Hello, Salena!

313 43 34
                                    

Langit yang awalnya begitu cerah, sekarang tiba-tiba menjadi gelap berawan lagi. Rintiknya mulai turun, membasahi setiap celah yang ada di bumi. Setiap orang berlalu-lalang mencari tempat berteduh. Menjauhkan tubuh mereka agar tidak basah. Beberapa dari mereka masih beruntung karena membawa payung yang bisa membuat mereka pulang terlindungi.

SMA Cakra tampak masih padat oleh siswa-siswinya. Dari mulai balkon lantai 3 sampai lantai dasar. Mereka hanya menunggu hujan reda, itu pun bagi mereka yang enggan berbasah kuyup dengan hujan yang mulai deras. Sementara, sebagian anak nekat menerobos rinai hujan dengan bermodalkan tas yang  digunakan penghalang di atas kepalanya.

Ada pula mereka anak-anak yang mengikuti MOS mendapat jemputan dari orang tua mereka, atau sengaja memesan taksi Online. Kecuali, satu orang gadis berseragam putih biru tengah berdiri di balkon depan kelas. Campaknya ia kebingungan, jam silvernya yang melingkar di tangan kirinya terus dilirik olehnya. Tangan kanannya sesekali terulur ke sela-sela rinai hujan yang turun.

"tampaknya ... hujan akan lama," Gumamnya sendu. Bosan karena menunggu dengan berdiri, gadis itu pun duduk sambil mengeluarkan sebuah novel dari tasnya. Lembar pertama ia buka dan khidmatnya ia membaca.

Hujan, novel, dan kisah cinta romantis benar-benar membuat gadis itu terhanyut tanpa sadar. Tempat kosong di sebelahnya tiba-tiba terisi oleh seorang cowok, pun tak ia ketahuan. Bermacam ekspresi dirasakan gadis itu, terkadang raut kesal melandanya hingga tangan mungil gadis itu terkepal. Selang beberapa menit raut sedih muncul dari wajahnya, hingga bola mata indah itu berkaca-kaca. Lalu, setelah rasa kesal dan sedih gadis itu, memancarkan binar cahaya dari setiap inci wajah cantiknya, bibir tipisnya mengulum senyum sampai rona merah tersirat di pipinya.

Benar-benar pemandangan langka bagi seseorang yang sejak tadi memperhatikannya. Mata tajam cowok berjambul pirang ikal itu menatap lekat sosok di sebelahnya, ia mati-matian menahan agar tidak tertawa lepas dan membuat gadis itu menyadari kehadirannya. akan tetapi, perlahan cowok tersebut tidak berhasil, tawa tanpa suara membuat kursi panjang yang mereka duduki bergetar. Lantas, gadis yang sejak tadi hanyut dalam cerita fiksi roman yang dibacanya menoleh cepat, mata itu melebar ketika mengetahui ada seorang cowok asing duduk di sebelahnya, dan dari kapan?

"Kamu!" Dengan mata melotot, telunjuknya maju ke arah cowok itu. Orang yang ditunjuk hanya cengengesan.

"Halo, Salena!" Sapanya, alih-alih menjawab.

"Kamu, lagi apa di sini?" Tanyanya tegang. Ya, gadis itu benar-benar tegang satu bangku dengan jarak 1 cm bersama cowok asing.

"Lihatin cewek kalo lagi baca novel kayak gimana ekspresinya," jawabnya asal. Gadis itu jadi salah tingkah walaupun ucapan lelaki di sebelahnya belum tentu untuknya.

"Salah tingkah gitu, jadi makin lucu,” ucapnya lagi membuat sang gadis tersentak.

"Eh," ia langsung bersingkut, menggeser tubuhnya ke ruang yang masih kosong.

"Kok, geser?" Cowok itu heran melihat Salena bergeser.

"Lebih baik saya pergi saja." Salena hendak berdiri tetapi cowok itu lebih dulu menahan tangannya.

"Eh, apa-apaan kamu?" Namun, tangannya ditepis langsung oleh dalem.

"Sorry ... Sorry ...,aku gak maksud," jawabnya canggung.

"Jangan ganggu saya!" Tandas Salena dan pergi meninggalkan cowok itu.

Kenapa? Apakah dirinya terlihat seperti orang yang jahat, padahal dia hanya ingin meminta maaf atas kejadian tadi di lapangan. Tapi, sudahlah! Bukan solusinya jika terus memikirkan yang takkan ada jawabannya jika tidak dicari, dengan percaya diri cowok itu pergi mengejar Salena.

*********

Akhirnya hujan pun reda dengan sendirinya. Dan siswa yang sabar menunggu mulai melebarkan langkahnya untuk pulang atau sekedar pergi ke tempat-tempat tujuannya sekarang.

Setelah hujan deras berhenti. Sinar mentari mulai bersinar lagi dengan diiringi warna-warninya pelangi yang membentang di langit sana. Semua yang memandangnya tampak kagum dan takjub. Tak terkecuali gadis berambut sebahu yang masih memakai seragam sekolah biru putih.

Mata indahnya menatap tujuh warna pelangi yang tampak jelas di atas sana. Bahkan, ia sempat mengabadikannya lewat ponsel pintarnya. Namun, ponselnya mendadak bergetar, satu pesan masuk ke aplikasi WhatsApp-nya. Lantas, ia membuka ruang chatt dengan orang yang mengirimnya pesan.

         Unknown: hello, Salena!

Nomor si pengirim tampak asing, tak ada  nama yang tertera di kontaknya. Hanya saja, sapaan pesannya terasa familiar saat dibaca. kira-kira siapa yang pernah menyapa Salena seperti itu. Gadis itu tampak berpikir sejenak. Tiba-tiba Garis wajahnya berubah kaget saat bayangan seseorang muncul di pikirannya.

"Mangkinkah ...?" Ia bergumam lantas menggelengkan kepalanya." Mana mungkin!"

Ting, pesan itu ada lagi.

Unknown: pasti kamu lagi mikir itu siapa, kan? Dan pikiranmu menjawab bahwa itu, aku. Ya, itu aku! Cowok yang tadi duduk di sebelahmu.

Mengetahui itu, Salena celingukan ke sana ke mari. Bagaimana si pengirim tahu bahwa ia sedang memikirkannya. Apakah ia penguntit? Tidak! Jangan sampai ia mengikutinya.

"Hello, Salena!" Gadis itu terlonjak, lelaki yang tadi sudah berada di sampingnya dengan senyum girang.

"Kenapa? Kaget ya, Sorry deh, heheh" cowok itu tertawa.

"Kamu ngapain mengikuti saya?" Ternyata Salena cukup To  The poin sekali. Cowok itu mengulum senyum.

"Aku cuma mau kenalan sama kamu, Sal," dan Salena harus terkejut untuk yang ke sekian kalinya.

"Tapi, saya enggak mau kenalan sama kami," lantangnya.

"Kenapa, apa aku seperti orang jahat di mata kamu," cowok itu bertanya dengan nada sedih.

"Karena saya memang nggak niat," kenapa cewek ini keras sekali sih, dan apa harus memaki bahasa formal seperti itu.

"Bisa enggak, ngomongnya pakai aku-kamu aja, atau elo-gue. Jangan kamu-saya! Berasa orang asing aja," pinta si cowok.

"Memang kamu orang asing," jawaban itu cukup membuat si cowok tersebut kaget. "Orang asing yang tiba-tiba muncul di hadapan saya. Tanpa permisi mengganggu saya. Dan tanpa rasa bersalah juga melukai saya jadi, saya mohon! Lebih baik kamu hilangkan niat kenalan sama saya."

Cowok itu terkesiap mendengar penuturan gadis berambut sebahu itu. Apa iya tidak salah dengar? Dengan lantang dan tenangnya ia memberi alasan seperti itu. Sungguh di luar pikiran, dan entah kenapa insting cowoknya mendadak tertantang untuk terus mengusik gadis di depannya.

"Oh ya?" Nadanya berubah, serta diiringi seringai di bibirnya. "Baiklah, hari ini aku gak akan ganggu kamu. Tetapi, untuk ke depannya aku enggak jamin. So, persiapkan dirimu Salena." Tuturnya hingga satu kedipan muncul di wajah tampan cowok itu. Salena tersentak dengan rasa gelisah atas ucapan cowok itu.

"Ah, Iyah. Satu lagi! Jangan lupa Catat namaku baik-baik!" Titahnya sambil menunjuk sebuah nametag di saku kanannya. Salena melirik sebentar lantas bergumam, "Revano Dirgantara."

  Terima kasih readers

SALENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang