BAGIAN XIV

4.3K 155 32
                                    

"Clairine sayang... Kamu tau kenapa mama memberi kamu nama Clairine Ruthia?" tanya suara lembut seorang perempuan yang menyebut dirinya mama.

"Nggak ma! Memangnya kenapa?" jawab suara nyaring seorang anak perempuan yang tidak asing lagi, yaitu aku sendiri saat masih anak-anak.

"Mama suka sekali dengan nama Ruth. Ruth itu artinya kesetiaan. Mama ingin agar kamu tumbuh menjadi anak yang setia. Setia menyayangi mama, papa, Fiona... Setia dengan pekerjaan kamu nanti, setia dengan pasangan hidup kamu juga nanti" jawab perempuan itu dengan sangat lebih dan penuh kasih sayang terpancar dari wajahnya.

"Claire akan terus sayang sama papa, mama, dan Fiona!" jawab anak perempuan itu dengan nada bahagia lalu memeluk wanita itu dengan hangat.

"Anak pintar!" jawab perempuan itu sambil membalas pelukkan anaknya.



"Hah!" Refleksku terkejut saat mengetahui bahwa ini hanyalah mimpi. Mimpi yang membuat hatiku sedih. Suara perempuan yang kudengar, wajahnya yang buram dalam ingatanku, pelukkannya yang penuh kasih sayang, warna-warna yang menghiasi seluruh ruangan itu.

"Aish! Aku pasti gila!" gerutuku sebal.

Aku melihat warna lagi! Warna-warna gelap. Warna-warna yang membuatku gila setiap kali aku menyadari bahwa sebenarnya aku ini buta.

"Sudah kedua kalinya... Aku benar-benar gila!" omelku pada diriku sendiri. Aku menendang-nendang selimut dan bantal-bantal yang berada di atas tempat tidur dengan brutal saking kesalnya.

"Aishh! Mengapa aku bisa lupa wajah wanita itu!" teriakku kesal sambil mengacak-acakan rambutku dengan kasar.

Tetapi...
Dia menyebut dirinya mama...
Mungkinkah? Mama dahulu pernah mengatakan itu padaku?
Mengapa aku tidak mengingatnya?
Aneh...

Tanpa pikir panjang lagi aku beranjak dari tempat tidur dan bersiap untuk mandi. Setidaknya aku bisa menenangkan diri di kamar mandi.

Aku tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mandi. Walau tidak bisa melihat, setidaknya aku sudah hafal di mana saja aku meletakkan barang-barang yang kuperlukan.

Setelah selesai mandi aku pun berganti pakaian lalu keluar dari kamar untuk sarapan pagi bersama mama dan Fiona.

"Morning ma, Fi... " sapaku dengan sedikit merasa bodo amat.

"Morning kak!" jawab adik kembarku itu.

Aku duduk di kursi yang pertama kali kusentuh. Sebenarnya aku merasa tidak nafsu makan pagi hari ini. Lebih tepatnya aku penasaran dengan mimpiku itu.

"Claire? Gak makan?" tanya mama yang berhasil membuyarkan lamunanku.

"A.. Ah, ma... Apa arti namaku, apa arti dari nama Ruth?"  tanyaku tiba-tiba terfikir untuk menanyakan hal tersebut.

"Ruth? Emm... Mama kurang tau. Kenapa?"

Deg! Jawaban mama membuat hatiku merasa kecewa karena merasa diberi harapan palsu oleh mimpi itu.

"Mama tidak tahu? Bukankah mama yang memberiku nama?" tanyaku heran.

"Ee... Em.. Itu, papamu yang memberi nama" jawab mama dengan nada yang terdengar sedikit gelisah dan terbata-bata. Nada suaranya seperti tidak yakin, dan seperti orang yang sedang menyembunyikan sesuatu.

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang