Kadang aku berpikir
Untuk apa rasa ini datang
Jika hanya untuk dimusnahkan👑
Saat mendapat kabar bahwa kelas sedang jamkos, Rafa tak membuang waktu dan segera kembali ke kelas. Tak betah jika harus berlama-lama dengan Ryan yang selalu mengikutinya semenjak keluar dari lab Biologi. Berhubung Ryan juga sedang ke kantin membeli minum untuk mereka berdua. Rafa jadi punya kesemptan untuk kabur.
"Syif... Tolongin aku..." Rafa segera berlari ke bangku Syifa. Syifa yang tak paham hanya memasang wajah tak mengerti.
"Si Ryan ngikutin aku terus... Aku takut dia kesurupan. Tolongin aku..." Rafa memohon. Kali ini tak main-main.
"Woi! Indra! Urusin tuh temen kamu, si Ryan..." Syifa yang paham akan gentingnya situasi segera memanggil teman yang selalu nempel pada Ryan.
"Biasa wae, mbak... Ono opo to?" Indra memang mengumpat, namun lelaki itu segera mendekat pada Syifa dan Rafa.
"Bilangin Ryan jangan suka bikin Rafa takut napa..."
"Rafa takut sama gue?" Rafa merasakan bulu kuduknya berdiri hanya karena mendengar suara ini.
"Raf, lo takut sama gue?" Ryan bertanya pada gadis yang sama sekali tak mau menatapnya itu untuk memastikan.
"Hhh... Padahal gue cuma butuh jawaban kenapa lo menghindar dari gue..." Ryan menghela napas panjang. Setelah berkata demikian lelaki itu berjalan menuju bangkunya.
Rafa takut pada Ryan? Tentu tidak... Ia hanya tak ingin sesuatu yang seharusnya Ryan tak tahu keluar dari mulutnya jika terlalu sering berdekatan dengan cowok itu.
"Kamu ngehindar dari Ryan?" Kali ini Syifa yang bertanya.
"Nggak."
"Bohong. Buktinya Ryan rela-relain nyamperin kamu buat tanya secara langsung." Selidik Syifa.
"Terserah deh kamu mau nyimpulin kayak gimana." Kata Rafa akhirnya.
"Kantin, yuk?" Ajak Rafa.
"Gitu kek dari tadi. Aku nunggu kamu peka tahu buat ngajak aku ke kantin." Rengek Syifa.
🌸🌸🌸
Rafa sedang membersihkan sekretariat jurnalistik. Hari ini hari Sabtu dan seharusnya Rafa bisa melepas penat dengan tidur di rumah. Mengingat sekolah Rfa sudah menerapkan sistem full-day school. Namun memang dasar ketua jurnalistiknya yang sangat tahu bahwa Rafa adalah gadis yang suka beres-beres, lelaki itu meminta Rafa untuk berberes sekret.
"Untung aja aku punya adik kelas plus anggota macam kamu." Ujar ketua jurnalistik bernama Berlian yang biasa dipanggil Kak Ian sambil mengangkat setumpuk karya anak jurnal.
"Kenapa gak panggil temen-temen kakak? Maksud aku yang lebih akrab, kan ntar jadi asyik beres-beresnya." Ucap Rafa sambil menyapu.
"Yang ada ntar gak beres-beres. Malah tambah hancur nih sekret." Ujarnya diakhiri kekehan. Rafa tertawa mendengar keluhan lelaki dengan segudang prestasi itu.
"Gimana kabar blogmu?" Ian tak membiarkan sedetikpun keheningan melanda.
"Lumayan, kak... Udah banyak yang baca... Oh iya, kemarin ada yang mau pasang iklan di blog aku, kak. Tapi aku gak tahu harus gimana." Tutur Rafa masih sambil menyapu.
"Wah, bagus tuh... Terima aja tawaran itu... Soalnya, blog kamu bakal menghasilkan uang kalau ada yang pasang iklan. Kamu tinggal pasang tarif dan nanti kamu bisa minta tolong aku buat pasangin iklannya di blog kamu."
"Wah.... Makasih ya, kak..." Rafa berjingkat senang.
"Rafa?" Suara dingin yang sangat familiar terdengar. Rafa segera memutar tubuhnya agar menghadap pintu.
"Lo ngapain di sini?"
Rafa hanya menatap mata tajam itu. Hal yang sama dilakukan oleh si pemilik mata tajam.
"Lho.... Dek Ryan... Masih ngerjain proposal buat acara Rohis?" Bukan suara Rafa. Melainkan suara menyenangkan dari Ian.
"Eh, iya kak... Kemarin udah digandain proposalnya, eee ada revisi ternyata. Tapi gue ikhlas kok, soalnya gabut juga di rumah." Tutur Ryan sambil cengengesan.
"Eh, iya Raf aku lupa, aku tuh mau minta tolong kamu buat bikinin cover buat Laporan Pertanggung Jawaban lomba menulis cerpen bulan lalu. Tinggal covernya aja lalu bisa diserahin ke pembina." Ian mengambil alih topik percakapan. Entah mengapa Ian merasa ada yang janggal dengan atmosfer sekitarnya. Dua adik kelasnya ini saling diam. Namun Ryan tak kunjung kembali ke sekret Rohis, dan Rafa tak kunjung menyelesaikan tugas menyapunya.
"Eh, iya bolek, kak... Mumpung aku juga bawa laptop ini." Rafa menjawab sambil lanjut menyapu. Ryan yang melihat itu hanya mendengus kasar lalu tanpa pamit kembali ke sekret Rohis.
"Ryan kenapa?" Ian bertanya pada Rafa. Ia sadar jika Ryan bisa diartikan ngembek tadi.
"Gak tahu, kak." Jawab Rafa asal.
🌸🌸🌸
"Nah... Udah bersih. Sekarang ke gazebo yuk, buat bikin covernya?" Ajak Ian pada Rafa. Yang diajak hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Sekolah ini memiliki fasilitas gazebo di tiap sudut sekolah. Gazebo itu adalah hadiah dari angkatan yang telah lulus beberapa tahun lalu. Bukan hanya gazebo, banyak furniture dan fasilitas lain pemberian dari alumni.
Rafa segera mengeluarkan laptopnya. Dibukanya aplikasi Photoshop yang biasa digunakannya untuk mengedit foto dan membuat design cover atau banner. Rafa suka mengutak-atik fitur-fitur yang ada pada aplikasi sejenis photoshop. Itulah yang menyebabkan gadis ini lumayan mahir membuat design poster dan sebagainya.
"Aku muter lagu ya?" Izin Ian pada Rafa.
"Iya, kak... Gak usah izin kali." Kekeh Rafa. Dibalas kekehan oleh Ian juga.
"Eh iya, aku suka lho design banner yang kamu serahin ke ekskul KIR dan Jiu Jitsu kemarin. Dan aku baru tahu kalau banner yang ditempel di depan sekret kita itu juga buatan kamu." Komentar Ian jujur.
"Lah, aku jadi malu, kak... Itu masih jelek kok..." Rafa mengelak.
"Seriusan. Kesannya gak alay. Simple tapi mengandung banyak makna." Lanjut Ian.
"Masih belajar, kak... Semoga aja bisa lebih bagus lagi. Hehehe." Ian hanya manggut-manggut.
"Aku mau beli minum dulu buat kita. Biasanya kantin ada yang buka libur gini. Tapi cuma es teh adanya. Gak papa kan?"
"Gak papa kok, kak... Makasih ya..." Setelah itu Ian meninggalkan Rafa sendiri di gazebo.
"Ya ampun... Cover buatan kamu bagus, Raf... Kenapa aku pusing-pusing cari orang buat bikinin design buku kultum...." Suara itu mengejutkan Rafa. Seharusnya Rafa sudah bisa menebak siapa pemilik suara ini. Mengingat akhir-akhir ini suara ini selalu berkecimpung dalam kepala Rafa.
____________^_____________^___________
Voment guys 😁
Semoga suka ya... Maklum kalo jelek... Masih dalam proses belajar 😂😂😂

KAMU SEDANG MEMBACA
Anders
Teen FictionKamu tahu apa yang paling membuatku bersyukur atas rasa yang kupendam padamu? Jika tak tahu, biarlah kuberi tahu... Bahwasannya pada awal aku tak suka kopi, semenjak rasa ini hadir aku berbalik menjadi suka kopi. Kenapa? Karena memendam rasa padamu...