3. Eh Ketemu Lagi

777 55 0
                                    


Rio

Kemarin adalah ekspresi terakhir sekaligus yang baru pertama kali kulihat selama berkali-kali duduk berhadap-hadapan dengan Ify. Ekspresi yang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Dulu, gadis itu tampak polos tapi suka membantah dan sering tidak tahu diri. Tapi yang saat ini berbeda.

Ah, tapi tidak penting juga aku memikirkan ekspresi wajahnya. Aku justru harus berpesta karena setelah memecatnya, tidak akan ada lagi yang membuatku naik darah. Aku bisa hidup lebih sehat dan wajahku bisa tetap awet muda karena tidak harus menghadapinya lagi. Menghadapi pegawai seperti Reefy Anastasya. Bahkan aku sampai hafal nama lengkapnya. Ckck.

Aku melajukan mobilku dengan kecepatan rendah karena harus melewati jalanan yang ditepinya adalah taman. Banyak anak kecil yang kadang berkeliaran sembarangan di jalan. Aku tidak ingin mobil kesayanganku ini menjadi angker karena pernah menabrak anak kecil hingga mati.

Mataku sekilas berkeliling memperhatikan sekitar. Hingga tiba-tiba tatapanku terhenti pada salah seorang perempuan penjaja ice cream. Perempuan yang penampilannya berantakan dan seperti laki-laki. Perempuan yang selama ini selalu membuat darahku mendidih. Perempuan yang baru beberapa hari lalu ku berhentikan dari restoranku. Ify!

Aku menepikan mobilku dan sejenak berdiam diri di dalam mobil. Hingga akhirnya, aku memutuskan keluar untuk menghampiri mantan pegawaiku itu.

***

Ify

Seorang anak perempuan, ku tebak umurnya bahkan belum sampai 5 tahun, menghampiri gerobak ice cream ku. Aku hampir tidak menyadari kehadirannya kalau dia tidak menarik-narik celanaku. Aku merunduk agar bisa melihat wajahnya lebih dekat. Gadis kecil yang sangat lucu.

"Ibumu dimana?" tanyaku khawatir. Aku takut dia tersesat karena hilang dari pengawasan ibunya. Ia menoleh ke belakang lalu menunjuk seorang perempuan yang sedang duduk di kursi di dekat pohon yang juga tengah melihat ke arahku. Aku tersenyum lalu menggendongnya.

"Kau ingin ice cream yang mana?" tanyaku.

Ia tampak memandangi berbagai ice cream di dalam gerobakku dengan bingung. "Yang manis." Jawabnya dengan polos.

Aku tertawa kecil mendengarnya. "Semua ice cream itu manis, adik kecil. Haah, kau ini lucu sekali!"

Aku lantas memilihkan ice cream yang berbahan susu karena itu lebih baik untuk tubuhnya lalu memberikannya padanya. Ia langsung menggenggamnya dengan kuat dengan jari-jarinya yang mungil. Hhh, aku selalu suka anak kecil. Andai aku bisa punya anak selucu ini.

Aku berjalan sambil menggendongnya dan mengantarnya pada ibunya. Ibunya tersenyum sambil mengucapkan terimakasih padaku.

Aku sedikit kaget ketika kembali, gerobakku tidak lagi berdiri seorang diri. Ada seorang laki-laki dengan setelan kemeja warna biru muda dan celana bahan berwarna hitam lengkap dengan sepatu yang hitam berkilau. Benar-benar rapi dari atas sampai bawah.

Aku merasa tidak asing dengan sosok tersebut. Dan ketika kepalanya tertoleh padaku, aku langsung mendengus kesal. Bagus sekali, Mantan Bosku tercinta. Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi?

Aku menutup box ice cream ku dan bersikap seolah-olah tidak mengenalinya ataupun menyadari keberadaannya. Dari ekor mataku aku melihatnya hendak membuka mulut mengajakku bicara.

Tapi niat Rio terpotong oleh kehadiran seorang anak kecil yang kali ini sedikit lebih tua dari gadis kecil yang tadi. Penampilannya begitu lusuh. Dia datang sambil menenteng kerincingan yang kutebak pasti dibuat sendiri olehnya dengan memaku tutup-tutup botol di badan kayu. Dia pasti pengamen di taman ini.

CUPIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang