D-1

118 15 19
                                    

Halo, pagi!
Aku datang lagi
Demi menatap mata indah
Bak sang surya

👑

Pagi ini jalanan penuh dengan bising klakson kendaraan beserta umpatan para pejalan kaki. Pasalnya itu membuat telinga mereka seakan dihujani tombak dan segera pecah. Tak terkecuali seorang gadis yang kini tengah menunggu lampu lalu lintas berganti merah seraya menengok arloji yang melingkar manis di tangan kirinya.

Hari ini hari pertamanya sekolah setelah lulus dari salah satu Sekolah Menengah Pertama di luar kota. Ya, dia pindahan dari luar kota. Dan melihat kemacetan pagi ini membuatnya putus asa. Merasa menyesal telah menolak tawaran orang tuanya untuk diantar. Jam memang baru menunjukkan pukul 6.10, terlalu pagi untuk hadir di sekolah. Namun jika begini keadaannya, dia bisa terlambat.

Sepertinya Tuhan sedang berbaik hati padanya. Ah, tidak, Tuhan memang selalu baik padanya. Lampu merah segera muncul di deretan tiga warna itu, tanda para pejalan kaki boleh melanjutkan perjalanannya. Gadis itu segera berlari menyeberang jalan. Tak ingin membuang waktu dan menyebabkan dirinya terlambat.

🌸🌸🌸

Gadis itu sampai di depan gerbang sekolah. Dan sekolah masih setia dengan kelengangannya. Masih bisa dihitung dengan jari jumlah motor yang ada di parkiran siswa. Hal itu membuat si gadis menghembuskan napas asal. Berpikir mengapa dia harus ketakutan setengah mati karena terlambat. Toh tidak akan ada mos tahun ini dan mungkin tahun-tahun selanjutnya. Tidak ada mos berarti tidak ada bentakan dan hukuman menyebalkan dari senior-senior kurang kerjaan itu.

Gadis itu segera memasuki area sekolah. Menyeberangi lapangan untuk melihat papan pengumuman yang berisi denah sekolah serta pembagian kelas. Ada poster bertuliskan 'Stop Bullying' dan gadis itu kembali menghembuskan napas asal. Kembali mengingat tentang mos. Alasan tidak adanya mos adalah maraknya kasus bullying di kalangan remaja saat ini. Menteri pendidikan menegaskan larangan adanya perpeloncoan saat mos. Namun mengingat saat ini makna mos bukan lagi tentang orientasi, melainkan tentang pemberian pelajaran tentang hormat-menghormati dalam tanda kutip perpeloncoan itu sendiri, membuat para senior menghapuskan sekalian saja acara mos tersebut.

Mungkin akan ada kegiatan pengganti. Namun gadis itu tak tahu dan tak mau tahu. Ia segera mencari namanya diantara ratusan siswa di dalam daftar kelas.

X MIA 2

Gadis itu menemui namanya diatara 36 siswa di kelas X MIA 2. Gadis itu tersenyum, mengingat dia belum tersenyum pagi ini. Senyum itu adalah akibat dari kesadarannya akan angka 2 yang akan menemaninya setahun kedepan. Ya, dia penyuka angka 2.

Gadis dengan rambut sepunggung itu segera melangkahkan kakinya menuju X MIA 2, kelasnya. Ia ingin segera duduk dan melakukan kegiatan lain, seperti melamun misalnya atau tidur lagi.

Hening.

Kelas itu masih hening dan si gadis dengan berani memasuki kelas tanpa ada keraguan di matanya. Ia memilih bangku paling depan banjar ketiga dari pintu.

Tatanan kelas disini hampir sama dengan kelas di sekolah biasanya. Dibuat 6 baris dan 6 banjar. Hanya saja bangku dan meja yang jadi satu membuat gadis itu kurang nyaman. Bukan karena sulit bergerak, namun ia tak suka duduk sendirian. Dan bangku-meja ini menuntut para siswa untuk duduk sendiri.

🌸🌸🌸

Pukul 6.30 dan akhirnya kelas kosong itu berubah menjadi pasar dalam sekejap. Ramai sangat. Gadis itu terlihat tertawa dengan teman barunya.

AndersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang