BAGIAN XXIV

2.6K 137 11
                                    

"Sudah siap kak? Kakak akan naik panggung 5 menit lagi," kata Hailey sembari merapikan pakaianku.

"Siap. Wish me luck!" jawabku dengan senyum yang sedikit dipaksakan.

Tak lama setelah itu, terdengarlah suara MC atau pembawa acara yang mulai membuka acara meet and greet ini.

Tanganku bergetar hebat, kakiku terasa kelu. Aku sangat gugup saat ini. Walaupun ini bukanlah meet and greet pertamaku, tetapi tetap saja! Aku sangat takut. Bagaimana bila aku melakukan hal yang bodoh?

"Apa kalian siap???" teriak MC yang langsung disambut meriah oleh para audience.

"Mari kita panggil! Clairine Ruthia!"
Terdengar begitu meriah suara tepuk tangan mereka. Aku berjalan dengan hati-hati. Tentu saja dengan bantuan tongkatku yang setia ini dan Hailey.

Sorakan tepuk tangan semakin meriah seiring aku berjalan maju sampai Hailey memberiku isyarat untuk duduk.

"Wah wah! Senang sekali bisa bersama Kak Clairine. Ini biasanya dipanggil apa nih? Clarine? Ruth?" Sapa Cynthia sebagai pembawa acaraku hari ini.

"Aku biasa dipanggil Ruth," jawabku dengan senyum lebar.

"Oke, Kak Ruth. Hari ini spesial sekali, karena banyak anak-anak muda yang datang karena terinspirasi dari ceritanya Kak Ruth. Bisa tolong diceritakan sedikit mungkin?" kata Cynthia yang disambut meriah lagi oleh para audience.

"Ya, pertama, aku benar-benar berterima Kasih untuk semuanya yang udah hadir. Kalau soal cerita-cerita aku, itu hampir semua adalah based on my experiences yang aku tuangkan lagi dalam kisah yang berbeda-beda," jawabku dengan tenang.

"Wah. Kalau boleh tau nih, masa lalunya Kak Ruth itu kayak gimana sih sampai bisa menginspirasi banyak orang?" tanya Cynthia.

Aku merasakan aura diaeklilingku sudah mulai menegang. Tetapi aku berusaha melawan rasa tegang itu. Mungkin ini saatnya, untuk bisa terlepas dari rasa bersalah itu.

"Emm... Sebenarnya aku tidak terlahir buta. Aku tidak ingat pada umur berapa aku mengalami kebutaan. Yang aku tahu, aku buta karena sebuah kecelakaan. Kecelakaan itu membuat mamaku dan papanya orang yang sangat berharga buatku meninggal dunia," aku berhenti sejenak karena mendengar banyak orang yang terkejut termasuk Cynthia.

"Setelah itu sebenarnya aku tidak ingat apa yang terjadi. Tetapi papaku tiba-tiba saja pergi meninggalkan kami dan aku punya mama tiri. Jujur saja aku baru mengetahui semua ini 4 tahun yang lalu. Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk bangkit dari keterpurukan. Karena aku ingin membuktikan bahwa aku berharga, sekalipun mereka semua tidak mempedulikan aku.

Hidupku bisa dibilang begitu rumit. Karena berbelas-belas tahun aku hidup tanpa mengetahui kebenaran. Yang aku tahu dan yang aku rasakan hanya kepura-puraan. Sampai... Hari itu aku datang ke pemakaman mamaku dan aku mengetahui semuanya. Semua yang aku tanyakan menjadi terjawab," kataku sambil memaksakan senyuman di wajahku.

Suasana seketika hening dan sunyi. Aku bertanya-tanya dalam hati, apakah ada yang salah dari ucapanku barusan. Tiba-tiba, suara tepuk tangan riuh terdengar memenuhi ruangan.

Tidak ada satupun yang berbicara, mereka semua hanya tepuk tangan.
"Ijinkan aku berbicara!" teriak seseorang dari kejauhan yang langsung membuat semua orang terdiam terkejut.

Suaranya membuatku langsung terdiam dan mengepalkan tanganku dengan erat.

"Maaf, tapi kami belum membuka sesi tanya jawab," kata Cynthia dengan ramah.

"Hei Ruth! Aku tahu kau mengenali suaraku!" teriak orang itu semakin lantang.

"Maaf, tapi sekali lagi kau mengganggu, kau akan kami usir—,"

"Biarkan dia Cynthia. Aku mau dengar dia bilang apa," kataku menghentikan apa yang ingin Cynthia katakan.

"Aku mungkin sudah tidak berarti apa apa, tapi ijinkan aku bertanya. Apakah kau mau mengampuni masa lalumu? Karena aku memaafkanmu. Terima Kasih," kata lelaki itu dan pergi meninggalkan ruangan.

Aku masih terdiam sambil menunduk. Air mataku terasa ingin mengalir kembali. Mengapa ia harus kembali? Masa laluku...

●●●●

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang