Lagi dan lagi kota Bandung diguyur hujan, membuat gadis berambut sebahu itu mengeluh untuk yang keseksian kalinya. Seragam putih birunya sudah ia kenakan dengan rapi. Papan nama yang terbuat dari potongan kardus bekas sudah ia kalungkan, tak lupa tas gendong kecilnya ia bawa dengan cara ditenteng.
Mata bulatnya mengedar ke luar jendela, menatap setiap tetes air yang langit turunkan hari ini. lalu dengan helaan napas ia berbalik menuju cermin yang berukuran besar. Pantulan dirinya di cermin membuat gadis itu sedikit menyimpulkan garis lengkung di bibirnya. Merasa lucu dengan penampilannya hari ini. Aneh-aneh saja persyaratan dari OSIS sekolahnya itu, belum lagi perbekalan yang ia simpan di dalam tasnya, jika saja gadis itu melanggar maka akan dikenakan sanksi dari ketua OSIS.
"Selena, ayo kita berangkat!" Tiba-tiba suara wanita paruh baya terdengar dari balik pintu kamarnya. Ia adalah Dewi— ibu dari gadis bernama Salena. Tanpa menunggu lebih lama lagi gadis itu berjalan ke luar kamar mengikuti langkah ibunya.
****
Suasana SMA Cakra sangat ramai oleh calon siswa baru. Jam istirahat sudah berbunyi dari 10 menit yang lalu, tetapi rintiknya hujan masih enggan meninggalkan bumi ini, ia masih kuyup oleh air yang tercurah dari atas sana.Mendung. Awan berwarna abu kian menebal di atas sana, menciptakan aura kelam di bumi ini. Padahal, sudah beberapa jam yang lalu ia turun dengan deras, tetapi mengapa masih enggan pergi?
Beberapa anak sibuk bercengkerama di depan kelas yang menjadi tempat berkumpul para calon siswa. Sedangkan, yang lainnya pergi mengisi perut mereka yang keroncongan.
"Woy! Mahesa, Lo kampret ya." teriakan seorang cowok di ujung koridor sana menggema. Berapa pasang mata menatap ke arahnya. Sedangkan, cowok satunya lagi yang ia teriaki malah menyengir di depan kelas sambil membawa sebelah sepatu yang sepertinya milik cowok di ujung sana.
"Revan, coba Lo ambil sepatu ini, baru gue traktir elo sepuasnya!" Mahesa berteriak. Senyum licik tercetak di wajahnya. Sepatu kets warna hitam terayun di tangan cowok itu dengan ekspresi meledek. Sedangkan Revan yang sudah kepalang marah hanya bisa berkaca pinggang.
"Awas lu, kalau gue bisa dapetin lu, gue bikin kayak perkedel," teriak Revan. Mereka tampaknya tidak menghiraukan tatapan siswa lainnya yang sedang berada di koridor. Bahkan, tatapan tajam dari seorang kakak OSIS di lantai dua saja mereka tak menyadari.
"Lo nyari ribut sama gue, hah?" Tampaknya Revan sudah benar-benar marah, tetapi Mahesa masih tidak mau mengalah.
"Baiklah, gue balikin nih, sepatu butut lu, tapi elo harus tangkap baik-baik," ucapnya sembari mengambil aba-aba untuk melempar sepatu tersebut.
Semua mata memandang ke satu arah, yaitu; sepatu yang akan Mahesa lemparkan. Pada saat melempar tangannya terangkat bersama sepatu tersebut, semua seakan-akan tersihir oleh pergerakannya.
"Tangkap!" Cowok itu berseru sesaat sepatu benar-benar melayang di udara, terhempas, terbang, hingga mendarat di puncak kepala seseorang.
"Aww!" Suara gadis terpekik dari arah depan Mahesa berdiri.
"Mampus!” keluhnya, menyadari sepatu tersebut salah sasaran.
Revan yang awalnya merasa kesal tiba-tiba tak kuat menahan tawa dan hampir tergelak. Namun, ia sedikit kasihan juga terhadap orang yang menjadi sasaran salah alamat. lantas, cowok berambut pirang ikal itu pun berjalan ke arah korban tersebut.
Seorang gadis cantik berambut sebahu terdiam di tengah-tengah koridor yang dikelilingi oleh banyak orang. Ia menunduk setelah tangannya mengusap bagian kepala yang menjadi lemparan sepatu tersebut. Lalu, mencengkeram erat buku yang ia bawa. Mungkin saja gadis itu malu oleh insiden tak terkira itu, apalagi sebagian dari mereka benar-benar menertawakannya.
"Lo, nggak apa-apa?" tanya Revan saat berada di depan gadis itu. Namun, tak ada respons, ia tetap menunduk serta tetap memegang bukunya erat.
"hey!" Untuk kedua kalinya Revan menegur tetapi tak ada jawaban dari gadis di depannya. Lantas, ia menoleh ke arah Mahesa. "Ini gara-gara Lo," tandasnya dengan mata menyorot tajam.
"Gue gak sengaja." Cowok itu hanya mengacung-acungkan tangannya dengan jari membentuk huruf V.
"Sini lu!" Revan jengkel melihat temannya yang tidak mau menghampiri gadis itu untuk meminta maaf.
Akhirnya Mahesa harus benar-benar mengalah dan hendak melangkah ke arah dua orang itu, tetapi gadis yang kena lemparan sepatu tersebut malah berlari pergi.
"Hey, tunggu!" Revan hendak mengejar tapi langkahnya terhenti saat sosok ketua OSIS berdiri di depannya.
"Kalian berdua ikut saya!"
Terima kasih readers
😍😍😍😉
KAMU SEDANG MEMBACA
SALENA
Teen FictionSalena Alesya Parahita adalah gadis yang memiliki prinsip "Say No To Pacaran" dari zaman masa pubertas (SMP). Selain itu, ia mendapat julukan gadis kaku dari setiap cowok yang ngedekitannya. Setiap harinya pun tak lepas dari kata belajar, buku, perp...