D-2

54 10 4
                                    

Your eyes
Is my medicine
Of all my sikcness

👑

Rafa masih ditempatnya–diantara rak buku–saat sosok bermata tajam itu membuka matanya. Semua gerakannya terekam jelas di kepala Rafa. Sosok itu berdiri, memakai headset di kedua telinganya, lalu memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. Setelah itu ia melenggang pergi. Dan Rafa masih di tempatnya dan tanpa sadar gadis itu sedikit menahan napas.

Rafa menghela napas saat sosok itu hilang dari pandangannya. Rafa membatalkan niatnya untuk mencari novel. Seketika moodnya terusik. Ia memutuskan untuk kembali ke kelas.

"Kamu lagi mikir ya?" Syifa yang entah dari mana muncul menghentikan langkah Rafa di koridor utama. Syifa memiringkan kepalanya, mengamati Rafa. Sadar Rafa menjadi banyak diam saat ini.

"Kamu kenapa sih? Habis baca novel baper ya?" Syifa menebak. Rafa hanya menggelengkan kepalanya dan melanjutkan langkah menuju kelas sambil menggamit lengan Syifa. Membiarkan Syifa meracau tidak jelas tentang kenapa Rafa banyak diam. Sehari mengenal Rafa dan Syifa sudah tahu betul gerak gerik seorang Rafa.

Mereka memasuki kelas yang berada di lantai 3. Saat itulah mata Rafa menagkap punggung sosok tak asing yang tengah tidur dengan kepala diantara tangan di meja ujung paling depan. Rafa kembali mengerutkan kening.

"Raf, bisa permisi gak? Aku mau lewat." Suara lembut menghancurkan imajinasi Rafa. Rafa tak sadar dia sudah berhenti di ambang pintu selama beberapa menit, menghalangi jalan.

Rafa nyengir kuda lalu memberi jalan pada temannya yang bersuara lembut itu. Satu-satunya siswi berhijab di kelasnya adalah gadis tadi, Ina namanya.

Rafa kembali menatap punggung tagap yang tengah tidur itu. Lalu ia mengalihkan pandangannya pada Syifa yang tengah bercanda dengan teman lainnya sambil sesekali melirik Rafa dengan tatapan heran. Rafa segera kembali ke bangkunya.

🌸🌸🌸

Pagi ini bagai kutukan bagi semua siswa. Pelajaran terkutuk berkumpul di hari ini. Seperti Sejarah, Fisika, dan pelajaran lain yang Rafa benci dan mungkin teman lain benci.

"Ryan! Bangun, jenius! Kowe belum dapet kelompok tuh. Sama aku yuk? Kurang satu kelompokku." Suara Indra–ketua kelas–menggema di sunyinya kelas. Jelas saja sunyi, guru Sejarahnya kali ini seperti siap meledak kapan saja. Hanya Indra yang berani bicara lantang seperti tadi. Karena Indra tak pernah takut pada apapun, kecuali tikus.

"Hmm... Lo kalo mau ngomong pake bahasa Indonesia yang bener donk. Gak paham gue." Setelah puas mengritik Indra, lelaki itu lanjut tidur.

"Hei! Bangun! Itu guru di depan, bego!" Indra mengumpat lelaki yang sedari tadi hanya tidur itu. Di kelas ini hanya Indra yang berani menegur Ryan si tukang tidur, karena Indra memang sahabat dari raja tidur ini.

Raja tidur, begitulah beberapa teman menjuluki Ryan. Entah Ryan memang raja tidur, atau teman sekelasnya saja yang belum tahu seorang Ryan.

Rafa sedari tadi memperhatikan Indra yang tengah membangunkan Ryan. Ryan, Rafa sudah tahu nama lelaki bermata tajam dan beraura dingin itu. Sebenarnya Rafa lebih konsentrasi pada Ryan yang masih meringkuk.

'brak'

Indra menggebrak meja Ryan dengan tampang watadosnya. Dan itu berhasil mengusik Ryan. Lelaki itu berdiri dan mulai melangkah menuju bangku belakang yang sudah ada 2 anggota kelompok Indra yang lain.

AndersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang