Bandara udara internasional tidak pernah sepi di jam operasional. Akan ada saja orang yang datang dan pergi, seperti halnya matahari terbit dari timur dan tenggelam di ufuk barat. Kali ini, gadis yang matanya sembab itu menyaksikan kepergian, setelah kedatangan seseorang yang menggenggam cinta di hidupnya yang sepi.
Gadis itu mengusap air matanya sendiri, menatap dari kejauhan punggung pria yang berjalan menjauhinya sambil menyeret koper hitam besar, melambaikan tangannya sekilas. Ia ingat apa yang dikatakan lelaki itu padanya sebelum ini.
"Tunggu aku hingga kembali, Lissa. Kau mau mau menungguku bukan?"
"Ya, aku akan menunggumu, segera pulang dan temui aku Mika." ujar Lissa, gadis itu mencoba tersenyum pada pria yang juga memaksa senyum padanya.
Lissa tak bergerak menjauhi lantai bandara, ia justru melihat ke dinding kaca di mana ia melihat sebuah pesawat terbang membelah langit biru bulan Juli.
"Please come back for me." bisik Lissa pada sisa bayangan kekasihnya itu.
Ia ingat bagaimana mereka menghabiskan satu hari penuh bersama. Melakukan semua hal yang esoknya tak bisa mereka lakukan bersama. Karena Mika akan pergi kuliah di luar negeri jauh darinya. Mereka tertawa bersama, makan bersama, berpelukan dan seakan mereka akan berpisah selamanya. Begitu manis hari itu sampai tak bisa membuat mata ke duanya terpejam meski rasa kantuk luar biasa menyergap mereka.
Ingatan itu yang terlintas setiap ia merindukan Mika. Lissa menahan napasnya perih, ia begitu merindukan Mika, kekasihnya. Ia memeluk manekin di tokonya dengan berurai air mata. Lissa sudsh kehilangan kontak dengan Mika di tahum ke dua hubungan mereka berlangsung jarak jauh.
Ia memeluk manekin itu seolah memeluk raga Mika, mungkin ia masih bisa mengingat bagaimana postur tubuh Mika, namun rasanya tak akam sama dengan aslinya bukan?
Tangisnya terhenti saat bunyi lonceng di atas pintu tokonya berbunyi, beberapa anak muda masuk ke dalam toko pakaian mereka, ia menghapus air matanya segera dan menyapa pelanggan tokonya siang ini.
Toko Valerian berada di lantai dua Marisa Mall, dan ini masuk jam makan siang, tapi ia memikih menunda acara makan siangnya sebentar karena pegawainya belum kembali.
Ia melayani tiga orang gadis muda yang melihat-lijat dan memcoba salah satu koleksi pakaiannya. Mereka membeli tiga item dan membayarnya. Pegawainya kembali saat pelanggan muda tokonya keluar.
Pegawainya membelikannya makan siang yang ia minta, Lissa memakan makan siangnya di balik sekat sementara pegawainya itu kembali bekerja melayani pelanggan toko majikannya itu.
Hari Sabtu, harinya para kawula muda berkumpul. Seakan hari ini waktunya mereka keluar mencari hiburan setelah sekian hari beekutat dengan kegiatan. Entah mereka bersama teman-teman mereka atau bersama pasangannya, itu membuat Lissa memandangnya dengan perasaan hampa.
Ia merasa hubungannya dengan Mika putus begitu saja di tengah jalan. Ia tak tahu kapan pastinya Mika kembali, yang jelas tahun ini ia dijadwalkan pulang.
Lissa keluar dari tokonya, bukan karena sepi, justru ia meninggalkan pegawainya yang sibuk melayani pelanggan yang datang ke tokonya. Ia melihat suasan Sabtu malam yang ramai di luar tokonya, Marisa Mall.
Ia menumpukan tangannya pada tepian pagar dai besi itu dan melihat ke bawah, lantai dasar yang ramai pengunjung baru datang atau pergi setelah membeli sejumlah barang.
"Kau tahu berapa nomer ponselku, alamat rumahku, di mana aku menghabiskan seluruh hariku tapi kau sama sekali tak menghubungiku. Apa aku sudah tak berarti bagimu?" bisik Lissa pada angin yang menertawakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEDA
Short StorySemua cerita yang ada di sini adalah buah dari penduduk OSTRè. Kami, bukan master skenario yang mampu mencipta drama konflik super apik. kami hanyalah sekumpulan penulis amatir anak dari kedua orang tua yang haus akan tumbuh dan pengetahuan. Karya k...