7. Ify

643 49 0
                                    


Rio

Aku keluar kantor jam setengah 9 malam. Beberapa di antara pegawaiku segera membungkukkan badan sekaligus menyapa dengan sopan. Berhubung mood ku sedang buruk jadi aku hanya menganggukkan kepala dan berjalan cepat agar sampai di luar. Sebenarnya aku merasa bersalah sih tapi mereka semua juga ikut andil dalam menurunkan semangatku akhir-akhir ini.

Sudah seminggu Shilla tidak lagi membalas pesanku. Awalnya dia masih membalas tapi itu hanya beberapa dan itu pun aku harus menunggunya lama sekali. Entah mengapa aku merasa dia menjauhiku. Meskipun dia sudah mengatakan kalau dia sedang sibuk sekarang jadi susah membalas pesan tapi hatiku tetap merasa janggal. Ada yang berbeda darinya. Dia juga tidak seantusias dulu ketika menjawab pesan ataupun teleponku.

Ify juga susah diajak bicara. Zest sedang ramai-ramainya. Pegawaiku yang lain semuanya protes ketika aku hendak menyita gadis itu di ruang kerjaku. Entah ada apa dengan semua orang. Rasanya mereka sedang berkomplot untuk melawanku. Ah tidak, tapi menghindar dariku.

Tidak. Aku sudah tidak tahan. Aku harus memaksa Ify bicara. Biarpun semua pegawai berbaris membentuk benteng melindungi Ify, aku tidak peduli. Lagian, siapa disini bosnya? Aku yang boleh memerintah. Perintahku yang boleh dituruti. Bukan sebaliknya.

Aku melirik arloji di tanganku yang menunjukkan sudah hampir jam 9 malam. Ah, dia pasti sudah pulang. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling.

Seketika aku merasa lega sekaligus kaget melihat gadis menyebalkan yang terus merugikan keuanganku tapi sayangnya adalah orang yang paling bisa membantuku, sedang duduk di besi penyangga di bagian tepi restoran. Di tangannya terdapat sebuah buku mini yang tengah dibacanya dengan amat fokus. Hingga ia bahkan tidak sadar aku sudah ada di sampingnya.

"Kau bisa baca rupanya?" ejekku seraya tersenyum miring. Ia menoleh sekilas padaku dan tampak kaget. Buku di tangannya terlepas dan tiba-tiba badannya merebah ke belakang. Ia tiba-tiba kehilangan keseimbangan.

Untung refleksku cepat sehingga tanganku masing-masing bisa meraih lengan dan pinggangnya. Ia tampak terpana memandangku. Aku tidak mengerti ia terpesona melihat wajahku atau ia masih shock karena mengira ia akan terjungkir.

Shit! Ini semua pasti karena posisi kami. Ia menggenggam erat bagian kemejaku sementara aku mengukungnya dengan tanganku. Dan wajahku hanya berjarak tidak sampai 5 senti dari wajahnya. Mataku seperti tersihir untuk memperhatikan wajahnya lamat-lamat.

Baru kusadari kalau Ify punya kombinasi bagian wajah yang bagus. Bentuk mata yang bulat agak besar, hidung mancung, pipi yang tidak tirus tidak juga tembam tapi terlihat penuh karena bibir bawahnya yang lebih tebal namun tetap terlihat...tidak, bukan cantik, tapi menggemaskan.

Ya, Ify memang tampak menggemaskan apalagi sekarang matanya tengah berkedip-kedip menatapku. Mungkin dia bingung dengan lengkungan dibibirku yang tercipta karena wajah imutnya. Ah, sedikit kukerjai rasanya pasti menyenangkan, kan?

Aku lantas memajukan wajahku yang membuat intensitas kedipannya bertambah cepat. Aku terus memajukan wajahku hingga ia menutup matanya karena takut. Aku tak bisa lagi menahan tawaku. Aku terkekeh seraya mengacak puncak kepalanya pelan.

"Kau ini lucu sekali," kataku perlahan menjauhkan tubuhku darinya. Ia bersungut-sungut menegakkan tubuhnya lalu memandangku sebal dengan mata indahnya. Bibirnya memberengut yang lagi-lagi membuatku harus mengakui kalau dia memang menggemaskan.

Ya Tuhan, sepertinya saat ini aku tidak bisa berhenti memujinya. Entahlah, rasanya aku juga tidak keberatan melakukannya.

Aku memperhatikan wajahnya memerah dan ia tampak berusaha menutupinya dengan pandangan sebal. Aku memberikan tatapan menggoda dan pelan tapi pasti bibirnya mengembang membentuk senyuman lalu kami tertawa bersama. Dia memukul pelan lenganku namun kami tetap saja tertawa.

Entah kenapa, hatiku mendadak terasa plong. Akubahkan lupa tujuanku menghampirinya. Aku bahkan tidak ingat kalau beberapa saatlalu aku tengah galau berat. Yang aku ingat hanyalah saat ini aku tertawabersamanya. Bersama Ify. 

CUPIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang