Once this winter pass, if I still feel the same I'll tell you honestly I'm in love with you - Girl x Friends
***
Ify
Sudah memasuki bulan ke-2 aku berhenti bekerja di Zest. Tidak ada yang berubah dari hidupku. Ketika aku bilang tidak ada maka memang benar-benar tidak ada. Sama sekali.
Ya. Hatiku masih memuja orang yang sama.
Aku sendiri heran. Apa kelebihan Rio dibanding semua pemuda dan pria yang pernah membuatku jatuh hati? Atau mungkin ternyata baru Rio yang membuatku jatuh hati?
Pertanyaanku sebelumnya mungkin salah dan aku akan membodohi diriku sendiri. Kalau ditanya kelebihan, itu justru kelebihan Rio. Dia banyak lebihnya.
Lebih tampan. Lebih mapan. Lebih kusayang. Ahay..
Kalau soal perhitungan, sih, sekarang rasanya wajar-wajar saja. Kalau royal sekali, Zest sudah bangkrut sebulan setelah Rio memimpin karena rela memelihara pegawai tidak disiplin sepertiku.
Sudahlah. Bicara soal hatiku tidak akan ada solusinya. Tidak juga pantas rasanya diriku yang bukan lagi remaja untuk merengek manja karena cinta.
Memangnya sebulan ke depan aku masih punya uang untuk makan? Hingga sekarang bisa meluangkan waktu khusus untuk membahas cinta.
Cinta memang tidak pernah salah. Hanya saja, ada orang yang tidak tahu diri. Salah satunya aku.
Kembali soal hidupku. Ngomong-ngomong, aku baru saja selesai menjalani KKN. Padahal, aku mati-matian berupaya skripsiku selesai sebelum UAS agar tidak perlu ikut KKN.
Sayang namun sayang, kampusku baru saja mengeluarkan peraturan bahwa KKN menjadi program wajib. Khususnya setelah viral pemberian kartu kuning pada kepala negara beberapa waktu lalu. Thanks big bro!
Meski begitu, aku tidak menyesal sama sekali. Aku suka membantu orang sehingga aku dapat menikmati kegiatan bakti sosial pada KKN kampus. Lokasinya memang tidak jauh-jauh, yakni di salah satu desa di Banten. Tidak perlu muluk-muluk terbang jauh ke tanah Merauke karena di sekitar kita juga masih banyak yang belum terjamah dan butuh uluran tangan. *gimana, gue udah memenuhi syarat jadi netizen julala ga?*
Banyak pengalaman yang kudapat yang sekaligus membuatku makin bersemangat berjuang dalam hidup. Masih banyak anak yang mengalami gizi buruk. Selain karena kemiskinan, orangtua masih kurang edukasi tentang gizi makanan yang tepat yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak.
Masih banyak anak yang putus sekolah karena harus bekerja. Tidak heran jika juga banyak ditemukan orang dewasa yang buta huruf. Jangankan memainkan media sosial, lampu di rumah mereka bisa menyala saja sudah luar biasa. Ingin menyalahkan orangtuanya rasanya pun tidak tega. Siapa yang mau memilih hidup miskin?
Satu yang paling miris adalah banyaknya anak-anak perempuan di bawah umur, bahkan yang belum mengalami pubertas, sudah berpengalaman menjajakan diri pada laki-laki, tidak peduli berapa usianya.
Ada yang dipaksa orangtua, ada yang melakukan untuk mengurangi beban keluarga, dan yang paling menyeramkan adalah mereka yang melakukan itu karena memang ingin. Bahkan ada yang bersedia hanya dengan upah semangkok bakso.
Merubah pola pikir dan meningkatkan pengetahuan seseorang memang tidak bisa hanya dengan temu tatap sekali sepuluh kali. Setidaknya aku bangga dan terharu diriku berkesempatan berbuat hal kecil namun bermakna besar bagi banyak orang.
Setelah sebulan lamanya, KKN akhirnya selesai dan aku bisa pulang ke rumah. Aku kembali harus memikirkan tentang mencari pekerjaan.
Aku memberikan selembar uang 20 ribu pada ojek yang mengantarku. Setelah itu, aku menggeret koperku dan berjalan memasuki halaman rumah.
Langkahku perlahan melambat hingga akhirnya berhenti sempurna kala menyadari tidak hanya aku yang mengunjungi rumahku. Sebuah mobil yang tentu familiar untukku sudah terparkir manis entah sejak kapan, sepertinya sudah lama.
Sang pemilik juga bersandar dengan santai di pintu mobil sambil bersidekap. Tamuku itu juga sudah mengawasi gerak-gerikku sejak tukang ojek, yang mengantarku, pergi.
Ketika wajahku mulai berubah bingung, dia tersenyum miring.
"Kupikir kau sungguh tidak kembali ke rumahmu lagi. Kupikir kita akan berakhir seperti drama di televisi. Kau kabur ke tempat tinggalmu yang lain dan aku harus berusaha keras melacakmu." Katanya diiringi kekehan kecil yang membuatku berkesempatan menyaksikan kembali wajah tampan yang kurindukan.
Ya, dia Rio.
Aku mendengus pelan lalu kembali berjalan sambil mendumel pada diriku sendiri. Aku melangkah tanpa memandang ke arahnya lagi.
"Memangnya aku orang kaya punya banyak rumah?"
***
Rio
Aku menghitung detik waktu pada jamku selagi menunggu Ify datang. Aku tidak berpikir banyak mengenai apa yang harus kuucapkan padanya nanti. Aku berusaha mengenyahkan kemungkinan buruk yang akan terjadi, Ify mengusirku misalnya.
Hanya ada 1 gagasan utama dalam kepalaku, yaitu aku harus menemuinya.
Deru mesin motor yang kemudian berhenti lalu disusul oleh percakapan singkat antara perempuan dan laki-laki menjadi sinyal untukku mengangkat kepala demi melihat 'hantu' cantik yang selama berbulan-bulan menggentayangi pikiranku.
Ify-ku.
Aku tidak bisa mencegah lengkungan bibirku. Mendadak aku merasa antusias. Aku berusaha menormalkan ekspresiku ketika dia mulai berjalan mendekat bahkan menyadari keberadaanku.
Aku dapat menangkap keterkejutan pada gerak-gerik tubuhnya. Ia kemudian memasang tampang bingung. Aku lantas kembali tersenyum, meski tidak selebar tadi.
Aku ingin berhambur memeluknya. Hanya saja, aku khawatir diamuk massa, maksudku Ify yang kekuatannya seperti 10 warga, sebelum aku sempat meminangnya.
"Kupikir kau sungguh tidak kembali ke rumahmu lagi. Kupikir kita akan berakhir seperti drama di televisi. Kau kabur ke tempat tinggalmu yang lain dan aku harus berusaha keras melacakmu." Kekehku dan dia sesaat tampak terpesona.
Sayangnya dalam sekejab aura di wajahnya berubah keruh dan aku maklum. Maafkan aku, Sayang..
"Memangnya aku orang kaya punya banyak rumah?" Dumelnya pada dirinya sendiri.
Dia itu punya banyak talenta. Bekerja di banyak tempat, berdebat, dan menyeletuk dengan lucu. Meski kemampuannya yang tak tertandingi adalah membuatku rindu.
Aku menangkap pergelangan tangannya yang disambut tatapan mengawasi dari mata besarnya. Aku lantas tersenyum lembut dan mencoba mengambil alih koper yang dia bawa.
"Biar kubawakan. Kau pasti lelah," tawarku bak pria sejati.
"Katakan saja tujuanmu dan kita percepat pertemuan tidak menyenangkan ini." Selanya.
Waw, aku kena marah.
"Aku datang melepas rindu." Sahutku tanpa kebohongan sama sekali.
Ify mendengus lagi dan spontan melangkah mundur. "Terakhir kali kau bilang merindukanku namun setelahnya menyatakan aku tidak berguna. Rindu kali ini lawannya apa?" Tawanya sarkastis.
Aku menatapnya sendu. "Kau tidak akan bisa membayangkan betapa sulitnya aku selama ini."
Biar kuceritakan sesuatu.
***
For the first time ngetik pake hape. Capek ya, ga lagi2 dah😅
Ga nyangka bisa nyampe 20. Thank youuu. Gue ga ngejar vote but every votes always means big for me❤❤
Kalo dipikir pikir cerita gue kok ringan2 semua ya? Yagasih? Iya sih (lah jawab sendiri). Ntar kalo bikin berat, gue pusing sendiri ngahahaha..
Kalo gue rajin besok ngepost lagi. Kalo rajin yeee👿
Dadah~
KAMU SEDANG MEMBACA
CUPID
Short StoryDemi mempertahankan pekerjaannya, Ify harus berusaha membantu Rio mendapatkan Shilla. Lucunya, Shilla juga memintanya membantu memperbaiki hubungan wanita itu dengan Cakka sementara Cakka justru berbalik mendekatinya. Sebagai pelengkap siklus, Ify t...