Fallin slowly

225 17 0
                                    

"Kim taehyung"

suara familiar menyapaku, gadis itu, gadis yang telah tumbuh menjadi wanita yang anggun.

Namanya adalah Han gayoon, sahabat Dayeon yang pernah mencintaiku. Wanita itu tumbuh amat elegan dengan seorang anak wanita cantik di gandengannya.

"Gayoon ah! Halo.. ara" ujarku. Gadis kecil itu terlihat malu malu. Dan Gayoon terlihat amat bahagia.

"bagaimana kabarmu?" Tanya Gayoon. Aku hanya tersenyum dan mencubit pipi Ara.
"baik.."
"- waktu benar benar sudah berlalu amat cepat." Ujar Gayoon. Aku tertawa.

"Dimana suamimu?" tanyaku.

"Kau tau si-brengsek itu tidak akan pernah mau datang ke acara seperti ini, ia sibuk dengan proyek barunya.." ujarnya. Aku tertawa.

"Setidaknya namjoon hyung masih bertanggung jawab padamu" ujarku, menggoda. Gayoon terlihat terkejut dan memberikanku sebuah pukulan. Aku terkekeh.

"sampaikan salamku pada Hyung, katakan padanya dia benar benar beruntung mempunyai malaikat seperti Ara."

Gayoon menatapku samar samar dan menghembuskan napas.

"-kau masih saja bodoh, Kim Taehyung.." ujar Gayoon. Aku tersenyum tipis. Aku mengetahuinya.

"sampai kapan kau akan diam saja?" Tanya Gayoon.

Dia hanya tidak tau, perkataan itu telah sedikit banyak melemahkan keras hatiku. Bahkan mulai menyakitiku.

"-Dia lebih bahagia tanpaku.." ujarku. Gayoon menatap samar dan memberikan sebuah tinjuan pelan di bahuku.

"- apa kau tak pernah sekalipun mengatakan jika kau mencintainya?" Tanya Gayoon.

Aku tertunduk dan tersenyum.
Rahasia yang hanya kami ketahui.

****

"Kim Taehyung.. " Suara Dayeon terdengar seperti sedikit berhati hati. Aku berbalik dan melihat ia membuang pandangannya ke lain arah.

"-Jeon jungkook, apa benar ia menyukaiku?" tanyanya.

Aku mengangkat alis. Aku dan harga diriku, sekali lagi telah menyakitinya dengan jawabanku.

"Ya, ia bilang padaku menyukaimu." Jawabku singkat. Sebuah perkataan yang amat sangat ingin ku tarik kembali. Karena saat itu gadis itu mulai mengembangkan sebuah senyuman sedih.

"benarkah?" tanyanya, aku mengangguk.

"-ya, jika aku tidak salah mendengar. Dia menyukaimu. Kau terlihat cocok dengannya" ujarku. Gadis itu hanya mendengarkan dan terdiam.

"-Ah! Berikan nomor teleponmu.. Ia ingin menghubungimu, kirimkan saja lewat pesan ke nomorku." Ujarku.

Dan saat itu aku telah menyadari jika aku berbohong. Jungkook sudah lama mempunyai Nomor Dayeon. Aku hanya berharap ia bisa menghubungiku.

Aku telah lama mengetahui Dayeon memiliki nomor ponselku dari acara kelas liburan musim panas waktu itu. Hanya saja ia tak pernah sekalipun mengirimkan pesan maupun telepon padaku.

Dan aku terlalu membanggakan harga diriku untuk memulai percakapan maupun pesan dengannya. Dan saat itu pula, untuk ke seratus kalinya aku menyakitinya. Ia hanya tersenyum dan bergeleng.

"tidak, ada seseorang yang kusukai. Dan aku tidak tau apakah ia itu terlalu bodoh karena tidak menyadarinya atau dia hanya berpura pura tidak menyadarinya karena harga dirinya yang tinggi." Ujarnya.

Sungguh kata katanya terdengar seperti sebuah pukulan berat. Dan saat itu, aku masih saja mendengarkan harga diriku.

"benarkah? Kalau begitu mengapa tidak kau pastikan perasaannya dan pertimbangkan Jungkook. Dia anak yang baik.." ujarku. Dan mungkin saat itu aku sebenarnya hanya ingin ia mengatakan padaku terlebih dahulu. Karena aku memiliki harga diri yang terlalu tinggi, dan karena aku tidak ingin terdengar lemah.

Namun sepertinya tantanganku terdengar lain ditelinganya.
"-tidak perlu, sepertinya aku sedikit banyak tau perasaannya. Ia tidak akan membuka hatinya untukku. Aku akan menghubungi Jungkook dengan caraku sendiri. Tolong katakan saja padanya jika aku akan menunggunya untuk mengajakku berkencan" ujarnya.

Ia terlihat amat kecewa.
Begitupun denganku yang amat kecewa, entah karena mengetahui perasaannya telah berubah atau karena aku telah melepas gadis itu begitu saja, hanya karena harga diriku.

***

Kudengar dari mulut ke mulut jika Dayeon dan Jungkook telah berkencan. Dan title 'Dayeon-pecinta-Taehyung' pun lama kelamaan luntur dan berganti dengan 'Dayeon-telah-berpindah-hati' .

Kami tak lagi Satu kelas yang sama, dan tiap kali ia melintas dihadapanku, ia telihat tertawa bahagia. Dan mungkin saat itu karena ia bersama dengan Jungkook dan melupakan perasaannya padaku.

Dan mungkin aku memang terlalu bodoh, aku memilih berkencan dengan Gayoon, sahabat Dayeon. Yang sama sekali aku tak bermaksud mengencaninya. Hanya karena ia telah memberanikan diri untuk mengajakku berkencan. Atau mungkin aku memanfaatkannya untuk memberikan kabar dariku bagi Dayeon yang sepertinya tak lagi peduli denganku.

Sampai pada akhirnya kudengar sebuah berita balasan dari Senior, Kim Namjoon, jika salah satu sahabatnya telah bertengkar dengan Jungkook karena memperebutkan Dayeon.

Lucu. Gadis yang awalnya hanya mengejarku, kini menjadi pujaan banyak pria.atau mungkin, selama ini ia menolak banyak pria untuk mendekatinya.

Sore itu, Aku berjalan bersama Gayoon yang menarikku paksa untuk mencari tau kabar Dayeon setelah rumor itu beredar.

Dan benar saja, Dayeon tengah duduk disamping Jungkook di ruang kesehatan. Ia terlihat sedikit tersontak kaget saat melihat Gayoon menggandengku masuk ke ruang kesehatan. Namun singkat saja sebelum ia beralih kepada Gayoon dan seakan menganggapku hanyalah udara yang tak terlihat.

"apa kau baik baik saja? Bagaimana dengan jungkook" Tanya gayoon terdengar sangat khawatir. Dayeon mengangguk. Ia tersenyum simpul pada sahabatnya.

Rambut pendeknya kini telah panjang dan berubah warna kehitaman. Kulitnya semakin putih dan sentuhan make upnya berubah. Ia mengenakan sebuah anting berinisial E di telinga kirinya yang menjadi inisial dari nama keluarganya. Aku baru menyadarinya. Ia telah berubah menjadi gadis yang lebih dewasa dan cantik.

Selama ini, harga diriku tak membiarkannya masuk dan selalu membuatnya menunggu didepan pintu hatiku. Mengetuk dan aku selalu mengabaikannya, hanya karena ia tidak mencoba menancapkan kunci dan mencoba membukanya.

"aku baik baik saja, tapi sepertinya Yoongi oppa terluka parah karena Jungkook. Aku harap mereka berdua baik baik saja" ujarnya khawatir. Gadis gadis itu tetap membiarkanku terdiam.

Aku tak pernah mengalihkan pandanganku pada Dayeon yang kini mencoba mengenakan pewarna bibir kemerahan yang terlihat cocok untuk kulitnya. Ia benar benar banyak berubah setelah satu tahun tak bertemu dengannya.

"mereka pasti baik baik saja" tiba tiba aku menemukan diriku sendiri menyela. Berhasil menangkap perhatian Dayeon.

"-kuharap seperti itu. Aku tidak ingin masalah ini menjadi rumit." Ujarnya.
Dan kurasa, kusadari, hari itu pertama kalinya aku bisa menatapnya tanpa harus meninggikan tembok harga diriku.

Aku tersenyum padanya dan meyakinkannya. Ia balas tersenyum dan mengangguk.

"terima kasih"

FIRST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang