14

67 5 0
                                    

Klik videonya diatas dengerin sambil baca. Entah nyambung atau ngga nikmati ajah yang sayang.

Aku suka banget main piano,  makanya pilih cover piano ini buat jadi sontrek.

Nt:abaikan jika cover piaononya yang terakhir yah😘

Selamat menikmati😉😊
__________________________________________

Air matku mengalir lagi entah untuk yang keberapa kalinya. Kali ini benar sangat sakit karena,  baru saja aku memulai hubungan ku lagi dengan dia.  Tapi kecewa yang ia beri kini. Tidak bisa ku ucapkan pakai kata-kata.

Aku langsung saja menelpo Alan.

"Oh jadi gini cara kamu.  Mempermainkan aku lagi.  Kamu nggak puas dengan kelakuan mu berapa bulan yang lalu.  Dasar brengsek.  Kau harus mati agar aku tak melihat mu lagi".

"Hey. Sayang.  Dengarkan aku du--"

Aku segera memutuskan percakapan kami.  Tangisku saat ini lagi dan lagi terulang kembali.

Ucapanku keluar untung saja suasana ruangan pada saat itu tidak terlalu ramai dan hanya ada beberapa murid itupun mereka tidak begitu mengamati kearah kami.  Mereka hanya sibuk pada masing-masing urusan mereka.

"Kenapa selalu seperti ini tuhan"

Belum berapa menit menelpon dia.  Kini lelaki yang saat ini aku benci sudah berada di depan mataku. Dengan penampilan kaos oblong hitamnya.

"Am.  Aku minta maaf.  Aku nggak bisa. Aku benar-benar harus menikah dengan Agnes, aku mencintaimu Am.. Tapi aku tidak bisa"

Plak!

"Satu tamparan yang kau rasakan tak sebanding apa yang aku rasakan Lan. Sekarang pergi dari hadapanku. Lupakan semua tentang aku. Lupakan kejadian waktu itu. Aku masih bisa berdiri tanpa kamu,  aku masih bisa hidup di dunia tanpa kamu. Ucapku di iringi tangisanku"

Pergi.!

Hiks- Hiks

Alan masih saja berjongkok di depanku dan aku segera berbalik dan membelakangi dia.
Aku berlari di sebuah taman yang berada di samping sekolah. Dengan keadaan masih penuh tangisan.

Ku dapati seorang lelaki yang tak asing di depanku lelaki yang pagi tadi menabrak mobilku. Kini ia berada tepat di hadapanku.

"Kamu kenapa? " tanyanya

Aku yang tak bisa berkata.  Langsung memeluk erat tubuh lelaki itu. Sontak saja ia begitu sangat kaget.

"Hey. Are you oke? " tanynya lagi.
Aku hanya memeluk erat tubuhnya. Sekali lagi perkataan dari mulutku, tidak bisa aku keluarkan.

"Ambar!" Teriak Alan dari belakang
Aku yang menyadari suara panggilan tersebut. Mencoba untuk mengabaikannya.

"Tolong! Balas Pelukan aku. Tolong! Jika kau tak bisa melakukan itu. Bawa aku pergi dari sini. Bawa aku pergi dari hadapan pria itu" ucapku serak dan sedikit berbisik agar tak terdengar oleh Alan.

"Baiklah" ucapnya

Tiba-tiba saja. Pria yang di depanku ini. Langsung saja. Memegang pipiku dengan kedua tangannya. Dan membuat wajah kami berhadapan. Iris mata kami, kini saling bertemu.

Langsung saja aku kaget. Tiba-tiba lelaki di depan ku ini. Mencium bibir ku tanpa sepengetahuanku.

Apa yang dia lakukan aku menyuruhnya untuk memelukku dan pergi dari tempat ini tapi kenapa-- Gumamku

Bukh~

Bukh~

Kini Alan memborantak lelaki yang bersama ku ini,  dan memberikan Dua pukulan tepat dirahang lelaki yang menciumku.

"Crazy.  Beraninya kau mencium.  Kekasihku" ucap Alan

Bukh~

"Anda sehat?  Apa kau bilang.  Kekasih?  Kau yang gila! Kau membuat menangis wanita yang aku cintai ini. Dan dengar. Jangan katakan dia kekasihmu dan jangan berani lagi menyentuh dia. Karena dia milikku". Ucap Dirga

Deg~

Kini jantungku beritme tak normal. Mendengar ucapan pria itu. Jelas saja dia bohong. Dan kini pria itu berada di depanku. Pria yang ku temui di jalan tadi. Dan yang teraneh lagi aku tidak tau siapa nama pria tersebut.

"Yuk Am.. Pergi dari sini" ajak Dirga kepada ku

"Apa yang kau katakan tadi, kau hanya bercanda kan? "

"Jadi mau kamu aku serius mengatakan itu kepada kekasih kamu itu tadi"

Tidak ada kata yang aku keluar. Dari bibirku aku hanya. Diam dan mengingat kejadian tadi.

"Boleh aku pinjam bahu kamu nggak?"

"Buat? "

"Bego. Yah buat nyender lah"

"Udah nyender ajah"

"Sakit banget Ga. Aku ngga bisa ngelupain ini. Aku benci sama dia. Aku gak mau lagi ketemu dia"

"Sebaiknya kamu gak usah mikirin dia berlebihan. Perjalanan kamu masih jauh. Kamu cantik. Kamu juga hebat. Kamu pasti bisa ngelupain dia" kata Dirga.

"Makasih" ucapku

"Jangan nangis,  jangan mewek jelek banget" candanya

Mendengar perkataan Dirga. Aku spontan tertawa dan mencubiti lengannya. Sekali,  duakali,  sampai dia merasakan sakit. Tapi tidak, dia malah memperpanjang ejekannya.

"Hu dasar cowok gila!" ucapku

"Biarin gila yang penting happy.  Nah kamu --

Hahaha

Dalam hati aku merenung. Bener juga apa yang di katakan Dirga. Kenapa dari awal aku tidak pernah terfikir dengan ini. Hah kalau saja aku mau mendengar ucapan dan nasihat Dwin dulu. Sebelum panjang begini. Mungkin aku tidak sampai se sakit ini.

"Ingat saja jangan pernah. Kamu merasa benci kepada dia. Karna benci belum tentu  membuat hati kamu ikhlas,  mungkin dengan begini kamu bisa lebih belajar lagi" ucap Dirga

"Iya. Ga aku ngga bakal benci sama dia,  aku janji".

Mendengar nasihat seorang pria yang baru aku kenal. Kini rasanya menyemangati ku lagi untuk bangkit lagi. Serasa semua perkataan dia itu hidup dan berterbangan di kepala aku.

Dan sebelumnya aku meralat semua perkataan ku yang aku benci sama dia. Dan seketika perasaa ku nyaman.

Aku janji semua kenangan akan ku simpan dan aku jadikan sebuah pelajaran hidup ku. Aku harus memikirkan masa depan. Bukan cuman ini. Aku sadar jika tuhan menakdirkan kami bersama aku akan bertemu dia lagi.

Entah itu. Kapan!

Mungkin.

Satu tahun,  4 tahun mungkin atau mungkin ketemu sudah tidak bernyawa lagi. Sekarang aku harus bisa. Karena setiap awal pasti ada akhir. Dan setiap pertemuan pasti ada perpisahan.

Yah itulah yang saat ini berada di depan ku.

"Yuk ke dalam lagu. Acaranya akan di mulai" ajak Dirga

Aku menghapus air mataku dengan kasar, lalu keruangan untuk siap-siap tampil untuk acara perpisahan sekolah. Sepanjang perjalan lorong sekolah kami mengobrol banyak.

"Aku mau tanya kok. Kamu disini? Emang kamu Alumni sini yah?  Kenapa kita nggak pernah bertemu,  dan aku nggak kenal wajah kamu" tanyaku

"Nanti tau sendiri deh. Kalau aku siapa"

Kami tiba di ruangan. Dan aku segera gabung ke teman-teman, saat ini aku berada di depan piano, untuk menyembahkan lagu untuk acara tersebut.

Ketika Harus MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang