I am rookie cupid of the year, bae bae! - Reefy Anastasyia
***
Ify
Aku terbangun dengan sedikit rasa pegal di badan. Untungnya itu tidak sampai mengganggu. Setidaknya aku tahu kalau aku tidak bersantai ria saat KKN. Aku ikut melakukan pekerjaan.
Aku mengusap wajahku lalu beranjak dari tempat tidur menuju meja rias untuk menyisir rambut lalu menguncir kuda agar kelihatan agak rapi.
Setelah itu, aku berjalan mendekati pintu kamar. Niat awalnya ingin ke kamar mandi. Baru ketika tanganku menyentuh gagang pintu, gerakku terhenti karena berhasil mengingat sesuatu.
Rio..apa dia masih menungguku?
Kalau menurut jam dinding kamar sekarang sudah pukul 2 siang maka 4 jam lebih sudah aku meninggalkannya. Saat ini juga sudah waktunya Zest buka.
Mana mungkin dia mau membuang waktunya menunggu di rumah butut yang tidak ada apa-apa untuk dimainkan demi mengusir bosan ini.
Aku lantas keluar dan berjalan santai menuju kamar mandi di dekat dapur. Sayangnya, aku tidak bisa lari dari rasa penasaran akan Rio. Langkahku sempat terhenti dan aku berusaha mengenyahkan pikiran nyeleneh dalam kepalaku. Tapi, tetap saja aku ingin sekali memastikan.
Lantas, aku berjalan kembali setelah berubah haluan. Aku berjalan mengendap-endap menuju ruang tamu. Padahal, belum tentu tidak hanya ada aku di rumah ini.
Aku tidak tahu harus terkejut atau tidak, tapi Rio ternyata benar-benar menunggu. Aku tidak tahu dia memang berniat seperti itu atau semua hanya kebetulan karena dia tertidur.
Rio terbaring di sofa ruang tamu dengan sebelah lengan menutupi keningnya. Napasnya yang teratur memberiku tanda kalau dia tidak sedang berpura-pura terlelap.
Aku mendesah pelan. Jadi, kami sungguh harus berbicara hari ini?
Padahal aku tidak tahu harus bagaimana. Meskipun aku masih memendam rasa padanya, aku tetap bisa marah. Bagaimana dia selalu muncul tiba-tiba di depanku ketika aku menghindar. Bagaimana dia selalu memperlakukanku seperti kekasihnya, melakukan skinship maksudku. Bagaimana dia selalu mengucap rindu dengan ringannya padahal kemarin bersikap seolah tidak pernah ada yang terjadi di antara kami.
Ketimbang patah hati, aku lebih tidak suka dipermainkan. Jatuhnya aku akan merasakan 2 hal sekaligus, sedih dan marah.
Aku berbalik badan berniat untuk melanjutkan niat awalku saja ke kamar mandi. Baru dua langkah, aku mendengar Rio terbatuk beberapa kali yang lantas menarik perhatianku kembali.
Kursi yang Rio tiduri sudah nyaris 2 bulan tidak ku jamah. Mereka pasti berdebu dan itu juga yang memicu Rio terbatuk-batuk sekarang. Aku jadi tidak tega. Cih.
Mau tidak mau aku kembali menghampiri Rio. Siapa tahu saja dia punya alergi bahkan asma. Aku tidak ingin membayakan nyawa seseorang. Apalagi Rio 'kan orang kaya jadi pasti tidak terbiasa dengan kondisi kotor.
"Rio, bangun!" Panggilku seraya mengguncang pelan lengannya. Tapi ketika merasakan kencangnya otot bisep pria itu, aku takut sendiri dan langsung berganti menepuk bahunya saja. Lebih aman.
Aku mengulanginya sampai dia akhirnya benar-benar terbangun. Aku langsung menegapkan badanku kembali setelah tadi sedikit merunduk mendekat ke arahnya.
Setelah mencapai kesadaran, dia baru menatapku. Aku tahu dia masih merasa gatal pada tenggorokannya.
"Fy-"
"Minumlah di dapur. Bersihkan tenggorokanmu." Selaku menyuruhnya sebelum dia mengajakku 'berbicara'. Aku belum siap.
Baru pertama kali aku melihatnya mengangguk patuh layaknya anak anjing terlatih. Dia tidak banyak komplain pada perintahku. Dia benar-benar beranjak ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
CUPID
Short StoryDemi mempertahankan pekerjaannya, Ify harus berusaha membantu Rio mendapatkan Shilla. Lucunya, Shilla juga memintanya membantu memperbaiki hubungan wanita itu dengan Cakka sementara Cakka justru berbalik mendekatinya. Sebagai pelengkap siklus, Ify t...