Setidaknya kita memiliki
kesamaan👑
Sudah menjadi rahasia umum bahwa XMIA2 memiliki senjata seorang gadis yang tak duragukan lagi pintar nya, dan jangan lupa dengan segala kecantikan dan kebaikannya. Ia begitu sempurna di mata manusia yang pernah menemuinya. Saking sempurnanya sampai teman-temannya terkesan segan padanya. Banyak jajaran lelaki yang berniat mendekatinya, namun mereka cukup tahu diri dengan menahan niat tersebut. Dia bak putri salju, dan mereka mungkin bak kurcaci.
Rafa, gadis itu mampu menyingkirkan puluhan peserta lainnya dalam CCI ini. Tinggal 5 peserta, ada dirinya juga Reka. Rafa bersyukur Reka sempat memberinya wejangan tadi. Itu sangat berpengaruh pada mentalnya. Walaupun menang dalam perlombaan kecil ini menjadi hal yang lumrah bagi Rafa.
Rafa turun dari panggung dan menghampiri Syifa. Ia langsung disambut dengan kehebohan Syifa.
"Gila gila gila! Temen aku emang cerdas luar biasa!" Syifa memeluk erat tubuh Rafa. Rafa segera mencubit perut Syifa. Ia sungguh kehabisan napas.
"Ini masih 5 besar." Rafa merendah.
"Kamu belajar ya? Selama ini kan kamu gak pernah tertarik sama yang namanya belajar." Syifa menyelidik.
"Iya aku belajar. Aku gak pernah mendalami pelajaran agama sedalem ini."
"Kamu ke sini sama siapa?" Rafa bertanya.
"Sama dia." Syifa menunjuk perempuan di sampingnya. Ah, Rafa juga baru menyadari keadiran sosok Ina di sampingnya. Yang ditatap hanya tersenyum kaku.
"Kapan final?" Syifa bertanya.
"Ntar sore." Jawab Rafa.
"Lah, kok sore sih? Bolak-balik donk." Syifa menggerutu.
"Iya, soalnya hari ini juga ada pertandingan basket. Kelas kita lawan kelas XII IPS 1 lho. Kamu gak pingin lihat?" Rafa memastikan.
"Hah, iya? Wajib lihat lah! Aku pingin lihat bebep Ryan si tukang tidur gimana kalo udah main basket." Syifa berseru riang. Gadis itu tak pernah bisa mengontrol mulutnya di segala situasi. Rafa hanya meringis.
"Ryan bisa basket?" Tanya Rafa heran.
"Lah, kamu kudet amat sih. Angkatan kita itu dapet jackpot soalnya ada Reka sama Ryan. Mereka kan terkenal sampek mana-mana. Dan bentar lagi kamu yang bakal jadi jackpot tambahan kita. Bahkan kamu dikenal ampek luar kota." Diakhir kalimat Syifa tertawa. Tawa jahat yang dibuat-buat. Itu membuat Rafa tertawa dan segera menarik gadis itu untuk pulang. Siang nanti mereka harus ke sekolah untuk melihat team basket kelas mereka. Sekalian menghadiri final CCI Rafa.
🌸🌸🌸
"Ryan kemana? Woy! Anjir, kemana tuh bocah?! Yan... Kowe neng ndi to, anakku?" Rafa terkekeh melihat Indra mencak-mencak mengumpat Ryan. Ia bisa melihat kekhawatiran di mata Indra. Rafa sadar kelasnya berbeda dari kelas lain. Kelasnya memiliki ikatan batin yang sangat kuat. Mereka memiliki rasa simpati yang tinggi, saling melengkapi, dan sangat menyatu.
"Nyebut. Ati-ati disambet uka-uka." Rafa menepuk pelan pundak Indra dan segera berlalu keluar lapangan. Ia ingin membeli minuman.
Rafa menatap ponselnya. Sebenarnya ia juga khawatir jika Ryan sampai tak datang. Personil basket mereka akan kurang. Sebenarnya yang lain bisa menggantikan, namun jurus andalan teamnya adalah Ryan.
Rafa ingin mengirimi pesan pada Ryan, menyuruhnya cepat datang. Namun ia terlihat berpikir. Setelah beberapa saat berpikir, Rafa mengetikkan pesan untuk Ryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anders
Teen FictionKamu tahu apa yang paling membuatku bersyukur atas rasa yang kupendam padamu? Jika tak tahu, biarlah kuberi tahu... Bahwasannya pada awal aku tak suka kopi, semenjak rasa ini hadir aku berbalik menjadi suka kopi. Kenapa? Karena memendam rasa padamu...