D-9

22 4 1
                                    

Aku sudah bilang
Kami berbeda

👑

Rafa benar-benar gemetar saat soal demi soal dibacakan oleh pembawa acara. Namun Rafa tahu, ia harus tenang. Berkali-kali Reka memberinya semangt dan berkata bahwa Rafa harus tenang. Di saat yang lain berpikir keras tentang strategi agar bisa menjawab cepat, Reka malah sibuk memperhatikan gadis itu.

Jam telah menunjukkan pukul 17.30 dan lomba selesai tepat waktu. Tidak ada yang memperhatikan jumlah soal yang dijawab tiap peserta. Sehingga membuat hanya juri dan panitialah yang tahu siapa yang akan jadi juaranya.

Rafa melangkahkan kakinya keluar aula. Tadi sempat ada nasehat singkat dari juri. Syifa dan penonton lainnya pamit duluan.

"Raf!" Rafa segera membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang memanggilnya.

Seorang lelaki tampak berlari sambil membawa sekaleng minuman di tangan kanannya.

"Ada apa, Rek?"

"Ini buat lo. Tadi lo bagus banget jawabnya." Kata Reka sambil terkekeh.

"Kamu kok... Ehm, malah muji aku? Kamu sendiri juga bagus kok jawabnya." Rafa terkekeh, menetralkan ekspresi terkejutnya. Bahkan Rafa tak ingat jika ada Reka disampingnya saat lomba tadi. Lelaki itu masuk final dengannya. Tapi lelaki itu malah sibuk memastikan apakah Rfa baik-baik saja.

Reka terkekeh, dilanjutkan dengan kalimatnya yang membuat Rafa semakin heran.

"Gue anter pulang ya?" Rafa yakin, dimana-mana manusia jika capek pasti ingin langsung merebahkan diri di empuknya kasur. Namun Rafa merasa hal itu tak terjadi pada Reka. Ia malah menawarkan diri untuk mengantar Rafa pulang.

"Raf!" Suara itu, Rafa sangat hapal.

"Eh, ada Ryan." Reka menyapa Ryan yang masih menggunakan pakaian basket, hanya saja dibalut jaket jeans dan training hitam.

"Gue-" Perkataan Ryan terpotong oleh kalimat Reka.

"Jadi gak, Raf pulang bareng gue?" Reka berbicara seolah tak ada Ryan dihadapannya.

"Emm... Mama gak bisa jemput, sih. Jadi deh. Tapi ini yang terakhir ya? Sesuai kata kamu." Rafa menyetujui dan mulai melangkah meninggalkan Ryan sendirian seolah Ryan tak pernah menampakkan batang hidungnya di hadapan Reka dan Rafa.

Ryan yang melihat itu hanya mengedikkan bahu sambil mengangkat sebelah alisnya. Ia kemudian membuka minuman kaleng yang sudah disembunyikan dibalik tubuhnya saat melihat Rafa menerima minuman dari Reka. Minuman itu diteguknya hingga habis dalam hitungan detik.

🌸🌸🌸

"Juara ke-tiga... Diraih oleh kelas........ XI MIA 4. Selamat! Silakan kepada perwakilan kelas untuk maju."

Petugas yang menjadi protokol sangat semangat membacakan hasil perlombaan CCI kemarin. Tak mengiraukan Rafa yang tengah diam dengan dada berdentum di barisan kelas X. Syifa sibuk megibaskan tangannya untuk Rafa. Gadis itu terlihat berkeringat.

"Untuk ukuran orang yang hobi lomba, kowe cemen pol, Raf." Syifa menimpuk kepala Indra dengan topi yang berbicara seenaknya pada Rafa.

"Nasib baik dia mau maju iku lomba dan kita gak didenda." Syifa melotot.

"Biasa aja tuh matanya, mbak." Indra menyindir Syifa.

"Diem kalian berdua. Bawel bener, dah." Rafa sibuk menetralkan detak jantungnya.

"Juara ke-dua diraih oleh kelas...... X IPS 1.... Silakan pada perwakilan untuk mengambil posisi."

AndersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang