Part 3

18 3 2
                                    

Sejak kapan rasa itu tiba, dia menyita separuh hidupku. Benci. Ya sangat benci, aku benci rasa ini.

Menghindar dan terus menghindar. Itu yang aku lakukan

***


MOS selama 3 hari terakhir ini membuat tatu sangat lelah. Pasalnya selalu dia yang kena sasaran amukan juna dan nessa. Beruntung Masa orientasi siswa hanya berlangsung selama 3 hari saja.

Pagi ini adalah upacara penutupan MOS. Tatu sangat merasa senang karna masa paling membosankan akan segera berakhir. Bagaimana tidak! Karna dia akan segera terbebas dari peralatan MOS, jebakan permainan dari panitia, dan omelan teman yang lain karna ulahnya.

Sekitar satu jam tiga puluh empat menit lima puluh sembilan detik upacara penutupan selesai.

Semua peserta MOS berhamburan kesana, kesini, keluar dan kemana-mana membuat tatu terjatuh tersenggol tersungkur dan akhirnya menarik simpatik seorang kakak panitia. Dia menghampiri tatu yang terjatuh. Dia mengulurkan tangannya seraya berkata

"Ayo saya bantu"

"Gak usah gue bisa sendiri"

"Tapi kaki kamu terluka. Biar saya obati" dengan membopong tubuh tatu yang mungil itu. Dibawa nya ke uks.

Didudukannya diatas brangkar disiramkannya alkohol keatas kulit luka dilututnya.

"Aaaw.. aw. Aw... sakit! gila lo kak!!" Pekiknya keras.

"Tahan sebentar. Biar lukanya gak infeksi." Timpalnya sembari tersenyum tulus.

Dibalutkannya kain kasa diatas luka yang ditempel plester.

"Udah selsai." Ucapnya tenang

"Thanks kak. Shhhh.."

"Kenalin saya haryys. Kamu?" Sambil mengulurkan tangan tanda perkenalan

"Tatu." Tanpa menghiraukan uluran tangan kak haryys

"Kok kamu sendirian aja. Temen kamu.." belum selsai dia

"Gue belom punya temen kak" jawabnya cepat

"Semasa orientasi?"

"Gimana mau punya temen tiap hari aja gue dihukum. Mana sempet gue kenalan"

"Oh. Jadi kakak temen pertama kamu?"

"Bisa nyimpulin sendiri. Yaudah makasi bantuannya. Gue rasa gue musti pulang" sambil meninggalkan ruang uks

Dia berjalan sangat pelan karna luka yang dia alami tepat dilututnya. Sesekali dia pegangi rok depannya berharap tak menimbulkan gesekan. Hingga tepat di pos satpam dia berhenti, duduk dikursi beton dan hendak mengambil ponsel diranselnya.

Diraihnya ponsel dari ransel dengan cepat jarinya menari gemulai dilayar ponsel. Mengetikkan nomor mamanya dan menempelkan ponsel ditelinga kanannya.

"Hallo ma. Mama jemput aku bisa gak?"

"Iya sayang. Loh kok tumbenan minta jemput?"tanya mamanya disebrang telepon sana

"Kaki aku sakit.. hiks" jawabnya lemah

" yaudah tunggu mama ya sayang. Mama tutup ya" nadanya sedikit panik

'Orang gila yah dasar! Jalan gak kira-kira. Gini kan hasilnya, sumpah gue bakal bilang kemama minta pindah sekolah aja!" Dumelnya keras. Tapi tatapannya tetap pada ponsel yang ditangannya.

Tanda Tanya (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang