12. Balada Si Miskin

572 54 2
                                    

Terjebakku di dalam rasa, memandangmu dalam khayalku - Gitar

***

Ify

Kunjungan si kepala negara alias Rio ke rumahku waktu itu menghasilkan kesepakatan di antara kami, tepatnya bosku itu yang memberikan titah.

1. Tidak ada yang boleh menghindar.
2. Tetap bersikap seperti biasa.
3. Mulai sekarang, Rio harus menjadi pilihan pertama ketika diriku membutuhkan seseorang.

Baru sekarang aku merasa bodoh karena mau-maunya patuh begitu saja. Kalimat rindunya memiliki efek hipnotik melebihi bara api dari tisu Uya Kayu. Memang, saat itu tatapannya meyakinkan. Dia seolah berkata jujur saat mengatakan dirinya ehm..tertarik padaku namun belum dapat memastikan. Aku percaya begitu saja saat dia bilang dia tidak akan mempermainkanku.

Kini, masalah benar-benar datang. Mau tahu apa yang seru? Shilla ingin move on dengan Rio.

3 hari 3 malam aku tidak bisa tidur tenang memikirkan permintaan sahabat tercantikku itu. Kalau kesepakatan antara aku dan Rio belum terbentuk, aku tidak akan dilema. Kenyataannya aku terlanjur menyetujui sekalian tidak rela membuang 'kesempatan'.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku berani meniti langkah di jalan penuh ranjau. Hubunganku dan Rio bukan tanpa perkembangan. Wajahku, yang daya pikatnya tidak seberapa ini, bahkan sudah berhasil mejeng dengan sombongnya di layar utama ponsel Rio. Pemuda itu sendiri yang memasang tanpa kuminta.

Sayang, lama-kelamaan kepercayaan diriku memudar seiring Shilla yang gencar melakukan pendekatan pada Rio. Aku tidak bisa menampik kalau mereka begitu tampak serasi ketika bersama. Aku tidak tahu apakah dalam hal perasaan mereka juga merasakan yang sama. Rio tidak pernah bercerita padaku dan aku tidak berani bertanya.

Demikian akhirnya aku memutuskan untuk menyerah. Aku memilih menghindar sebisaku dari Rio. Shilla yang setia mengintili Rio setiap kesempatan sangat-sangat membantu 'pelarianku'.

Ada yang lebih lucu sekaligus sial ketika aku tidak bersama Rio. Cakka jadi punya waktu untuk menemuiku. Awalnya aku memang menolak. Berhubung aku tahu bagaimana sedihnya berjuang sia-sia dan bertepuk sebelah tangan, aku akhirnya iba.

Aku juga membuat kesepakatan dengan Cakka bahwa dia tidak akan lagi melakukan pendekatan padaku jika dalam 2 bulan dia tidak berhasil membuatku jatuh cinta. Hingga sekarang, aku makin bingung posisiku sekarang siapa.

Sampailah di mana malapetaka datang. Sebenarnya, aku tidak tahu ini dikategorikan sebagai malapetaka atau tidak.

Suatu hari, aku kebetulan pergi berbelanja ke supermarket ditemani Cakka. Kami tidak janjian tapi dia tahu-tahu sudah ada di depan rumahku saat aku hendak pergi. Aku tidak bisa menolak karena tenggang waktu Cakka boleh mendekatiku belum lewat.

Dia juga yang memaksaku belanja di supermarket sementara aku sebelumnya ingin ke pasar saja. Dia pun menjanjikan akan membayar semua belanjaanku hari ini.

Bukan bermaksud menjadi wanita murahan, hanya saja akan melelahkan jika aku menolak. Cakka adalah pria paling pantang menyerah yang pernah kukenal. Dia akan terus memaksaku menerima tawarannya sampai aku bersedia.

Ketika aku tengah memilih semangka, seseorang memanggil namaku. Aku langsung menoleh dan mendapati dua sejoli kini memandangku dengan tatapan berbeda, yang satu kaget dan seketika berubah sendu sedang yang satu lagi seperti biasa saja.

"Shilla? Rio?" Sapaku ragu. Aku memandang Rio dan Shilla bergantian. Tidak ada gurat bersahabat di wajah mereka. Tidak marah tapi tidak kelihatan senang juga melihatku dan Cakka..

CUPIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang