14

2.1K 361 50
                                    

-00-

The Last Train

EPILOGUE

BTS Fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

Minyoon.

-00-

Sebetulnya dari stasiun Busan menuju rumahnya hanya perlu berganti kereta satu kali. Tapi Jimin lebih memilih untuk menaiki bus atau taksi hanya karena ia ingin menikmati suasana kampung halaman yang sudah sangat lama ditinggalkannya. Udara Busan yang bercampur asin laut membuatnya teringat akan masa kecil, di mana ia sering pergi ke dermaga bersama Taehyung tanpa memberitahu orangtua mereka. Sampai laki-laki itu pindah ke Seoul bersama orangtuanya, Jimin masih tetap sering kabur ke dermaga untuk melihat gulungan ombak.

Kering di tenggorokannya menuntun Jimin memasuki sebuah minimarket. Ia berpikir untuk membeli sebotol air lemon. Entahlah, mungkin karena rokok, ia jadi lebih sering sakit tenggorokan.

"Selamat datang!" seru seorang kasir yang menyambutnya. Jimin hanya mengulas senyum tipis dan berlalu. Ia hanya perlu membeli sebotol minuman, membayarnya, dan keluar dari minimarket itu.

Ia berdiri tak lama di depan refrigerator, hanya memilih dengan singkat. Lantas ia membawa minuman itu ke kasir untuk dibayar.

"Ini saja, tuan?"

Yang membuatnya tak langsung menjawab pertanyaan itu adalah suara jatuh yang cukup keras, bersamaan dengan terbukanya pintu minimarket. Ia dan si kasir sama-sama menoleh pada ambang pintu di mana ada seorang laki-laki yang sedang mencoba bangkit dari jatuhnya.

Jimin menaruh botol itu di meja kasir dan langsung saja menghampiri laki-laki malang itu untuk membantunya berdiri.

Oh, dia ringan. Dan kulit lengannya yang tak sengaja Jimin sentuh begitu lembut.

"Terimakasih..." ucap laki-laki itu, bergetar, entah malu atau karena sakit. Ia masih menundukkan kepalanya bahkan setelah ia benar-benar berdiri. Jimin melepaskan rangkulannya di lengan laki-laki itu dan sedikit membungkukkan badan di hadapannya, hanya untuk mengintip apa wajahnya terluka, pasalnya tadi jatuhnya tepat membentur lantai.

"Kau baik-baik saja?"

"Hum." angguknya lambat. Laki-laki itu menyentuh dahinya sendiri, menutupi rambut depannya yang berantakan. Wajahnya juga tak jelas terlihat karena ia menutupinya.

Jimin menunduk dan menemukan bahwa sebelah sepatu laki-laki itu talinya tak terikat. Ah, ternyata ini sebabnya ia terjatuh begitu keras. Tersandung tali sepatu sendiri. Konyol memang, tapi adakalanya kejadian seperti ini terjadi secara tak terduga.

"Ikatannya lepas." ucap Jimin. Ia berjongkok untuk mengikat tali berwarna putih yang kontras dengan converse merah yang membungkus kaki itu.

"Ah-eh, tidak perlu mengikat tali sepatu saya!" pekik laki-laki itu panik. Geraknya kikuk.

"Tidak apa. Kalau tidak diikat dengan benar kau bisa jatuh lagi." Jimin bangkit berdiri, sembari membenarkan topi cap putihnya. Kemudian ia bertatapan langsung dengan orang di hadapannya.

Jimin terdiam mendapati seraut wajah itu. Matanya menangkap sosok seorang lelaki bertubuh mungil, berkulit pucat, dengan mata kelamnya yang sayu, dan rambut hijau toscanya yang eksentrik.

"A-anu... terimakasih..."

Jimin merasa aneh ketika mendengar nada gugupnya, dan rona tersipu yang nampak dari wajahnya. Laki-laki itu memalingkan wajah entah melihat apa di lantai. Jimin masih memandangnya lamat, karena ia merasa situasi ini begitu janggal.

The Last Train [Minyoon ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang