Hidupku tak seindah yang orang bilang
Aku memang bahagia
Namun aku kosong👑
Ryan melihat tubuh mungil itu keluar dari lab. Biologi bersama seorang perempuan yang diyakininya sebagai Syifa. Namun beberapa saat setelah mereka keluar, seorang lelaki juga keluar dari sana.
"Reka." Ryan mendesis.
Ryan mengikuti mereka. Terlihat Rafa tertawa mendengar omongan Reka. Ryan berdecih, tak suka menatap senyum cantik itu. Percuma saja jika bukan untuknya. Tunggu. Kenapa pikiran Ryan berkelana ke sana? Ryan langsung menggelengkan kepalanya. Mengusir pikiran aneh itu. Akhirnya Ryan mengalah dan menyusul mereka.
"Raf. Pulang jalan kaki lagi?" Ucapan Ryan membuat candaan ketiganya terhenti. Rafa yang ditanya hanya manggut-manggut.
"Pulang sama gue yuk? Udah gelap nih." Kalimat yang keluar dari mulut Ryan sungguh membuat mata ketiganya hampir copot. Seorang Ryan mengajak pulang bersama seorang gadis. Itu bagai keajaiban dunia.
"Lah, gue gak ditawarin?" Syifa menimpali. Bermaksud menggoda.
"Ssh... Diem lo bawel." Ejek Ryan.
"Nah, Raf, lo pulang bareng dia apa gue?" Tanya Reka akhirnya.
"Aku bisa pulang sendiri." Rafa lanjut berjalan meninggalkan Reka, Ryan, dan Syifa. Membuat Syifa berlari mengejarnya sambil menggerutu.
"Udah gelap. Pulang bareng gue." Lengan Rafa dicekal oleh Ryan, membuatnya mau tak mau harus berhenti.
"Gak usah maksa kalau gak mau." Reka menepis tangan Ryan yang masih mencekal lengan Rafa.
"Lo lihat gak langit udah gelap? Bahaya tahu gak." Rafa heran, hari ini Ryan banyak bicara. Sikap cueknya luntur seketika.
"Raf, pulang sama gue ya?" Tawar Ryan lagi. Syifa hanya menyikut lengan Rafa sambik berbisik menggoda.
"Biar sama gue kalau Rafa gak mau." Kata Reka akhirnya. Rafa mengernyitkan kening melihat tingkah lelaki di hadapannya ini.
"Oke, aku pulang sam-" Kalimat Rafa terpotong oleh suara dari belakangnya.
"Ryan? Kok masih di sekolah?"
"Loh, kalian juga?" Tanyanya berturut-urut.
"Ina?" Ryan berkata pelan.
"Oh iya, Ryan bisa anterin aku pulang gak? Abi gak bisa jemput soalnya." Ina mendekat pada Ryan dan memegang ujung seragam Ryan yang sudah keluar dari celana.
Rafa menghembuskan napasnya yang tanpa sadar sudah ditahannya. Rafa sendiri sebenarnya sudah memutuskan untuk pulang bersama siapa. Namun melihat situasi, sepertinya ia tidak mungkin mengatakannya.
Terdengar suara decihan dari Reka. Reka mendorong pelan bahu Ryan lalu menunjuk Ina menggunakan dagunya. Lelaki itu lalu mendekati Rafa dan Syifa.
"Raf, Syif ayo pulang. Rafa pulang sama gue ya?" Kata Reka memecah keheningan.
"Anterin sono bidadari surga lo. Selagi masih ada dia, kenapa harus cari yang lain?" Reka berkata sambil berlalu. Ia tak menoleh pada Ryan sama sekali. Karena ia sudah tahu bagaimana ekspresi seorang Ryan jika diganggu.
Ryan menoleh pada Ina yang menatap tangannya sendiri yang masih memegang kemeja Ryan. Ryan mendapati semburat merah di pipi gadis itu. Namun Ryan tak ambil pusing masalah itu.
"Ayo, Na." Ryan berjalan dahulu, meninggalkan Ina.
🌸🌸🌸
"Sedih ya gak jadi dianterin Ryan?" Reka memecah keheningan yang tercipta di atas motornya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anders
Teen FictionKamu tahu apa yang paling membuatku bersyukur atas rasa yang kupendam padamu? Jika tak tahu, biarlah kuberi tahu... Bahwasannya pada awal aku tak suka kopi, semenjak rasa ini hadir aku berbalik menjadi suka kopi. Kenapa? Karena memendam rasa padamu...