LELAKI PUKUL 01.00

18 2 0
                                    

LELAKI PUKUL 01.00

Bolehkah aku singgah di kotamu?
Menghirup udara pagi
Menyimak tarian ombak
Berjalan di antara rintik hujan
Berlari di bawah cemara
Dan berbaring di padang ilalang

Sebelum aku terhipnotis oleh kotamu
Bolehkah aku mengajakmu ke kotaku?
Menghirup asap knalpot baja
Menyimak kaku tarian gedung pencakar langit
Berjalan di antara sedan sedan mengkilap
Berlari di bawah fly over
Dan berbaring di trotoar jalan

Mendengar ungkapan tentang Kotaku
Adakah kebulatan tekad menujuku?
Adakah ketetapan hati memilihku?
Adakah keteguhan jiwa memperjuangkanku?

Dan...
Adakah keberanian untuk melupakanku?

Kotamu menyimpan terlalu banyak kenang
Terlalu banyak kohesi yang menjadikan rinduku semakin gemilang
Terlalu banyak sedih dan bahagia yang bercampur dalam tenang
Dan pada akhirnya menghilang.. Ku undang kau ke Kotaku!
Setelah 1001 imaji dan ilusi yang kau ciptakan, bercampur dalam polusi tanpa konklusi
Berbagai regulasi dibuat untuk mendapatkan apa yang di cari tanpa mendengarkan aspirasi
Berbagai polemik tak berkesudahan, sengaja dibuat untuk menarik ulur harapan, yang pada akhirnya akan dimanipulasi

Kini...
Kotaku hanya tempat hidup bukan tempat bertahan hidup

Adakah keberanian untuk melupakanku?
Jika, tidak...
Temui aku dalam bincang
Temui aku dalam tenang
Temui aku dalam kenang
Temui aku dalam perjalanan pulang

Hingga kau sadar bahwa Akulah lelaki pukul 01.00 itu.
Yang selalu menyebut nama-Mu dalam sujudku
Mengagung kebesaran-Mu
Memuji ciptaan-Mu
Mensyukuri nikmat-Mu
Membaca tanda-tanda-Mu

Dan...
Pada akhirnya kita semua sadar, bahwa setiap kenang adalah proses mengingat kembali untuk mengenal jalan pulang.

Lintasan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang