BAGIAN XXI

2.6K 119 0
                                    

"Ada yang kau sembunyikan dariku?" tanyaku dengan serius.

"Apa? Aku tidak menyembunyikan apapun," jawab kembaranku Fiona dengan heran.

"Kau tahu kan? Ya! Kau pasti tahu selama ini!" teriakku dengan nyaring sampai memenuhi seluruh isi rumah.

"Apa yang kau bi—,"

"Kau tahu kan kalau mama kandung kita sudah meninggal?! Berbelas-belas tahun yang lalu! Kau tahu itu! Kau tahu bahwa aku dahulu bukan anak yang cacat! Kau tahu semuanya! Kau tahu mengapa papa meninggalkan kita! Kau tahu... Kau tahu...," teriakku dengan frustasi di tengah-tengah tangisanku yang semakin menjadi-jadi.

"Maaf... Maafkan aku," jawabnya lalu memelukku dengan erat.

Aku merasakan tubuhnya yang berguncang, ikut menangis bersamaku. Pelukannya yang semakin erat membuat hatiku terasa semakin sesak.

"Maaf Claire... Aku bukan saudara yang baik. Aku tahu! Aku tahu semuanya itu. Aku hanya... Aku hanya tidak tahu bagaimana harus menyampaikannya! Maafkan aku," kata Fiona lalu melepaskan pelukannya.

Aku mendengar langkah kakinya menjauh dengan cepat, pergi dari hadapanku. Hatiku terasa hampa. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kuperbuat. Apa mungkin aku harus mencari papa dan meminta maaf? Aku tak tahu...

Seketika saja, aroma parfum yang tadi tercium saat aku berada di pemakaman, kini tercium kembali di dalam rumah.

"Siapa itu?" tanyaku dengan gerakan waspada.

"Aku," jawab suara yang sangat tak asing di telingaku. Ma— mungkin lebih tepatnya tante Deliana.

"Kau ada di sana kan? Aku tahu kau ada di sana!" kataku dengan emosi yang sudah tidak dapat kubendung.

"Dengar Ru—,"

"Tidak! Kau yang dengarkan aku, TANTE. Aku tidak mengerti apa yang kau pikirkan sampai kau menyembunyikan hal tentang mama dan menempatkan dirimu sebagai MAMA selama ini," jawabku terengah-engah.

"Aku mohon dengar—,"

"Apa kau tahu betapa suramnya hidupku selama ini? Berjalan di dalam kepura-puraan, kesedihan, kekecewaan, yang aku sendiri masih bertanya-tanya! Apa kau mengerti betapa banyaknya pertanyaan dalam hidupku?! Apa kau dapat mengerti bagaimana aku tumbuh menjadi anak yang tidak mengerti— tidak, merasakan... Aku tidak pernah merasakan kehidupan yang sesungguhnya! Kau tahu aku bagai apa? Seorang zombie! Zombie tante! Hidup, tapi jauh di dalam aku sudah mati!" teriakku dengan keras.

"Aku tahu! Aku tahu Ruth! Aku melakukan ini demi kebaikanmu! Aku ingin kau merasakan masih ada seorang ibu yang ada di dalam hidupmu. Walau aku tidak bisa memberi kasih sayang yang luar biasa seperti Thalia, tapi aku bersungguh melakukan ini untuknya. Untuk sahabatku!" jawabnya tidak kalah keras.

"Kau tahu dan kau tetap berbohong. Bahkan... Setelah sekian lama... Aku baru tahu bahwa mamaku telah dikubur berbelas-belas tahun yang lalu tanpa aku sempat mengucapkan kata "maaf" dan "terima kasih". Nyatanya, kebaikanmu tidak berpengaruh padaku. Kau tetap membiarkan aku hidup dengan ketidak pastian. Kau biarkan aku hidup terombang-ambing dengan pertanyaan-pertanyaan yang tiada ujungnya. Aku sungguh terkesan dengan usahamu, tente," kataku dengan sangat tajam.

Aku tahu aku sudah keterlaluan. Tetapi aku tidak bisa menahan diriku lagi. Dipermainkan, dibohongi, digantung seakan-akan aku tidak memiliki perasaan. Aku hidup dengan pertanyaan yang memenuhi kepalaku selama ini. Dan setelah belasan tahun, aku baru mengerti.

Sangat jelas.

●●●●

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang