulit bagi anak-anak. Mereka tidak mungkin mematahkan tangkainya dengan mudah.

The Last Train [Minyoon ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang