D-3

37 9 3
                                    

Dia dan dia yang lain
Adalah dua hal
Yang tak bisa dibandingkan
Karena mereka
Bagai matahari dan bulan yang berbeda 180°

👑

Pagi yang sedikit mendung. Syifa menuju Rumah Rafa. Rumah mewah itu terlihat ramai. Ada beberapa pelayan yang membersihkan kebun depan. Ada yang berlalu lalang membawa sesuatu. Syifa bertanya pada salah satu pelayan apakah Rafa sudah berangkat ke sekolah. Syifa mendapat gelengan dari pelayan itu. Lalu ia dipersilahkan menunggu di ruang tamu.

Syifa memasang senyum terbaiknya saat melihat Rafa turun dari lantai dua untuk menemuinya. Rafa terlihat sudah lebih sehat. Ia juga sudah siap berangkat sekolah. Mereka berangkat bersama.

Sebenarnya baru kali ini Syifa berangkat sekolah bersama Rafa. Alasannya kali ini adalah Syifa ingin tahu keadaan Rafa.

"Kamu udah gak apa-apa?" Tanya Syifa.

"Gak apa-apa. Aku mag. Udah biasa kejadian kaya kemarin." Rafa memasang senyumnya tanda ia baik-baik saja.

"Priksa gih. Ntar kalau tambah parah gimana?" Syifa terlihat khawatir.

"Aku gak apa-apa, Syif." Rafa berkata pelan.

🌸🌸🌸

"Lo ngapain sekolah?" Sapaan itu Rafa dengar dari mulut seorang Ryan. Rafa langsung menghentikan obrolannya dengan Nadia dan mendongak, menatap Ryan yang berdiri di dekat bangkunya dengan tas yang masih digendongnya.

"Biar pinter." Jawab Rafa polos.

"Ck... Bego. Lo udah sehat?" Ryan mengganti pertanyaan.

"Udah." Rafa menjawab singkat. Dan Ryan hanya menganggukkan kepalanya lalu melangkah menuju bangkunya. Rafa masih menatap punggung itu. Meneliti gerak-gerik Ryan yang bersiap untuk tidur lagi. Rafa kembali bercanda dengan Nadia.

"Ryan..." Suara lembut itu menghentikan tawa Rafa. Rafa bukannya tertarik pada suara lembut itu, namun pada nama yang dipanggil.

Rafa segera menolehkan kepalanya agar dapat melihat sang nama. Ryan tampak mengangkat kepalanya, lalu segera membenarkan posisi duduknya saat tahu siapa yang memanggilnya.

"Apa, Na?" Ryan tersenyum. Lelaki itu tak pernah tersenyum. Dan sekarang ia tersenyum. Pada Ina.

"Kata Abi bakal ada pengajian di rumah aku. Kamu mau ikut?" Ina bertanya dengan nada lembut. Selalu begitu, Ina memang lembut.

"Iya, Na. Aku mau ikut. Lama gak hadir di pengajian." Aku? Kamu? Dan senyum? Ryan seakan berubah 180° saat ini. Dan itu karena Ina.

Rafa merasakan keanehan di aliran darahnya. Mengabaikan darahnya, mengabaikan Ryan dan Ina, Rafa kembali bercengkrama dengan Nadia dan Syifa.

🌸🌸🌸

Rafa dipanggil ke ruang guru oleh Bu Indah, guru Biologinya. Sesampainya di sana Rafa disodori selembar formulir olimpiade Biologi. Rafa tak paham.

"Ini formulir buat apa, bu?" Rafa bertanya.

"Saya tahu kamu sering juara di olimpiade Biologi, Raf. Maka dari itu saya mau kamu ikut OSN. Meneruskan kegagalanmu di semifinal tahun lalu." Bu Indah mengutarakan maksudnya.

AndersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang