16

23 2 0
                                    

Suasana berakhir dengan meriah.
Terlihat kehangatan dan kegembiaraan yang terukir dari masing-masing wajah siswa-siswi Angkasa 45 Jakarta.
Pelukan juga di lakukan oleh para siswa-siswi dan guru-guru sebagai tanda kesuksesan acara ataupun kesuksesan dari hasil study mereka. Terlebih lagi oleh mereka para siswa-siswi Angkasa 45 Jakarta.

_______

Drttt..

Getar handpone membangunkan tidur Ambar. Iya yang sangat kecapekkan akibat semalam, ia tidak akan bangun jika saja seseorang tidak menelpon ke handponenya.

Masih meraba-raba handphone tanpa membuka kedua matanya

"Ya?"

"Buka dong. Aku di depan rumah kamu nih" Ucap seseorang dari sebrang sana

"Eh.. emang ini siapa?" Tanyanya heran setelah melihat kontak nomor baru yang ia tak kenal

"Bukain dong. Aku udah di depan rumah kamu nih"

"Bodo amat"

Ambar mematikan ponselnya secara sepihak. Tanpa sadar siapa yang telah menelponnya tadi.

1 menit

Secara respon ia membuka selimut putih yang menyelimuti seluruh badannya itu dengan kasar, memandang ke atas langit kamarnya dan melancarkan fikirannya untuk mengingat suara telpon dari seberang tadi

"Apa aku pernah mendengar suara itu? Kenapa aku begitu mengenalnya?" Ucapnya dalam hati

Sambil mengambil ponselnya yang berada di ujung ranjangnya karena melemparkannya dengan sembarang sehabis mematikan telpon seseorang tadi.

"Ah bodo amat" kata Ambar tapi sambil mencari ponselnya, "aku hanya membuang waktuku untuk tahu siapa dia" segera berdiri dan membuka jendela kamarnya nafasnya tiba-tiba berhenti selama 4 detik

"Apa? Yang benar saja? Dia--

Karena kaget ia mengelus dada sambil mengucapkan doa pengampuh, karena yang ia lihat itu adalah mantan kekasihnya Alan "dasar pria brengsek" umpatnya

Tingnong~
Tingnong~

Bel rumahnya berbunyi. Ia tahu ini perbuatan pria tidak tahu malu itu.
Ambar segera mengambil seember air dan melemparkan kebawa beserta embernya. Tentu saja ia melempar tepat pada sasaran.
Ambar segera menutup kembali jendela kamarnya. Tidak sempat lelaki itu melihatnya, begitu juga dengan ambar

"Rasain mau apa lagi kamu?"

Ting-nong
Ting----nong

Kali ini bel itu berbunyi sangat mengganggu pendengarannya. Dengan kesal ia memutuskan untuk turun kebawa tidak lupa denga sapu yang ia bawa untuk sebagai senjatanya nanti ketika perang di lantai bawah

"Masih belum mau berhenti mengganggu yah?"

Ia membuka pintu dengan kesal dan memukuli pria itu bertubi-tubi yang sedang membelakangi Ambar

Buk !!
Buk !!

"Pergi kau !! Apa kau gila menampakkan wajah kotormu itu?"

"Woi woi- hentikan apa yang a-n-da lakukan memukul seorang tamu begitu saja? a-n-da juga menyirami ku dengan air tidak higenis ini?" Sambil menunduk dan menutupi kepalanya menggunakan kedua tangannya beserta mengucapkan sebuah kalimat anda yang penuh dengan penekanan

Ambar berhenti dan memperhatikan pria tersebut secara satu persatu dari ujung kaki hingga ujung kepalanya.
Matanya membola karena kaget kalau pria yang berada di depannya ini bukanlah mantan menyebalkannya itu. Tetapi pria ini pria yang ia jumpai berapa kali secara tidak sengaja itu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketika Harus MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang